Anda di halaman 1dari 62

Laporan Kasus Pasien

TBC Dalam Pengobatan di


Puskesmas Sukabumi Selatan
Jakarta Barat

Teo Wijaya
102012121

Anamnesis

Identitas Pasien:
Nama : Ny. Laila
Umur : 52 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga , mantan
pekerja konveksi
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Panjang Nawi No 102 RT
07/RW 04

Profil Keluarga

Tingkat Ekonomi : Kurang , karena


hanya anaknya yang perempuan
yang menjadi tulang punggung
keluarga dan bapaknya hanya kuli
bangunan serabutan jika ada proyek
saja
Status
Imunisasi dasar pasien :
Lengkap
Status Gizi keluarga : Cukup Baik
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan :

Anamnesis
Riwayat

Keluhan Utama
:
Batuk selama 4
hari

Penyakit Sekarang

batuk sudah dimulai dari 4 hari yang lalu disertai dahak berwarna
putih dengan volume sdm , konsistensinya cair disertai dengan
setitik darah tidak disertai makanan ataupun cairan yang keluar.
Batuk diawali dengan batuk berwarna hijau ketika sebelum
pengobatan dan sembuh ketika dilakukan pengobatan pertama ,
sekarang batuk lagi dengan dahak berwarna putih. OS juga
menyatakan belum pernah konsultasi ke dokter mengenai batuknya
dan merasa terganggu oleh batuk yang dirasakan ketika dini hari
atau di tempat yang udaranya dingin sehingga menjadi sering
terjaga oleh batuknya , tetapi intensitas batuknya tidak sesering
yang dahulu ia rasakan dan membaik ketika istirahat. Pasien juga
menolak adanya rasa nyeri yang menjalar ke punggung ketika batuk
dan adanya sesak ketika batuk. OS juga mengeluh karena merasa
demam sejak awal sakit hingga sekarang dan disertai dengan
keringat malam yang banyak dan terus menerus. OS juga mengeluh
mudah lelah,lemah,letih,lesu dan pusing ketika pagi hari sehingga
hanya sanggup istirahat di rumah. Os juga mengeluh karena berat
badan yang susah naik padahal nafsu makan bagus malah
cenderung mengalami penurunan berat badan.

Anamnesis

Riwayat penyakit dahulu yang


berhubungan dengan keadaan
penyakit sekarang :
Batuk
berdarah
sebelum
dilakukan
pengobatan.
Dahulu kakaknya meninggal karena
Tb Paru & diketahui bahwa kakaknya
tidak mau meminum obat yang telah
diberikan puskesmas.

Anamnesis

Riwayat penyakit
Keluarga yang
berhubungan
dengan keadaan
penyakit
sekarang :
Tuberkulosis Paru
,
Tekanan darah
tinggi

Riwayat penyakit
Keluarga
yang
tidak
berhubungan
dengan keadaan
penyakit
sekarang :
Tidak Ada

Anamnesis

Perilaku
Keluarga
yang
berhubungan dengan penyakit
sekarang :
Suami sudah merokok selama 20
tahun dengan rata-rata 4 batang
sehari suami juga merokok di
sembarang tempat di dalam
rumah , pasien juga sudah
terbiasa dengan hal tersebut dan
tidak berani menegur suami.

Perilaku Sosial Pasien dan keluarga

Merokok : Bapaknya dari awal menikah


usia 20 tahun sudah merokok dengan
rata-rata 4 batang sehari , pasien tidak
mengeluh tentang asap rokok karena
sudah terbiasa dan segan untuk meminta
suami pindah tempat untuk merokok
Minum yang beralkohol : tidak ada
Pola jajan : Gorengan,Asinan karena
penjual makanan tersebut diduga sakit
TB Paru

Perilaku Sosial Pasien dan Keluarga


Pola
Makan
:
teratur
makan
sehari
3X
(pagi,siang,malam),hanya kurang variasi lauk-pauk karena
hanya tahu&tempe saja
Pola Penyimpanan atau memasak makanan : Tempat
penyimpanan alat masak rapih tergantung dan
tempat
menyimpanan makanan juga tertutup rapat di dalam lemari
makanan
Pola minuman sehari-hari : pasien & keluarga memanfaatkan
sumber air minum dari air galon yang dibeli sendiri.
Olahraga : pasien rutin berjemur setiap pagi dan jalan pagi
Kebersihan Hygiene : Mandi sehari 3x, Cuci tangan apabila
tangan kotor atau setelah/sesudah makan, sandal digunakan
dalam rumah dan bersih semuanya, sikat gigi setiap mandi,
ganti baju rutin setelah mandi & apabila berkeringat karena
pasien merasa tidak nyaman dengan baju basah
Rekreasi : kurang hanya berdiam di dalam rumah saja
Ibadah : pasien & keluarga shalat 5 waktu

Perilaku Sosial Pasien dan Keluarga

Pola Membersihakan rumah : dibersihkan setiap pagi &


sore karena selalu ada debu di dalam rumah pasien
Pola Pengobatan : Pasien & keluarga sudah
mengetahui kemana harus mencari pelayanan
kesehatan atau sakit yaitu ke puskesmas terdekat yaitu
puskesmas Sukabumi Selatan.
Pola Hubungan sosial : pasien jarang berinteraksi
dengan tetangga sekitar , hanya bertegus sapa &
kurang dekat karena semasa kerja pulang ke rumah
malam jadi jarang ngobrol dengan tetangga di sekitar
rumah , pak RT mengenal keluaga ibu Laila tapi tidak
mengetahui status sakit dari ibu laila.
Pola aktifitas Kemasyarakat : pasien jarang mengikuti
acara di masyarakat tapi suami rutin mengikuti jumsih
yang dilakukan di kampung nawi.
Pola kunjungan ke posyandu : hanya dilakukan dahulu
ketika hamil & memiliki anak-anak saja, sekarang tidak

Keadaan Psikologi Pasien dan Keluarga yang


mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit dalam
keluaraga

Awal sakit pasien percaya kalau


sakitnya diguna-guna karena ia
mencoba meminum rebusan daun
teratai tidak terasa gatal dan suami
merasa gatal , setelah yakin ia sakit
awal februari ia memutuskan untuk
berobat ke puskesmas.

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Kebersihan Rumah : kurang baik banyak didapatkan debu dan lantai


lengket.
Vektor Penyakit : Tidak ada tempat hidup vektor di lingkungan rumah
Keadaan udara/polusi dalam rumah : udara tidak segar karena rumah
berada pada ujung gang sehingga udara masuk & keluar juga tidak bagus
untuk tinggal
Luas Rumah/bangunan : 6mx8m
Luas tanah : 45M2
Jumlah orang yang tinggal da;am rumah : 5 orang
Luas Kamar pasien yang sedang sakit : 3mx2,5m
Jumlah Orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : 1 orang yaitu
suaminya
Jenis Lantai: Keramik
Jenis Tembok : telah di semen & dicat
Jenis Atap : Sirap atau menggunakan papan kayu sehingga di dalam rumah
terhindar dari panas
Perbandingan ventilasi rumah : sirkulasi udara di rumah buruk karena letak
rumah yang dujung gang & terdapat tembok-tembok tinggi sehingga
cahaya juga susah untuk masuk ke dalam rumah pasien dan ventilasi juga
kurang baik .
Perbandingan Ventilasi kamar : ventilasi di dalam kamar sangat kurang

RUMAH PASIEN

VENTILASI RUMAH

KAMAR PASIEN

KAMAR PASIEN

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Keadaan dapur&kebersihan : sangat gelap hanya


mengandalkan cahaya lampu untuk penerangan jika pagi
atau siang hari , dapur juga sangat kotor ketika di lakukan
pemeriksaan banyak kotoran di lantai , tempat sampah
terisi oleh banyak sampah yang belum dibuang, banyak
cucian piring juga bekas pagi ataupun malam belum
dicuci, piring bersih juga terletak di lemari tempat
penyimpanan pirirng,gelas,sendok ataupun sendok&garpu
dana adapun lemari untuk penyimpanan makanan yang
telah diolah. Jadi terdapat tempat meletakkan lemari
piring,kompor gas, bumbu-bumbu dapur yaitu keramik
dimana warnanya sudah kekuningan karena jarang
dibersihkan dan sudah lama digunakan.

KEADAAN DAPUR

KEADAAN DAPUR

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Tempat penyimpanan makanan : tercemar debu oleh karena banyak debu


disekitar pegangan lemari tempat penyimpanan makanan dan tempat
penyimpanan makanan juga tertutup rapat agar terhindar dari lalat.
Tempat penyimpanan alat makan : diletakan di tempat piring , ketika
telah selesai menyuci piring diletakan disitu.
Tempat cuci tangan : menggunakan air tanah yang mengalir yang tidak
berwarna, jernih, dan tidak berbau , sabun yang digunakan untuk cuci
tangan tersedia dan lap tangan berssih tidak tersedia.
Tipe Kakus dan sistem pembuangan : untuk pembuangan tinja septic
tanknya terletak persis sebelahan dengan sumber air untuk mencuci piring
& mandi , dan tidak pernah ada masalah, sistem pembuangan airnya ke
got di depan rumah .
Keadaan WC : Cukup bersih , tempat penampungan air atau bak jarang
dibersihkan sehingga berwarna kekuningan dan tidak ditemukan ada jentik
nyamuk,
terdapat banyak ember yang diletakkan di kamar mandi
mengingat sedang musim kemarau, tidak ada ventilasi juga di kamar
mandi jadi tertutup.

TEMPAT PENYIMPANAN MAKANAN

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Sumber air bersih : untuk mandi & cuci piring,baju


dan lain-lain menggunakan air tanah untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang dimana letak
sumber airnya berada di dekat septic tank yang
ditakutkan ada kontaminasi dengab tinja, Sedangkan
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-29161992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air
Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu
dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang
resapan/tangkiseptic tank) lebih dari 11 meter,
sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap
perumahan adalah lebih dari 50 meter.

SUMBER AIR BERSIH

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Jarak aman antara Lubang Kakus dengan Sumber Air Minum dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain :
Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah
dan sudut kemiringan tanah.
Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain
Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang
berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh
dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan
tanahnya terbentuk dari tanah liat.
Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur
harus lebih jauh dari kakus.
Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain
dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan
lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama
5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur
tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil
untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk
mengisi kekosongan

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Tempat penyimpanan air: berada di luar rumah yang disimpan dalam


toren air besar , dan disimpan dalam ember & bak mandi.
Sumber Air Minum : menggunakan air galon isi ulang untuk keluarga
dan aqua gelas untuk tamu di rumahnya
Kebersihan tempat penyimpanan air minum : baik diletakkan dalam
teko-teko kecil yang bersih sehingga aman untuk di minum dan tertutup
sehingga bebas dari kecoa ,dll.
Tempat sampah di dalam rumah : terbuka dan diletakkan di dapur ,
walaupun terisi tidak ada bau yang tercium.
Sumber Pencahayaan dalam rumah : pencahayaan dalam rumah kurang
, hanya menggunakan lampu baik itu siang ataupun malam , karena
caha tidak dapat tempus masuk ke dalam rumah terhalang oleh
tembok-tembok yang tinggi
Sistem Pembuagan air limbah : dibuang ke got yang berada di luar
rumah .
Tempat sampah di luar rumah : tidak tersedia , malah pot bunga diisi
oleh sampah0sampah yang telah diguanakan.

PENAMPUNGAN AIR

Keadaan Rumah yang Memepengaruhi Penyakit


Dalam Keluaraga atau dapat menimbulakan
Penyakit di kemudian hari

Kebersihan Sekitar rumah : Kurang , halaman


rumah tidak terurus dengan baik , dan banyak
sampah-sampah baik itu daun ataupun plastik.
Keadaan udara/polusi luar rumah : udara kurang
baik karena lingkungan yang sempit dan di daerah
gang, polusi luar rumah cukup kurang karena jauh
dari hiruk pikuk asap gas/knalpot.
Keadaan Pekarangan : kurang baik, hanya ada pot
bunga saja serta 1 tanaman dan pekarangannya
gersang dan sudah dilapisi semen sehingga tidak
ada tanah dan juga banyak tumpukkan barang
tidak terpakai seperti papan kayu,ember,karung,dll.

KEADAAN SEKITAR RUMAH

KEADAAN SEKITAR RUMAH

KEADAAN SEKITAR RUMAH

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi
Riwayat hipertensi
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit

: disangkal
: disangkal
jantung
: disangkal
ginjal
: disangkal
paru
: diakui
diabetes
: disangkal

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis.
TTV :
TD :140/70 . HR:80x/menit , RR
19x/menit, Suhu 35,9 oC
Status Gizi : Tb 160 , BB 52
Diagnosis
Penyakit:
TB
dalam
masa
pengobatan
Diagnosis Keluarga: menurut keterangan
pasien, keluarga mengetahui keadaan penyakit
pasien
dan
mendukung
penuh
proses
pengobatan pasien dimana anak pasien juga
menjadi pengawas minum obat bagi pasien agar
pasien teratur minum obat.

Hasil Pemeriksaan
Penunjang

Rontgen 1x
dilakukan di awal
saat di diagnosis Tb
Paru
Dahak SPS +++ ,
dilakukan di awal
saat didiagnosis
sakit Tb Paru
Dahak SPS --pada pemeriksaan
kedua bulan Mei

Hasil Pemeriksaan
Penunjang

Usulan Pemeriksaan Penunjang


untuk Pasien dan Keluarga

Rontgen thorax lagi ketika regimen


lanjutan
sudah
selesai
yang
bertujuan dilakukan untuk melihat
keberhasilan pengobatan pasien.
Keluarga juga disarankan melakukan
pemeriksaan mantoux test untuk
melihat apakah keluarga sudah
tertulam kuman TBC atau belum, jika
postive lakukan pemriksaan sputum
dan rontgen thorax

Etiologi
Mycobacterium
tuberculosis,
yang
merupakan bakteri berbentuk
batang (basil) lengkung, gram
positif,
pleomorfik,
tidak
bergerak,
dan
tidak
membentuk spora.

Bakteri ini merupakan


aerob
obligat
sehingga
menyukai
tempat
yang
banyak
memiliki
oksigen
seperti di apex paru

Bakteri
bersifat
dormant. Sifat dormant
inilah yang menyebabkan
bakteri dapat bangkit kembali
dan menjadikan tuberkulosis

Epidemiologi

Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan


TB paru dengan sebagian besar penderita adalah 1555 tahun yang berpotensi menularkan kepada orang
lain. Penanggulangan penyakit TB paru aktif dilakukan
oleh 199 negara di dunia tetapi hingga saat ini belum
ada satu negara pun yang bebas TB paru. 11 WHO sejak
tahun 1995 mencanangkan strategi Direct-Observed
Treatment
Short-term
(DOTS)
yang
kemudian
dinyatakan oleh Bank Dunia sebagai intervensi
kesehatan yang paling efektif.7 WHO memperkirakan
adanya 9,5 juta kasus baru dan sekitar 0,5 juta orang
meninggal akibat TB paru diseluruh dunia. 12

Tabel 2.1. Insidensi, Prevalensi dan Mortalitas di Asia Tenggara


(ratarata per 100.000 populasi)

Interaksi
Agent,Host,Environtment
(Periode Prepatogenis)

Faktor Agent

Karakteristik
alami dari agen TBC hampir
bersifat
resisten
terhadap
desinfektan kimia atau antibiotik
dan mampu bertahan hidup pada
dahak yang kering untuk jangka
waktu yang lama. Kuman ini
bersifat
tahan
asam.
Pada
Host,daya
infeksi
dan
kemampuan tinggal sementara
Mycobacterium
Tuberculosis
sangat tinggi. Patogenesis hampir
rendah dan daya virulensinya
tergantung dosis infeksi dan
kondisiHost. Sifat resistensinya
merupakan problem serius

Faktor Lingkungan
Penularannya pun berpola
sekuler tanpa dipengaruhi
musim dan letak geografis.
Keadaan
sosial-ekonomi
merupakan hal penting pada
kasus
TBC.
Pembelajaran
sosiobiologis
menyebutkan
adanya korelasi positif antara
TBC dengan kelas sosial yang
mencakup
pendapatan,
perumahan,
pelayanan
kesehatan,
lapangan
pekerjaan
dan
tekanan
ekonomi.

Interaksi Agent,Host,Environtment
(Periode Prepatogenis)
Lingkungan terdiri dari lingkungan
fisik dan nonfisik.
Lingkungan fisik antara lain
seperi keadaan geografis dan
lingkungan
tempat
tinggal.
Sanitasi lingkungan perumahan
sangat
berkaitan
dengan
penularan
penyakit.
Rumah
dengan pencahayaan yang kurang
memudahkan
perkembangan
sumber penyakit. Sinar matahari
mengandung sinar ultra violet
yang bisa membunuh kuman
penyakit. Aliran udara berkaitran
dengan
penularan
penyakit.
Rumah denan ventilasi yang baik
akan menyulitkan pertumbuhan
kuman penyakit. Pertukaran udara
dapat memecah dan menugrai
konsentrasi kuman di udara.

Lingkungan non fisik


Lingkungan nonfisik meliputi social,
budaya,
ekonomi
dan
politik.
Lingkungan
social
masyarakat
berpengaruh
pada
tingkat
pengetahuan sikap dan praktek
masyarakat
dalam
bidang
kesehatan. Kemampuan ekonomi
masyarakt biasanya tercermin pad
akondisi
lingkungan
perumaha
seperti sarana air minum , dan
kondisi rumah. Pemimpin dengan
tingkat kepedulian tinggi terhadap
kesehatan
masyarakat
akan
mendukung
dalam
bentuk
komitmen
dari
dana
untuk
penanggulangan penyakit.

Interaksi Agent,Host,Environtment
(Periode Prepatogenis)

Faktor Host
Hal yang perlu diketahui
tentang
pejamu
meliputi
karakteristik, gizi, daya tahan
tubuh,
higieni
,
dan
pengobatan. Penurunan daya
tahan
tubuh
akan
menyebabkan
bobot
agen
penyebab penyakit menjadi
lebih
berat
sehingga
seseorang menjadi sakit. Umur
merupakan faktor terpenting
dari Host pada TBC.

Kebiasaan sosial dan pribadi


turut memainkan peranan
dalam infeksi TBC, sejak
timbulnya
ketidakpedulian
dan
kelalaian.
Status
gizi,kondisi kesehatan secara
umum, tekanan fisik-mental
dan tingkah laku sebagai
mekanismepertahanan
umum juga berkepentingan
besar.
Imunitas
spesifik
dengan
pengobatan
infeksiprimer
memberikan
beberapa resistensi, namun
sulit untuk dievaluasi.1,4

Interaksi Agent,Host,Environtment
(Periode Pathogenis)

Interaksi terutama terjadi akibat


masuknyaAgentke
dalam
saluran
respirasi
dan
pencernaan
Host.Contohnya
Mycobacterium
melewati barrier plasenta, kemudian
berdormansi sepanjang hidup individu,
sehingga tidak selalu berarti penyakit
klinis.
Infeksi
berikut
seluruhnya
bergantung pada pengaruh interaksi dari
Agent,Hostdan Lingkungan.

Pada pengobatan TBC yang terjadi


adalah pasien umumnya tidak patuh
minum obat yang direncanakan selama 6
bulan, sehingga akan menimbulkan
resistensi dan kekambuhan yang lebih
parah,di
Puskesmas
diberikan
pengobatan dengan Pengawasan Minum
Obat(PMO) sehingga obat yang diberikan
benar benar diminum sampai selesai. 1

Sebagai contoh memutuskan


garis antara agent dan host
dengan melakukan imunisasi
sehingga host menjadi imun,
memberikan pengobatan kepada
penderita secara adekuat
sehingga terjadi konversi
bakteri(+) menjadi (-) sehingga
penderita menjadi tidak
menularkan lagi.
Antara agent dan environment
dengan melakukan sanitasi air
minum (pada diare) sehingga di
dalam air tidak mengandung
agent lagi. Penyehatan lingkungan
pemukiman misalnya membuat
rumah sehat sehingga sinar
matahari dapat masuk , ventilasi
udara yang baik dapat membuat
agent menjadi tidak dapat hidup
sekaligus host juga dapat hidup

Penularan

Penyakit tuberculosis yang


disebabkan
oleh
kuman
Mycobacterium
tuberculosis
ditularkan
melalui
udara
(droplet nuclei) saat seorang
pasien TBC batuk dan percikan
ludah
yang
mengandung
bakteri tersebut terhirup oleh
orang lain saat bernapas. Bila
penderita batuk, bersin, atau
berbicara
saat
berhadapan
dengan
orang
lain,basil
tuberculosis tersembur dan
terhisap ke dalam paru orang
sehat.
Masa
inkubasinya
selama 3-6 bulan.

Setiap satu BTA positif akan


menularkan kepada 10-15 orang
lainnya, sehingga kemungkinan
setiap kontak untuk tertular TBC
adalah 17%. Hasil studi lainnya
melaporkan
bahwa
kontak
terdekat
(misalnya
keluarga
serumah) akan dua kali lebih
berisiko
dibandingkan
kontak
biasa (tidak serumah). Seorang
penderita dengan BTA+ yang
derajat
positifnya
tinggi
berpotensi menularkan penyakit
ini.

Sebaliknya
penderita
dengan
BTA(-) dianggap tidak menularkan.

Diagnosis dan Manifestasi Klinis

Pathogenesis TB sangat kompleks ,sehingga manifestasi klinis TB sangat


bervariasi dan bergantung pada beberpa faktor. Faktor yang berperan adalah
kuman TB, pejamu, serta interaksi antar keduanya. Faktor kuman bergantung
pada jumlah dan virulensi kuman,sedangkan faktor pejamu bergantung pada
usia, dan kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadi infeksi.
Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberculosis paru apabila
ditumeukan gejala klinis utama(cardinal symptom) pada dirinya. 1

Gejala utama pada tersangka TBC adalah :


Batuk berdahak lebih dari tiga minggu
Batuk berdahak
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala lainnya dalah berkeringan pada malam hari , demam tidak
tinggi/meriang , dan penurunan berat badan.
Dengan strategi yang baru (DOTS, directly observe treatment shourcourse),
gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau terus menerus selama 3
minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah daapat
ditetapkan sebagai tersangka.

Diagnosis dan Manifestasi Klinis

Dahak penderita harus diperiksa dengan


pemeriksaan
mikroskopis.yang
seringkali
merupakan petunjuk awal dari tuberculosis
adalah foto rontgen dada. Rontge bisa
menunjukkan efusi pleura, tampak daerah
putih
yang
bentuknya
tidak
teratur.
Pemeriksaan sputum BTA+ minimal setelah
2x pmeriksaan maka didiagnosis positif TB
paru. Bila BTA+ 1 kali, maka perlu dilakukan
pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan
dahak diulang.

Penatalaksanan
Tahap awal (intensif)

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian
besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. 15,17,18

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di


Indonesia:
Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3.
Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3.

Penatalaksanaan
Kategori-1

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:


Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru

Penatalaksanaan

Kategori 2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Penatalaksanaan

Resume Masalah Kesehatan


Keluarga & Faktor Risikonya

Dalam masa pengobatan ini pasien harus


menjaga
imunitas
dan
kepatuhan
dalam
meminum obat dengan dukungan dari semua
pihak baik keluarga ataupun pelayanan kesehatan
di
puskesmas
sukabumi
selatan
,
serta
memperbaiki ventilasi dan pencahayaan di rumah
karena dianggap untuk dianggap sebagai rumah
sehat. Pasien juga disarankan agar selalu
menjaga perilaku hidup bersih & sehat dan control
teratur ke puskesmas untuk mencegah MDR dan
dilakukan rontgen paru lagi setelah pengobatan
selesai untuk melihat tingkat kesembuhan pasien.
Suami juga harus mulai berhenti merokok untuk
kebaikan bersama di keluarga dan mengurangi

Prognosis
Penyakit

Bila pasien teratur meminum obat yang diberikan dan selalu memeriksa
keadaan kesehatannya ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan
pola hidup sehat yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik
(dubia et bonam).

Keluarga

Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta keluarga
yang sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana
keluarga yang sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk
pasien maupun keluarganya. Keluarga pasien pun perlu waspada akan
kuman TB yang dapat menular sehingga masing-masing anggota keluarga
harus menjaga kesehatannya.

Masyarakat

Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, tuberkulosis memang dapat


menular. Untuk itu masyarakat sekitar pun harus dapat menjaga kebersihan
dan kesehatannya dengan baik. Akan tetapi, karena Tn. Y dalam masa
pengobatan, sehingga tuberkulosis yang diderita masih terkontrol.

Perkiraan akan timbulnya keadaan


penyakit

Ditinjau dari perilaku dan lingkungan


rumah
ataupun
sekitar
rumah
kemungkinan terjadinya Tuberkulosis lagi
sangatlah mungkin melihat ventilasi
rumah yang kurang baik , pencahayaan di
rumah
serta
jika
keluarga
belum
memeriksakan diri ke puskesmas apakah
sudah terpapar kuman TBC atau belum,
sehingga
akan
memudahkankan
timbulnya infeksi di dalam tubuh keluarga.

Anjuran Penatalaksanaan Penyakit

Promotif
Penyuluhan tentang definisi TB , gejala TB , faktor-faktor risiko terjadinya TB dan

pencegahan TB misal dengan penyuluhan tentang hidup sehat, kebersihan dijaga,


pola makan yang baik, beraktifitas fisik, tidak merokok.

Preventif
Pemantauan dengan mengecek kesehatan diri atau melakukan skrining di

puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk memantau perjalanan penyakit


pasien, menjaga kesehatan diri sendiri dan anggota keluarga yang lain, ventilasi
rumah dibuat sebaik mungkin.

Kuratif
Karena pasien sudah menderita TB dan dalam pengobatan, maka obat-obatan

yang harus diminum pasien berupa obat-obatan yang diberikan oleh dokter di
puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Rehabitilatif
Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas

hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat. Pada pasien
belum perlu dilakukan tindakan rehabilitatif selain pemeriksaan kesehatan teratur
ke puskesmas untuk memastikan bahwa pasien mengalami kemajuan dalam
pengobatannya.

Intervensi terhadap Pasien dan


Keluarga

Psikobiologi mencari tahu tentang penyakit TB agar


pasien dan keluarga menjadi lebih perhatian.
Sosial menjalin hubungan yang baik dengan tetangga
sekitar sehingga terjalin tali silaturahmi yang baik jangan
merasa minder, karena sekarang tb sudah dapat
disembuhkan
Gaya Hidup dan perilaku erapkah perilaku hidup bersih
& sehat di rumah dan lingkungan sekitar
Lingkungan Rumah dan Sekitar Rumah pekarangan
dibersihkan dari barang-barang bekas sehingga tidak
banyak debu dan menjadi tempat tinggal tikus serta
ventilasi kamar dan ruang tamu dibuka sehingga udara
yang masuk menjadi lebih segar dan pemberdayaan
tanaman di pekarangan.
Pelayanan Kesehatan bertanya apabila masih ada
pertanyaan ada keluhan yang belum terungkapkan agar

Anjuran Penatalaksanaan Penyakit

Promotif: Penyuluhan tentang definisi TB , gejala TB , faktorfaktor risiko terjadinya TB dan pencegahan TB misal dengan
penyuluhan tentang hidup sehat, kebersihan dijaga, pola makan
yang baik, beraktifitas fisik, tidak merokok.
Preventif: Pemantauan dengan mengecek kesehatan diri atau
melakukan skrining di puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk
memantau perjalanan penyakit pasien, menjaga kesehatan diri
sendiri dan anggota keluarga yang lain, ventilasi rumah dibuat
sebaik mungkin.
Kuratif:
Karena pasien adalah pasien TB dan dalam pengobatan maka
dianjurkan Melanjutkan sisa regimen pengobatan dan minum
multivitamin 2x1 dan control kepada dokter apabila ada gejala
tambahan.
Rehabilitatif:
Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada
mempertahankan kualitas hidup penderita yang telah mengalami
penyakit yang cukup berat. Pada pasien belum perlu dilakukan
tindakan rehabilitatif selain pemeriksaan kesehatan teratur ke
puskesmas untuk memastikan bahwa pasien mengalami kemajuan
dalam pengobatannya.

Pedoman Nasional
Pemberantasan TB Paru
Dalam perkembangannya dalam upaya ekspansi
penanggulangan TB, kemitraan global dalam penanggulangan
TB mengembangkan strategi sebagai berikut:

Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS


Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintahmaupun swasta
Memberdayakan pasien dan masyarakat
Melaksanakan dan mengembangkan riset

Adapun kegiatan P2TB dilaksanakan dengan cara penemuan


dan pengobatan pasien, perencanaan, pemantauan dan
evaluasi, peningkatan SDM (pelatihan, supervisi), penelitian,
promosi kesehatan, dan kemitraan dengan lintas sector.

Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal :

Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal


adalah sebagai berikut:
a. Bahan bahan bangunan Tidak terbuat dari
bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24
jam;
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
patogen.

b. Komponen dan penataan ruangan


Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi
dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak
rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap

c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal
60 lux dan tidak menyilaukan mata.23

d. Kualitas udara
Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC;
Kelembaban udara, antara 40 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.

e. Ventilasi Luas
Lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g. Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter
per orang setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air
minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun
2002.

h. Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

i. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih
dari 2 orang tidur.

IBU LAILA PASIEN PUSKESMAS


SUKABUMI SELATAN

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai