Anda di halaman 1dari 20

TBC PARU

NAMA

: 1. RINI RAESYA GUTRI


2. ABDUL AZIZ CHAN
3. YUNITA EFRIANA
4. DWI CAHYO JULIANTO
5. MARDA GINA PERMATA SARI
6. WELY DWI NOPRIANSYAH

Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih merupakan
masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
(Aditama & Chairil, 2002). Diperkirakan sekitar sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta
pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh
dunia (Depkes RI, 2006).
Angka kejadian TB di Indonesia menempati urutan
ketiga terbanyak di dunia setelah India dan Cina

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Runggu tahun


2003 di Kota Samarinda didapatkan bahwa pendidikan, kontak
serumah, lama kontak,kepadatan penghuni dan ventilasi rumah
merupakan faktor risiko terhadap kejadian TBC paru dengan nilai
OR > 1. Kontak serumah dan lama kontak merupakan faktor risiko
tertinggi terhadap kejadian TBC paru.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hsien-Ho Lin


dari Taiwan (2009) tentang perokok, mendapatkan
hampir 18.000 orang yang mewakili populasi umum
selama lebih dari tiga tahun terakhir. ditemukan
peningkata dua kali lipat resiko TB aktif. Pada perokok
dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah
merokok, ternyata kaum perokok lebih berpotensi
terkena penyakit tuberkulosis (TB),

Definisi

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar
kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru, tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit ini
merupakan infeksi bakteri kronik yang ditandai oleh
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan
reaksi hipersensitivitas yang diperantarai sel. Penyakit
tuberkulosis yang aktif bisa menjadi kronis dan berakhir
dengan kematian apabila tidak dilakukan pengobatan yang
efektif

Cara penularan
Sumber
penularan
adalah
melalui
pasien
tuberkulosis paru BTA (+). Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet. Kuman yang berada di dalam droplet
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam dan dapat menginfeksi individu lain
bila terhirup ke dalam saluran nafas.

Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar
pertama kali dengan kuman tuberkulosis. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosilier
bronkus dan terus berjalan sampai ke alveolus dan
menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman
tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara
membelah diri di paru yang mengakibatkan radang
dalam paru

Tuberkulosis pasca primer (post primary tuberculosis)


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer,
misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas
dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru
yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura
(Depkes RI, 2006).

DIAGNOSA KLINIS
Batuk > 3 minggu, batuk darah, sesak napas,
dada rasa nyeri, badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan
demam/meriang lebih dari sebulan .

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien
mungkin ditemukan konjungtiva anemis, (subfebris),
berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik pasien
sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi
secara asimtomatik. Pada TB paru lanjut dengan
fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot interkostal.

Gambaran radiologinya berupa bercak-bercak


seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak
tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang
tegas dan disebut tuberkuloma

Pemeriksaaan Sputum
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan dahak SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif.

Berdasarkan diagnosis di atas WHO


1. Pasien dengan sputum BTA positif adalah pasien
yang pada pemeriksaan sputumnya secara
mikroskopis ditemukan BTA, sekurang kurangnya
pada 2 kali pemeriksaan/1 sediaan sputumnya positif
disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan
gambaran TB aktif /1 sediaan sputumnya positif
disertai biakan yang positif

2. Pasien dengan sputum BTA negatif adalah pasien


yang pada pemeriksaan sputumnya secara
mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi
pada biakannya positif

Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosis TB terutama pada
anak-anak (balita). Sedangkan pada dewasa tes
tuberkulin hanya untuk menyatakan apakah seorang
individu sedang atau pernah mengalami infeksi
Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium
patogen lainnya (Depkes RI, 2006).

Kelemahan tes ini adalah adanya positif palsu


yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi dengan
Mycobacterium lain, negatif palsu pada pasien yang
baru 2-10 minggu terpajan tuberkulosis, anergi,
penyakit sistemik serta (Sarkoidosis, LE), penyakit
eksantematous dengan panas yang akut (morbili,
cacar air, poliomielitis), reaksi hipersensitivitas
menurun pada penyakit hodgkin, pemberian obat
imunosupresi,

Komplikasi Tuberkulosis
Tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan
benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dini
antara lain dapat timbul pleuritis, efusi pleura,
empiema, laringitis, usus Poncets arthropathy

Tipe Penderita Tuberkulosis


1.
Kasus baru
2.
Kambuh
3.
Pindahan
4.
Setelah lalai
5.
Gagal
6.
kasus kronis
7.
Tuberkulosis resistensi

Terapi TB
Program nasional pemberantasan TB di Indonesia
sudah dilaksanakan sejak tahun 1950-an. Ada 6
macam obat esensial yang telah dipakai yaitu
Isoniazid (H), Para Amino Salisilik Asid (PAS),
Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin (R) dan
Pirazinamid (Z).

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai