Anda di halaman 1dari 37

Presentasi Kasus

MULTIGRAVIDA ATERM DENGAN IMPENDING


EKLAMPSIA DAN BEKAS SEKSIO SESARIA SATU
KALI (ai LETAK LINTANG) YANG DITERMINASI
DENGAN SEKSIO SESARIA
Penyaji
Widya Handayani Lestari, S.Ked
Pembimbing
Dr. Frita Riningsih, SpOG

Rekam Medik
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. N
Med.Rec/Reg : 71 88 84
Umur
: 34 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat
: Durian amporen,Bengkulu
Utara
MRS
: 24 Mei 2016
Pkl 03.30 WIB

Riwayat Perkawinan
Kawin 1x, Lama perkawinan 9 tahun

Riwayat Reproduksi
Menars 13 tahun, Lama Haid 5 hari,Siklus haid teratur
HPHT 1-9-2015

Riwayat Kelahiran / melahirkan


1. 2008, Aterm, RS, SC (ai letak lintang),
Laki-laki, 3200 g, sehat
2. Hamil ini

Riwayat Antenatal Care


Pasien memeriksakan kandungannya ke bidan sebanyak 3 kali
- Pada trimester pertama
- 2x pada trimester ketiga

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-)
DM (-)
Asma (-)
Peny. Jantung (-)
Riwayat Sosek dan Gizi
R/ sosek : sedang
R/ gizi : sedang

Keluhan utama :
Mau melahirkan dengan darah tinggi dan bekas operasi
melahirkan
Riwayat Perjalanan Penyakit

Os rujukan RSUD
Argamakmur
dengan mau
melahirkan dengan
darah tinggi dan
bekas operasi
melahirkan

- R/ perut mules yg
menjalar ke
pinggang (+)
- R/ keluar darah
lendir (-)
- R/ keluar air-air (-)

* R/ darah tinggi pd
kehamilan sebelumnya (-)
* R/ darah tinggi sebelum
hamil (-)
* R/ darah tinggi pd
kehamilan skrg (+)
R/ darah tinggi dalam
keluarga (+)
* R/ mual muntah
hebat(+)
* R/ sakit kepala hebat (+)
* R/ penglihatan kabur (+)
* R/ nyeri ulu hati (+)

Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan

PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Khusus

Keadaan Umum
Sensorium : compos mentis
Tipe badan : piknikus
BB
: 68 kg
TB
: 157 cm
Tek.Darah : 170/110 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu

: 36,5oC

Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas :
Edema pretibial +/+
Refleks patologis -/-

dlm batas
normal

PEMERIKSAAN OBSTETRI
PEMERIKSAAN LUAR :
FUT 3 jari dibawah
proc.xyphoideus (30 cm)
Memanjang, puki, kepala,
penurunan U 5/5, his 2x/10/25,
DJJ 148 x/mnt, reguler, TBJ
2635 gram
PEMERIKSAAN DALAM :
Portio lunak,posterior,eff 50%, 1
cm, H I-II, ketuban dan
penunjuk blm dapat dinilai

INDEKS GESTOSIS
Edema
: 1
Proteinuria
TD sistolik : 2
TD diastolik

: 1
: 2
6

LABORATORIUM (24-05-2016)

DARAH
RUTIN
Hb
Leukosit

: 11,7 g/dl
: 18000/mm3

Trombosit : 234000/mm3
Ht

: 35 vol%

SGOT

: 17 U/L

SGPT

: 9 U/L

URIN
RUTIN
Warna
: kuning
Sel epitel
:+
Kejernihan : jernih
Protein
: ++

DIAGNOSIS KERJA

G2P1A0 hamil 38 minggu


inpartu kala 1 fase laten
dengan impending
eklampsia dan bekas
operasi sc 1 kali (ai letak
lintang) janin tunggal hidup
presentasi kepala

TERAPI
-

Stabilisasi 1-3 jam


Observasi DJJ, TVI, tandatanda inpartu
Inj. MgSO4 40% 8 g IM
(boka-boki) dilanjutkan dg
inj. MgSO4 40% 4g IM
(boka/boki) tiap 6 jam
IVFD RL gtt XX/menit
Nifedipin 3x10 mg
Kateter menetap, catat
balans cairan

Cek Lab DR,UR, KD, Crossmatch


Evaluasi ~ satgas gestosis

LAPORAN OPERASI 24-05-2016


-

Pukul 09.20 WIB


Operasi dimulai

Pukul 09.30 WIB


Lahir neonatus hidup, lakilaki, BB 2700g, PB 48 cm,
AS 8/9 PTAGA

Pukul 09.35 WIB


Plasenta lahir lengkap

Pukul 10.20 WIB


Operasi selesai
D/ Pra bedah
G2P1A0 hamil 38 minggu inpartu kala 1 fase laten dgn
impending eklampsia dan bekas sc 1 kali (ai letak
lintang) JTH Preskep
D/ Pasca bedah
P1A0 ai impending eklampsia + bekas sc 1 kali (ai letak
lintang)
Tindakan : SSTP
-

Follow UP
St.Presens
Kel
KU
Sens
TD
N
RR
T
Pem.Luar
Tifut

24-5-2016
Pkl 13.00 WIB

25-5-2016
Pkl 07.00 WIB

26-5-2016
Pkl 07.00 WIB

Habis operasi
melahirkan
Sedang
Compos mentis
150/110 mmHg
82 x/menit
18 x/menit
36,5 oC

Sedang
Compos mentis
140/90 mmHg
80 x/menit
20 x/menit
36,6oC

Sedang
Compos mentis
130/80 mmHg
80 x/menit
20 x/menit
36,4oC

Fut 2 jari dibawah


pusat,perdarahan
aktif (-),luka
operasi tertutup
opsite

Fut 2 jari dibawah


pusat,perdarahan
aktif (-),luka
operasi tertutup
opsite

Fut 2 jari dibawah


pusat,perdarahan
aktif (-),luka
operasi kering

Follow UP

24-05-2016
Pkl 13.00 WIB

25-05-2016
Pkl 07.00 WIB

26-05-2016
Pkl 07.00 WIB

Diagnosis

P2A0 post SSTP ai


Impending
Eklampsia +
bekas sc 1 kali (ai
letak lintang)

P2A0 post SSTP


hari 1 ai
Impending
Eklampsia +
bekas sc 1 kali (ai
letak lintang)

P2A0 post SSTP


hari ke 2 ai
Impending
Eklampsia +
bekas sc 1 kali (ai
letak lintang)

Terapi

- Observasi TVI,
perdarahan
-IVFD RL gtt
XX/menit
-Kateter menetap
-Inj. Cefotaxim 1
g/ 8 jam IV
-Inj. Asam
traneksamat 250
mg / 8 jam IV
-Inj. Tramadol 100
mg/ 8 jam IV
-Inj. MgSO4 40%
s.d 24 jam post

-Observasi TVI,
perdarahan
IVFD RL gtt
XX/menit
Kateter aff
- Methyldopa 250
mg/ 8 jam
- Ciprofloxacin
500 mg/12 jam
- Paracetamol
500 mg/12 jam

- Observasi TVI,
perdarahan
- IVFD RL aff
- Methyldopa 250
mg/ 8 jam
- Ciprofloxacin
500 mg/12 jam
- Paracetamol
500 mg/12 jam
- Ganti perban
- Pasien boleh
pulang

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pre Eklampsia dan Impending Eklampsia
Preeklampsia adalah kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang
ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria
meningkat secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ
(termasuk gangguan pertumbuhan janin)

Preeklampsia ringan
- Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi terlentang; atau
kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan tekanan diastolik 15
mmHg.
- Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau mid stream.
- Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1
kg per minggu.

Preeklampsia berat
preeklampsi dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih
dari 5 gram/24 jam.
Dibagi menjadi:
Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia

Pre eklampsia digolongkan berat bila terdapat satu atau lebih gejala:
- Tekanan sistole 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg
- Proteinuria 5 gr atau lebih per jumlah urin selama 24 jam
- Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.
- Kenaikan kreatinin serum
- Gangguan visus dan serebral; kesadaran, nyeri kepala, dan pandangan kabur
- Nyeri di daerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen karena
teregangnya kapsula Glisson
- oedema paru-paru dan sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Terjadi gangguan fungsi hepar peningkatan SGOT dan SGPT
- Pertumbuhan janin terhambat
- Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3) atau penurunan trombosit dengan
cepat
- Sindroma Hellp.

Impending eklampsia adalah timbulnya tanda-tanda


klinis berupa nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual dan
muntah pada penderita preeklampsia. Impending
eklampsia merupakan penanda awal akan terjadinya
eklampsia jika tidak segera ditatalaksana dengan
tepat dan dapat memberikan komplikasi pada ibu dan
anak.

ETIOLOGI

Gambar 1. Mekanisme terjadiya disfungsi endotel


Dikutip dari Sheehan6

Penanganan
Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat adalah mencegah
timbulnya kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah
perdarahan intrakranial serta kerusakan dari organ-organ
vital dan melahirkan bayi dengan selamat.

Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri.


Indikasi :
Bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini
1).Ibu :
a).Kehamilan lebih dari 37 minggu
b).Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia
c).Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.
2).Janin :
a).Adanya tanda-tanda gawat janin
b).Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat.
3).Laboratorium :
Adanya sindroma HELLP .

Pengobatan Medikamentosa
1).Infus RL atau D5%
2). MgSO4 40%
- dosis awal: 8 g IM ( bokong kiri dan bokong kanan)
- dosis lanjutan 4 g IM/ 6 jam (bokong kiri atau bokong
kanan)
3). Antihipertensi ( Nifedipine 10 mg)
4). Diuretika (hanya jika ada edema paru, gagal jantung
kongestif, edema anasarka)
5). Diet seimbang
6). Kortikosteroid pada usia kehamilan 28-36 minggu

Cara Persalinan:
Diutamakan pervaginam, kecuali ada indikasi SC
Jika belum inpartu,
Induksi persalinan jika BS > 8
Bila perlu matangkan serviks dengan misoprostol
Induksi persalinan harus mencapai kala II dalam 24 jam. Jika tidak
dianggap gagal dan harus dilakukan SC

Pengelolaan Konservatif, yang berarti kehamilan tetap


dipertahankan
Indikasi
Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tandatanda impending eklamsi dengan keadaan janin baik.
Medikamentosa
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara
aktif.
Cara Persalinan:
Diutamakan pervaginam, kecuali ada indikasi SC
Jika belum inpartu, pertahankan kehamilan sampai aterm

Prognosis
Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian
ibu antara 9,8 20,5%, sedangkan kematian bayi yaitu 42,2
48,9%.
Kematian ibu biasanya karena perdarahan otak, decompensatio
cordis, oedem paru, payah ginjal dan aspirasi cairan
lambung. Sebab kematian bayi karena prematuritas dan
hipoksia intra uterin.

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat ?
2. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah
tepat ?

1. Apakah diagnosis pada pasien ini


sudah tepat ? ?

Berdasarkan anamnesis didapatkan Ny. N 34 tahun, masuk


rumah sakit tanggal 24 Mei 2016 dengan keluhan mau
melahirkan dengan darah tinggi dan bekas operasi
melahirkan disertai dengan sakit kepala,nyeri epigastrium,
mual muntah. Status present tekanan darah 170/110 mmHg

PL : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah prosesus xyphoideus (30


cm), letak janin memanjang, punggung di kiri, terbawah
kepala, penurunan 5/5, his 2x/10/25, denyut jantung janin
148 x/menit, teratur, taksiran berat badan janin 2635 gram.
Pemeriksaan dalam: porsio lunak, posterior, eff 50%,
pembukaan 1 cm, kepala, HI, ketuban dan penunjuk belum
dapat dinilai
Pada pemeriksaan protein urin didapatkan +2.

Pasien didiagnosis G2P0A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase


laten dengan impending eklampsia dan bekas operasi
melahirkan (ai letak lintang) janin tunggal hidup presentasi
kepala.
Ditatalaksana dengan stabilisasi 1-3 jam, Inj. MgSO4 40% sesuai
protokol, nifedipin tab 3 x 10mg, dan direncanakan terminasi
kehamilan secara perabdominam setelah stabilisasi

2. Apakah penetalaksanan pasien ini


sudah tepat ?
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu;
1. Konservatif : Bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa.

2. Aktif : bila umur kehamilan 37 minggu, artinya: kehamilan


diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk
stabilisasi ibu(1).

Pada kasus ini usia kehamilan aterm dan dilakukan dilakukan


terminasi perabdominam setelah dilakukan stabilisasi
Stabilisasi dilakukan untuk menurunkan indeks gestosis
Dilakukan protap Injeksi MgSO4

KESIMPULAN
1.Pada pasien ini didiagnosis dengan impending eklampsia
karena didapatkan gejala sakit kepal,gangguan
gastrointestinal dan gangguan mata, selain itu didapatkan
tekanan darah tinggi dan proteinuria yang positif dua
2.Penatalaksananan pasien sudah tepat yaitu dilakukan
stabilisasi terlebih dahulu sebelum dilakukan terminasi
perabdominam

RUJUKAN
Norwitz ER,Dong Shu C, Repke JP, Acute complications of
preeclampsia in Clinical Obstetric and Gynecology : Lippincott
Williams & Wilkins. Inc; vol 45 ;number 2.308-329:2002
Wiknjosastro H, Sumpraja S, Saifuddin AB. Ilmu kebidanan. Edisi
kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1986: 7, 480487, 476-477. Jakarta
Arias F. Partical guide to high-risk pregnancy and delivery. 2 nd ed.
Missouri : Mosby Year Book inc., 1993; 433-440
Cavanagh D, Knuppel RA, OConnor TCF. Preeclampsia and eclampsia
In: Cavanagh D, Woods RE, OConnor TCF, Knuppel RA. Obstetric
emergencies. Philadelphia: Harper and Row publisher, 1982; 107132
Cunningham FG, Fernandez CO, Hemandez C. Blindness associated
with preeclampsia and eclampsia. Am J Obstet Gynecol
1995;172:1291-8.

Sibai BM, Mabie WC. Hypertensive states of pregnancy In: DeCherney


AH, Pernoll ML. Current obstetric and gynecologic diagnosis and
treatment. 8th ed: Connecticut: Appleton and Lange, 1994
Sheehan JL, Lynch JB. Pathology of preeclampsia in pregnancy.
Baltimore (MD): Williams and Wilkins; 1973.
Walker JJ, Dekker GA. The etiology and pathophysiology of
hypertension in pregnancy. In: Walker JJ, Gant NF. Hypertension in
pregnancy. London: Chapman & Hall Medical, 1997: 47-48
Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Said S. Panduan pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan di Indoensia. Edisi I. Jakarta: Satgas
Gestosis POGI, 1985.
Sibai BM. The HELLP Syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes,
and low platelets): much a do about nothing. Am J Obstet Gynecol
1990;162:311 6.

Vikse BE, Irgens LM, Leivestad T, Skjaerven R, Iversen BM. Preeclampsia and the
risk of end-stage renal disease. N Engl J Med 2008;359:800-9.
Angsar MD, Kristanto H, Kusuma AANJ et al. Pedoman pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan di Indonesia, Edisi kedua, Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, 2005.p9-20
Mattar F, Sibai BM. Eclampsia: Risk factors for maternal morbidity, Am J
Obstet Gynecol. 2000; 182: 307-12
Hayman R, Myers J. Diagnosis and clinical presentation, In Baker PN,
Kingdom JCP, editors, Pre-eclampsia current prespective on
management, New York: The parthenon publishing group; 2004.p 133-43
Krisnadi SR, Johanes CM, Effendi JS. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Edisi ke 2, Bandung:
Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Rumah sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung; 2005.p60-70

Abdullah N. Hipertensi Pada Kehamilan, In Soegiarto G. Kapita Selekta


Clarkship Kebidanan, Surabaya: Lab./UPF Obstetri & Ginekologi
FKUA/RSUD Dr. Soetomo Surabaya; 1985.p19-27
Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan FK Unsri/RSUP dr. M. Hoesin,
Prosedur pelayanan pre-eklampsia berat (PEB). RSUP dr. M. Hoesin
Palembang, 2007.p1-5
Wibowo B, Rachimhadhi T. Preeklampsia dan Eklampsia, In Wiknjosastro H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1997.p281 300
Tannirandorn Y. Is magnesium sulfate for prevention or only therapeutic in
preeclampsia?. J Med Assoc Thai, 2005; 88 (7):1003-10
Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan
Nasional: Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Edisi pertama,
Jakarta: JNPKKR-POGI bekerjasama dengan YBPSP; 2002.p 206-16
Profitasari, Hartanto H, Suyono YJ, Yusna D, Kosasih AA, Drawira J, Cendika
R, Gangguan hipertensi dalam kehamilan, In Cuningham FG, Gant NF,
Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD, Obstetri Williams, Alih
bahasa Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU, Edisi 21, Jakarta: EGC;
2006.p624-73

Dekker GA, Sibai BM. Ethiology and pathogenesis of preeclampsia: current


concepts, a reviews Am J Obstet Gynecol. 1998; 179: 1359-75
Angsar MD, Kristanto H, Kusuma AANJ et al. Pedoman pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan di Indonesia, Edisi kedua, Himpunan
Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, 2005.p9-20
Mattar F, Sibai BM. Eclampsia: Risk factors for maternal morbidity, Am J
Obstet Gynecol. 2000; 182: 307-12
Collins R, Duley L, Hey E et al. Magnesium sulphate for treatment of preeclampsia: a trial to evaluate the effects on women and their babies, The
Magpie Trial, January 13th, available from
http://www.biomedcentral.com/1471-2393/4/5
Sibai BM. Magnesium sulfate is the ideal anticonvulsant in preeclampsiaeclampsia. Am J Obstet Gynecol, 1990; 162:1141-5
Chalik TMA. Dampak terapi sulfas magnesikus terhadap tekanan darah
pada penderita preeklampsia dan eklampsia. MKI, Desember 1988;
38(12):601-4

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai