Anda di halaman 1dari 45

Zulaika Nur Afifah

G0005218
Pembimbing :
DR. Dr. Hj. Noer Rachma, Sp. RM

Nama

: An GS
Umur
: 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Punggawan, Banjarsari, Surakarta
Tanggal masuk
: 10 November 2009
Tanggal periksa
: 12 November 2009
No CM
: 980635
Kamar
: Bangsal Melati 2 kamar 6

Keluhan Utama

Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang dengan keluhan kejang. Keluhan ini dirasakan
kurang lebih satu jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang
berlangsung lebih dari 15 menit. Saat kejang otot lengan
penderita kaku dengan posisi lengan menekuk. Tidak
didapatkan busa yang keluar dari mulutnya. Saat kejang pasien
sadar. Keluhan ini disertai dengan badan panas sejak kurang
lebih 1 malam sebelum mondok di Rumah Sakit.
Dalam satu hari, penderita dapat mengalami kejang sampai 3
kali. Didapatkan penderita batuk (+) berdahak, pilek (-), nyeri
telinga (-). Sebelum mondok, penderita BAK banyak, dan
mengeluh nyeri saat BAK. BAB dan BAK tidak didapatkan
adanya kelainan.
Pasien ini telah mondok 18 kali di RSDM dengan keluhan kejang
dan didiagnosa cerebral palsy.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

trauma
: disangkal
alergi obat/makanan
: disangkal
asma
: disangkal
mondok
: (+) di RSDM dengan kejang
Diagnosa cerebral palsy

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

sakit
sakit
sakit
sakit

jantung
kencing manis
serupa
asma

:
:
:
:

disangkal
disangkal
disangkal
disangkal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Riwayat sakit infeksi saat hamil
Riwayat keguguran
Persalinan

: disangkal
: disangkal
: normal dg BB 3 kg

Riwayat Gizi
Penderita biasa makan dengan roti, nasi terkadang tanpa
sayur dan lauk. Nafsu makan dan minum rendah. Pasien
tidak dapat makan sendiri.

Riwayat SosioEkonomi
Penderita adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Ibu
seorang buruh pabrik dan ayahnya seorang buruh
bangunan. Penderita menggunakan pembayaran biaya
rumah sakit dengan PKMS.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan

Anak
Pasien lahir dengan BB 3 kg, menangis saat dilahirkan.
Pada awal kehidupannya, pasien mengalami kesulitan
untuk menghisap minum sehingga pasien harus
disuapi menggunakan sendok.
Sejak umur 2 bulan tubuh pasien menjadi kaku
sehingga ibu pasien kesuliatan dalam merawat pasien.
Pasien baru bisa tengkurap pada umur 10 bulan.
Pada umur 1 tahun, pasien belum dapat menegakkan
kepalanya sendiri saat tengkurap maupun didudukkan.

Pasien baru bisa berdiri sendiri pada umur 3 tahun,

itupun hanya beberapa menit saja dan mendapat


bantuan dari orangtuanya.
Pasien sangat sering mengalami kejang sejak berumur 3

bulan. Setiap tahunnya, pasien bisa mondok sampai 3


kali dengan keluhan yang sama. Aktifitas pasien sangat
terbatas, karena badannya kaku sehingga sulit
bergerak.
Sampai saat ini pasien juga belum bisa berbicara

dengan baik, pasien hanya mengeluarkan suara


terpotong-potong. Pasien jarang sekali tersenyum dan
berkomunikasi hanya melalui tangisannya. Pasien masih
belum bisa berjalan dengan lancar. Untuk mengerjakan
aktivitasnya, pasien masih sangat tergantung pada
orang tuanya.

Keadaan umum sedang, E2VxM1, gizi kesan


kurang
Vital Sign :

Tensi
: 90/60 mmHg
Nadi
: 88 x/ menit, isi cukup, irama
teratur
Respirasi
: 24 x/ menit, irama teratur
Suhu
: 36,5 0C per aksiler

Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-),venectasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)

Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut

Mata
Conjunctiva pucat (-/-), skelra ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-), strabismus (+/+)

Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-), sekret (-)

Telinga
Deformitas (-), darah (-), sekret (-)

Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), stomatitis (-),
mukosa pucat (-), gusi berdarah (-)

Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)

Thoraks

Retraksi (-)
Jantung

Inspeksi
: Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)

Paru

Inspeksi
: pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar (vesikuler / vesikuler), suara
tambahan (-/-)

Abdomen

Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

:
:
:
:

dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada


peristaltik (+) normal
tympani
supel, nyeri tekan, hepar lien tidak teraba

Status Psikiatri

Tidak dilakukan pemeriksaan


Status Neurologis

Kesadaran
: GCS E2VxM1
Fungsi luhur
: sulit dievaluasi
Fungsi vegetatif
: dipasang NGT, O2, IV line
Fungsi sendoril
: tidak dilakukan
Fungsi motorik :
Tonus meningkat
Kekuatan sulit dievaluasi
Kaku kuduk(-)

Reflek fisiologis :
Reflek biseps (+)
Reflek Triseps (+)
Reflek patella (+)
Reflek patologis :
Reflek Babinsky(-)
Reflek Chaddock (-)
Reflek Openheim (-)
Reflek Bordon (-)
Reflek Schafner (-)
Reflek Brudzinsky I (-)
Reflek Brudzinsky II (-)
Reflek Hofman Tromer (-)

Reflek primitive :
Moro reflex (+)
Rooting reflex
Moro reflex
Cremesteric reflex (-)
Walking reflex (+)
Rooting reflex (-)
Tonic Neck Reflex (+)
Palmar grasp reflex (-)
Plantar reflex (-)
Galant
Galant
reflex reflex (-)
Babkin reflex (-)
Walking reflex

Tonic Neck Reflex

Pemeriksaan Antropometrik

BB/U : persentil
CDC 2000
20 x 100%
= 57,1%
35
TB/U : persentil
CDC 2000
121 x 100% = 89,6%
135
BB/TB : persentil
CDC 2000
20
x 100% = 88,89%
22,5
Perhitungan ini menggunakan CDC 2000 karena
pasien berumur lebih dari 5 tahun..Dari
pemeriksaan antropometrik, bisa dikatakan bahwa
pasien ini mengalami gizi kurang.

Range of Motion
NECK
ROM PASIF

ROM AKTIF

Fleksi

0-700

Sde

Ekstensi

0-400

Sde

Lateral bending

0-600

Sde

Lateral bending kiri

0-600

Sde

Rotasi kanan

0-700

Sde

Rotasi kiri

0-700

sde

kanan

Ekstremitas superior
Shoulder

Elbow

Wrist

Finger

ROM pasif

ROM aktif

Dextra

Sinistra

Dextra

Sinistra

Fleksi

0-900

0-900

Sde

Sde

Ekstensi

0-300

0-300

Sde

Sde

Abduksi

0-1800

0-1800

Sde

Sde

Adduksi

0-450

0-450`

Sde

Sde

External rotasi

0-550

0-550

Sde

Sde

Internal rotasi

0-550

0-550

Sde

Sde

Fleksi

0-800

0-800

Sde

Sde

Ekstensi

5-00

5-00

Sde

Sde

Pronasi

0-900

0-900

Sde

Sde

Supinasi

900-0

900-0

Sde

Sde

Fleksi

0-900

0-900

Sde

Sde

Ekstensi

0-700

0-700

Sde

Sde

Ulnar deviasi

0-300

0-300

Sde

Sde

Radius deviasi

0-200

0-200

Sde

Sde

MCP I fleksi

0-500

0-500

Sde

Sde

MCPII-IV fleksi

0-900

0-900

Sde

Sde

DIP II-V fleksi

0-900

0-900

Sde

Sde

PIP II-V fleksi

0-1000

0-1000

Sde

Sde

Ekstremitas inferior

ROM pasif
Dextra

Hip

Knee

Ankle

Sinistra

ROM aktif
Dextra

Sinistra

Fleksi

0-1200

0-1200

Sde

Sde

Ekstensi

0-300

0-300

Sde

Sde

Abduksi

0-450

0-450

Sde

Sde

Adduksi

0-300

0-300

Sde

Sde

Eksorotasi

0-450

0-450

Sde

Sde

Endorotasi

0-350

0-350

Sde

Sde

Fleksi

0-1350

0-1350

Sde

Sde

Ekstensi

0-00

0-00

Sde

Sde

Dorsofleksi

0-200

0-200

Sde

Sde

Plantarfleksi

0-500

0-500

Sde

Sde

Eversi

0-50

0-50

Sde

Sde

Inversi

0-50

0-50

Sde

Sde

Ekstremitas superior
Shoulder

Dextra

Sinistra

M deltoideus anterior

Sde

Sde

M biseps

Sde

Sde

M deltoideus anterior

Sde

Sde

M teres mayor

Sde

Sde

M deltoideus

Sde

Sde

M biseps

Sde

Sde

M latissimus dorsi

Sde

Sde

M pectoralis mayor

Sde

Sde

M latissimus dorsi

Sde

Sde

M pectoralis mayor

Sde

Sde

M teres mayor

Sde

Sde

M infrasupinatus

Sde

Sde

M biseps

Sde

Sde

M brachialis

Sde

Sde

Ekstensor

M triseps

Sde

Sde

supinator

M supinator

Sde

Sde

Pronator

M pronator teres

Sde

Sde

fleksor

M flexor carpi radialis

Sde

Sde

Ekstensor

M ekstensor digitorum

Sde

Sde

abduktor

M ekstensor carpi radialis

Sde

Sde

adduktor

M ekstensor carpi ulnaris

Sde

Sde

Fleksor

M fleksor digitorum

Sde

Sde

Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Aduktor

Internal rotasi
Eksternal rotasi
Elbow

Wrist

Finger

Fleksor

Laboratorium darah
Hb

12,2 mg/dL

Hct

38%

AE

4,6. 106 /uL

Al

10. 103 /uL

AT

210. 103 /uL

Gol darah

GDS

92 mg/dL

Na

138

38

CL

106

Laboratorium urin

ASSESMENT

Cerebral palsy dengan kejang dan ISK

DAFTAR MASALAH

Masalah medis : Cerebral palsy


ISK
Problem Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
kejang,
Speech Terapi
Ocupasi Terapi
aktifitas
Sosiomedik
Ortesa-protesa
Psikologi

: Kaku otot lengan karena sering


kesulitan berjalan,
: Gangguan bicara
: Gangguan dalam melakukan
sehari-hari
: tidak ada
: tidak ada
: Motivasi kedua orang tua

Terapi medikamentosa
O2 nasal 2L pm
Diet sonde 1000 kkal/hari
IVFD D NS 12 tpm
Inj Ampicillin 700 mg/6 jam
Inj Phenobarbital 2,5 mg/kgBB/12 jam IM
Ambroxol 3 x 7,5 mg
Depaken 2 x 5 mg
Carbamazepin 3 x 200 mg
Vit B6 1 x 1 tab

Rehabilitasi medik
Fisioterapi :
General exercise otot-otot lengan
Latihan stabilisasi otot leher dan kepala
Sitting balance
Standing balance
Mobility bertahap

Potitional

Speech terapi : komunikasi verbal dan

nonverbal
Okupasi terapi : pola pergerakan dasar untuk
aktivitas sehari-hari
Sosiomedik : tidak ada
Orthesa prothesa : tidak ada
Psikologi : terapi suportif pada orang tua

Planning diagnostik
Planning terapi

: kultur urin

1. Fisioterapi.
Target : mampu meregangkan otot yang tegang dan
mencegah deformitas
2. Speech terapi.
Target : penderita mampu berkomunikasi dengan baik
3. Okupasi terapi.
Target : pasien mampu melakukan aktivitas
sederhana.
Planning edukasi :

Penjelasan penyakit kepada keluarga


Penjelasan tujuan pemeriksaan dan terapi yang
dilakukan
Planning monitoring : evaluasi hasil terapi

TUJUAN
Mencegah kecacatan dan komplikasi

muskuloskeletal
Memperbaiki kemampuan motoriksehingga
dapat melakukan pergerakan dasar ADL
Memperbaiki kemampuan berkomunikasi
dengan sekitar

Cerebral Palsy : sekumpulan gejala dr berbagai macam etiologi,


patologi dan manifestasi klinis yg disebabkan oleh karena
cedera pd otak yg imatur (terjadi pd usia dini, periode usia
pertumbuhan & perkembangan otak) yg tdk progresif lagi.
Gangguan yg terjadi :
1. Gangguan motorik
2. Postur
3. Mental
4. Pendengaran
5. Penglihatan

1.

Prenatal (50%) :

Infeksi TOURCHES : Toxoplasma, Herpes,


Sipilis
Mekanisme asphixia, anoxia
Congenital malformation, kelainan placenta
Obat2an
Radiasi sinar x

Perinatal (33%) : mekanisme


anoxia/hipoxia &perdarahan
(prematuritas, trauma partus, infeksi)
3. Post natal : cedera kepala, meningitis,
encephalitis
2.

Piramidal = Spastik (50-60%)

1.

Hemiplegi : 2 anggota gerak sisi sama UE > LE


Double Hemiplegia : 4 anggota gerak sisi sama
UE>>LE
Quadriplegia : anggota gerak sisi sama LE >UE
Diplegia : anggota gerak sisi sama LE >> UE

2.

Extra Piramidal = Diskinetik (25 30%)

3.

Athetosis : tdk bisa diam, grk tanpa tujuan


Chorea : gerak menyentak yg involunter
Hemibalismus : gerakan melingkar : tarian bali
Rigiditas : Lead Pipe Type, Cog Wheel Type

Tipe campuran

1.

Ringan :
Tdk memerlukan pengobatan
Tdk ada masalah bicara
Dpt melaksanakan ADL
Ambulasi tanpa bantuan alat

2.

Sedang :
Memerlukan pengobatan / perawatan
Terdapat gangguan bicara
Tdk dpt merawat diri sendiri
Ambulasi dg alat bantu

3.

Berat : semua keadan diatas tp lebih


jelek

Tanda2 awal & gejala


Aktifitas yg kurang
Masalah menghisap/menelan
Apneic spells
Hipotonia / hipertonia
Instabilitas temperatur tubuh
Kejang
Depresi/asimetri dr reflex
primitif
8. Reaksi yg berlebihan th
stimulus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gejala non motorik


terbanyak pd CP :

1.
2.
3.
4.
5.

Reterdasi mental
Strabismus
Disarthria
Gangguan pendengaran
Scoliosis

Motorik & Deformitas


2. Retardasi Mental :
1.

40 % MR berat & undeducated


40 % sedikit MR
20 % dlm rata2 normal

Kejang / epilepsi
4. Disabilitas dr penglihatan, pendengaran,
bicara
5. Apraxia
6. Emosional sosial
3.

Masalah klinis utama CP adalah defisiensi


kontrol motorik tujuan utama rehabilitasi :
membantu penderita memperoleh, mempelajari
kesanggupan
motorik
baru
&
mengembangkannya
ke tingkat funsional
tertentu.
Biasanya juga diserta gangguan fungsi kognitif,
gangguan biacara dsb sehingga membutuhkan
penanganan multidisiplin.

Goal th/ :

1. Komunikasi
2. ADL
3. Mobilitas
4. Walking
Goal th/ : tergantung dr : Tipe CP, derajat
keparahan, derajat yg terkena, usia anak.
Faktor lain :
Situasi anak
Komposisi keluarga
Status pendidikan
Kebiasan sehari-hari
Kooperatifitas orang tua
Anggota tim

Parent education : motivasi thd orang tua & kel


Psikologi : terapi suportif thd orang tua & keal
Fisioterapi :
a. Inhibisi reflex primitif dan spastisitas
b. Fasilitasi : Rolling
Prone position
Head raising
Crawling position
Protective extension of arms
Neck, head & trunk control
Sitting balance & tolerance
Standing balance & tolerance
Gait training / ambulating dg alat
bantu

Tujuan PT
Mencapai pola pergerakan (berdiri & berjalan)
Relaxasi otot
Meningkatkan koordinasi otot
Mengembangkan kontrol volunter otot

Mencegah deformitas
Daily pasive stretching
Sikap/postur yg baik

OP (alat bantu sesuai dg deformitas)


Membantu mencegah terjadinya deformitas
Mencegah rekurensi / bertambahnya deformitas
Membantu pergerakan / fungsi
Alat2 : serial splinting, walker, kruk, brace, alat
bantu adaptive

PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada gejala dan
tipecerebral palsy
Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang
ringan.
Prognosis bertambah berat apabila disertai
dengan retardasi mental, bangkitan kejang,
gangguan penglihatan dan pendengaran.

DEFINISI

Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan dimana kuman


atau bakteri tumbuh dan berkembang biak di dalam
traktus urinarius dengan jumlah yang bermakna.
ETIOLOGI

Bakteri penyebab tersering ialah golongan


Enterobacteriaceae yang berasal dari daerah
perineum atau trakturs intestinal. E. coli merupakan
penyebab 70-80% pada ISK yang biasa. Kuman lain
yang sering juga menimbulkan ISK adalah golongan
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Streptococcus, dan
Staphylococcus.

TANDA DAN GEJALA


ISK dapat berlangsung dengan gejala :
1. Asimptomatik
Pada umumnya diketemukan secara tidak sengaja
pada
pemeriksaan rutin lab urin.
2. Simptomatis
a. Neonatus
Semakin muda anak, gejalanya makin tidak jelas. Pada
bayi yang baru lahirgejala dapat berupa demam, nafsu
makan kurang, malas minum, ikterus, hambatan
pertumbuhan, dan tanda-tanda sepsis.
b. Anak
Pada usia prasekolah, gejala dapat berupa sering sakit
perut, muntah, demam tanpa diketahui penyebabnya,
sering kencing, ngompol, sakit pinggang, dan gangguan
pertumbuhan.

PATOFISIOLOGI
ISK pada anak dapat melalui beberapa cara.
1. Pada neonatus, biasanya secara hematogen karena
akibat sepsis.
2. Pada anak yang lebih besar, biasanya berasal dari
daerah perineum yang kemudian menjalar secara
asendens sampai ke kandung kemih, ureter, atau
ke parenkim ginjal.
3. Adanya kelainan kongenital sakuran kemih,
terutama yang bersifat obstruktif atau refluks
merupakan faktor predisposisi terjadinya ISK.
4. Faktor predisposisi lainnya yaitu batu saluran
kemih, pemasangan kateter, statis urin karena
obstipasi, tumor, neurogenic bladder, dll.

Cara penampungan

Jumlah koloni
> 105

Kemungkinan infeksi
95%

104-105

Diperkirakan ISK

103-104

Diragukan, ulangi

Kateterisasi kandung kemih

<103

Tidak ada ISK, kontaminasi

Urine pancaran tengah /midstream

Laki-laki
Perempuan

> 104

Diperkirakan ISK

3 kali biakan >105

95%

2 kali biakan >105

90%

1 kali biakan >105

80%

5 kali biakan <104 - 105

Diragukan, ulangi

< 5 kali biakan <104


Klinis simptomatik

Kemungkinan ISK

Klinis asimptomatik

Tidak ada ISK

< 104

Pungsi supra pubik

Bakteri gram negatif : asal ada bakteri


Bakteri gram positif : 200 /mm urin

Tidak ada ISK

> 99%

2. Pemeriksaan urin lengkap


Pemeriksaan untuk mewaspadai adanya kemungkinan ISK:
Adanya kuman pada urin yang tidak dipusing atau
dengan atau tanpa pewarnaan. Bila ditemukan 2
kuman /10 LPB atau 5 /LPB.
Adanya pyuria atau leukosituria (>10 leukosit/mm 3).
Sedimen urin : leukosit 5 /LPB
Jumlah leukosit urin yang tidak dipusing:
Laki-laki : >10 leukosit/mm 3
Perempuan : >50 leukosit/mm 3
Tes kimiawi :Nitrit, Reduktasi biru metilen

3. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang penting ialah
Pielografi Intravena (PIV) : melihat kemungkinan terjadinya
pielonefritis
Miksi-sisto-uretrografi (MSU) : melihat adanya refluks
vesikoureter atau penyempitan pada muara uretra.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan simptomatik terhadap keluhan sakit kencing

adalah Antibiotik.
Antibiotik digunakan untuk eradikasi kuman patogen
penyebab infeksi. Sebelum ada biakan dari hasil tes
sensitivitas, berikan antibiotik yang efektif dan mempunyai
efek samping kecil. Pengobatan infeksi akut tergantung dari
berat ringannya infeksi, biasanya selama 5 sampai 7 hari.
Obat yang sering dipakai adalah Ampicilin, Kotrimoxazol,
Asam Nalidiksat, dan Nitrofurantoin.

PROGNOSIS
ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis yang

lebih baik bila diberikan pengobatan yang adekuat dan


pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang.

Anda mungkin juga menyukai