Anda di halaman 1dari 41

TETANUS

Pembimbing : dr. IGM Afridoni S.pa


Di susun oleh : Ihsanur rizal
Ilmu Kesehatan Anak

Anatomi dan Fisiologi


Organisasi Struktural Sistem Saraf

a.Sistem saraf pusat (SSP) Terdiri dari otak dan


medulla spinalis yang dilindungi tulang
kranium dan kanal vertebral

b.Sistem saraf perifer terdiri dari saraf cranial


dan saraf spinal yang menghubungkan otak
dan medulla spinalis dengan reseptor dan
efektor.

Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi


menjadi sistem aferen dan
sistem eferen :

a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi


dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi
dari SSP ke otot dan kelenjar.

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua


sub divisi :

a. Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan


perubahanlingkungan eksternal dan pembentukan respons
motorik volunteer pada otot rangka.

b.Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon


involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar
dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur
yaitu :
1. Saraf simpatis
2. Saraf parasimpatis

Medula Spinalis

Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam


tubuh. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui
traktus asenden dan desenden.

Definisi

Tetanus adalah penyakit neurologis dengan tanda


utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan secara langsung, tetapi sebagai
dampak eksotoksin (tetanospasmin), suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium
tetanipada sinaps ganglion sambungan tulang
belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular junction) dan saraf otonom.

Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah
Clostridridium tetani, kuman ini berbentuk
batang dengan ukuran panjang 25 m dan
lebar 0,30,5 m memiliki sifat:

Mikroskopis Clostridium tetani

Kuman Memiliki Sifat


Basil Gram-positif dengan spora pada
pada salah satu ujungnya sehingga
membentuk gambaran khas seperti
pemukul genderang(drum stick).
Obligat anaerob (berbentuk vegetatif
apabila berada dalam lingkungan anaerob)
dan dapat bergerak dengan menggunakan
flagella.

Menghasilkan eksotoksin yang kuat.

Mampu membentuk spora dan mampu


bertahan dalam suhu tinggi (dalam
autoklaf pada suhu 121C selama 1015
menit)
Clostridium tetani menghasilkan 2
eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin

Kuman hidup di tanah, debu, dan di dalam


usus binatang.
Umumnya, spora bakteri ini terdistribusi
pada tanah dan saluran pencernaan serta
feses dari kuda, domba, anjing, kucing,
tikus, babi, dan ayam.

Epidemiologi
Tetanus terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90 negara yang
sedang berkembang, tetapi insidensinya sangat bervariasi.

Bentuk yang paling sering, tetanus neonatorum (umbilicus),


membunuh sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun
karena ibu tidak terimunisasi, lebih dari 70% kematian ini terjadi
pada sekitar 10 negara Asia dan Afrika tropis.

diperkirakan 15.000 30.000 wanita yang tidak terimunisasi di


seluruh dunia meninggal setiap dengan C.tetani luka pascapartus,
pascaabortus, atau pascabedah

Tetanus pada anak tersebar di seluruh dunia, terutama pada


daerah risiko tinggi dengan cakupan imunisasi DTP yang rendah
angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi, akibat perbedaaan
aktivitas fisiknya.

Grafik 1. Data Insiden Tetanus Menurut WHO

Di negara berkembang seperti Indonesia,


insiden dan angka kematian akibat
tetanus masih cukup tinggi, hal ini
disebabkan karena tingkat kebersihan
masih sangat kurang..

Port dentre tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun


diduga Melalui :

Luka tusuk (paku, serpihan kaca, injeksi tidak steril, injeksi obat,
tindik), patah tulang komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka
bakar yang luas.

Luka operasi (benang terkontaminasi), luka yang tak dibersihkan


(debridement) dengan baik.

Otitis media, karies gigi, abses gigi, luka kronik (ulkus kronik),
gangren.

Pemotongan tali pusat yang tidak steril,menyebabkan terjadinya


kasus tetanus neonatorum.

PATOGENESIS
Luka Spora C. Tetani masuk kedalam tubuh
Spora mengalami germinasi pada luka anerob
Spora berubah menjadi bentuk vegetatif
Menghasilkan tetanospasmin Awalnyaterdiri
dari polipeptida tunggal yang tidak aktif
Dibagi menjadi 2 oleh enzim protease menjadi
Rantai Berat dan Rantai Ringan Ujung
karboksil dari rantai berat berikatan dengan
membran neural dan ujung amino
menciptakan pori untuk masuknya rantai ringan
kedalam sitosol

PATOGENESIS
Setelah masuk ke motorneuron, senyawa
ditransfer akson secara intraaksonal dari
tempat infeksi ke korda spinalis Transport
awalnya motorik, sensorik lalu otonom Jika
toksin jumlahnya besar, masuk ke sirkulasi dan
berikatan dengan seluruh ujung saraf Ketika
di korda spinalis, rantai ringan masuk ke neuron
inhibitor sentral dan memecah sinaptobrevin
Tetanospasmin menginhibisi motor neuron
Vesikel yang mengandung GABA dan glisin tidak
dilepas Hilang aksi inhibitor motorik dan
otonom Kontraksi otot terus menerus

MEDULA SPINALIS

Manifestasi Klinis

Variasi masa inkubasi sangat lebar berkisar 5-14


hari.Makin lama masa inkubasi, gejala yang timbul
makin ringan.Derajat berat penyakit selain
berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat
diramalkan dari lama masa inkubasi atau lama
period of onset.

Gejala Berupa :
Kekakuan dimulai pada otot setempat atau trismus
Kaku kemudian menjalar ke seluruh tubuh, tanpa
disertai gangguan kesadaran.

Kekakuan tetanus sangat khas, yaitu fleksi kedua


lengan dan ekstensi pada kedua kaki, fleksi pada
kedua kaki, tubuh kaku melengkung bagai busur.

Kesukaran menelan

gelisah, mudah terangsang

nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini

Ada 4 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:


1. Localized tetanus
Pada tetanus lokal dijumpai adanya kontraksi otot yang
persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi.Hal ini
tanda dari tetanus lokal.Kontraksi otot tersebut biasanya
ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa
progres dan biasanya menghilang secara bertahap.

2. Chepalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari
tetanus.Masa inkubasi berkisar 1-2 hari, yang berasal dari
otitis media kronik (seperti dilaporkan di India), luka pada
daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing
dalam rongga hidung.Tetanus sefalik dicirikan oleh
lumpuhnya saraf kranial VII yang paling sering terlibat.

3.Generalized tetanus
a. Ini bentuk yang sering, sering menyebabkan
komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus
lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam.

b. Trismus merupakan gejala utama dan


bersamaan dengan kekakuan otot leher yang
menyebabkan kaku kuduk dan kesulitan menelan.

c. Gejala lain berupa :


risus sardonicus
opistotonus dan kejang dinding perut.
Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa
menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianosis,
dan asfiksia.

4. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya
infeksi tali pusat, umumnya karena teknik pemotongan tali pusat
yang aseptik dan ibu yang tidak mendapat imunisasi yang adekuat.

Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek,


kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme.Posisi tubuh
klasik yaitu trismus, opistotonus yang berat dengan lordosis lumbal.

Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan


tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal,
ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada
pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.

Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia, pneumonia,


kolaps sirkulasi, dan kegagalan jantung paru. 1

Klasifikasi Ablett untuk Derajat


Manifestasi Klinis Tetanus
Derajat

Manifestasi Klinis

I: Ringan

Trismus ringan sampai sedang (3 cm); spastisitas


umum
tanpa
spasme
atau
gangguan
pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia ringan.

II: Sedang

Trismus sedang (3 cm atau lebih kecil); rigiditas


dengan spasme ringan sampai sedang dalam
waktu singkat; laju napas>30x/menit; disfagia
ringan.

III: Berat

Trismus berat (1 cm); spastisitas umum;


spasmenya lama; laju napas>40x/menit; laju nadi
> 120x/menit disfagia berat.

IV: Sangat berat

(Derajat III + gangguan sistem otonom termasuk


kardiovaskular) Hipertensi berat dan takikardia
yang dapat diselang-seling dengan hipotensi
relatif dan bradikardia, dan salah satu keadaan
tersebut dapat menetap.

Diagnosis
Ditegakan berdasarkan :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
3. Pemeriksaan Penunjang

Anamnesis
Anamnesis yang dapat membantu diagnosis
antara lain:1
Apakah dijumpai luka, luka tusuk, luka
kecelakaan/patah tulang terbuka, luka
dengan nanah atau gigitan binatang
Apakah pernah keluar nanah dari telinga
Apakah menderita gigi berlubang
Apakah sudah pernah mendapat imunisasi DT
atau TT, kapan imunisasi yang terakhir
Selang waktu antara timbulnya gejala klinis
pertama (trismus atau spasme lokal) dengan
kejang yang pertama (period of onset)

Pemeriksaan Fisik
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan
ketegangan otot yang makin bertambah terutama
pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam
penyakit ini menjadi nyata dengan :
1.Trismus
Adalah kekakuan otot maseter sehingga sukar
membuka mulut. Pada neonates kekakuan ini
menyebabkan mulut mencucu seperti mulut ikan
sehingga bayi tidak dapat menetek. Secara klinis
untuk menilai kemajuan kesembuhan, lebar
bukaan mulut diukur setiap hari.

2. Risus sardonikus
Akibat spasme otot muka, sehingga tampak dahi
mengkerut, alis tertarik ke atas, mata agak
tertutup, sudut mulut tertarik ke luar dan ke
bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.

3. Opistotonus
Adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh
seperti otot punggung, otot leher (kaku kuduk),
otot badan, .Kekakuan yang sangat berat dapat
menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.

hhhhhhhh
Hhhhh, mafnCS<m>HH

4. Ketegangan otot dinding perut sehingga


dinding perut seperti papan.
5. Kejang umum
6. Asfiksia dan sianosis
7. Gangguan saraf autonom

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khas


untuk tetanus.
Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada
kasus tersangka tetanus.
Namun demikian, kuman C. tetani dapat ditemukan
di luka orang yang tidak mengalami tetanus, dan
seringkali tidak dapat dikultur pada pasien tetanus.
Biakan kuman memerlukan prosedur khusus untuk
kuman anaerobik. Selain mahal, hasil biakan yang
positif tanpa gejala klinis tidak mempunyai arti

Nilai hitung leukosit dapat normal atau tinggi.

Kadar antitoksin di dalam darah 0,01 U/mL atau


lebih, dianggap sebagai imunisasi dan bukan
tetanus.

Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di


dalam darah dapat meningkat.

Diagnosis Banding

1. Meningitis
2. Abses Submandibula
3. Abses Peritonsi

Komplikasi
1.Sistem saluran pernafasan
karena spasme otot-otot pernapasan dan spasme
otot laring dan seringnya kejang menyebabkan
terjadinya asfiksia.Karena akumulasi sekresi saliva
serta sukar menelan air liur, makanan, dan
minuman sehingga sering terjadi pneumonia
aspirasi.

2. Sistem kardiovaskular
Komplikasi berupa aktivitas simpatis meningkat
antara lain berupa takikardia, hipertensi,
vasokonstriksi periferdan rangsangan miokardium.

3.Sistem muskuloskeletal
Pada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa
terjadi perdarahan dalam otot.Pada tulang dapat
terjadi fraktur columna vertebralis akibat kejang yang
terus menerus terutama pada anak dan orang
dewasa.

Komplikasi yang lain :


Laserasi lidah akibat kejang
Dekubitus

Penyebab kematian pada tetanus ialah akibat


komplikasi berupa bronkopneumonia, cardiac arrest,
septicemia, dan pneumotoraks

Penatalaksanaan umum

Penderita perlu dirawat dirumah sakit, diletakkan


pada ruang yang tenang pada unit perawatan
intensif
Menjaga saluran nafas tetap bebas, kalau berat
perlu trakeostomi
Memberikan tambahan oksigen
Mengurangi spasme dan mengatasi kejang
Diazepam merupakan golongan benzodiazepin
yang sering. Dosisnya0,1-0,3 mg/kgBB.

Penatalaksanaan khusus
1.Antibiotik
Antibiotik ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif
dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya.

Antibiotik lini pertama yang diberikan adalah


metronidazole IV/oral dengan dosis awal secara loading
dose 15 mg/kgBB dalam 1 jam.
dilanjutkan 30 mg/kgBB/hari selama 1 jam perinfus setiap
6 jam selama 7-10 hari.

Lini kedua dapat diberikan penisilin prokain 50.000100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari.

2.Anti serum
Dosis ATS yang dianjurkan adalah 100.000 IU
dengan 50.000 IU IM dan 50.000 IU IV.

Pemberian ATS harus berhati-hati akan terjadinya


reaksi anafilaksis.

Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat


disertai imunisasi aktif DT setelah anak pulang dari
rumah sakit.Bila fasilitas tersedia dapat diberikan
HTIG (Human Tetanus Immune Globulin) 3.0006000 IU IM.

Pencegahan
1.Perawatan luka

Perawatan luka harus segera dilakukan terutama


pada luka tusuk, luka kotor atau luka yang diduga
tercemar dengan spora tetanus.

Luka dibersihkan atau dilakukan


debridement.Terutama perawatan luka guna
mencegah timbulnya jaringan anaerob.

2.Pemberian ATS dan Toksoid Tetanus pada luka


Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif
pada luka baru (kurang dari 6 jam) dan harus
segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif.

3. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT, dT, atau
Toksoid Tetanus.Jenis imunisasi tergantung dari
jumlah golongan umur dan jenis kelamin.

Vaksin DPT diberikan sebagai imunisasi dasar sebanyak 3 kali


DPT IV pada usia 18 bulan dan
DPT V pada usia 5 tahun
saat usia 12 tahun diberikan dT.
Toksoid tetanus diberikan pada wanita usia subur,
perempuan usia 12 tahun, dan ibu hamil.

DPT/dT diberikan setelah pasien sembuh dilanjutkan


imunisasi ulangan diberikan sesuai jadwal, oleh karena
tetanus tidak menimbulkan kekebalan yang berlangsung
lama.

Prognosis
Prognosis tetanus pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Jika masa inkubasi pendek
(kurang dari 7 hari), usia yang sangat muda
(neonatus), period of onset yang pendek (jarak
antara trismus dan timbulnya kejang kurang
dari 48 jam), frekuensi kejang yang tinggi,
pengobatan terlambat, adanya komplikasi
terutama spasme otot pernapasan dan
obstruksi jalan napas, semua ini prognosisnya
buruk.1,9,10

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai