Anda di halaman 1dari 23

ANALISA

KEMANTAPAN
LERENG
SECARA GRAFIS.

Bila suatu lereng terdapat pada batuan luar yang mempunyai


bidang-bidang diskontinu, seperti misalnya bidang-bidang
perlapisan, sesar, kekar, liniasi dan lain-lain, maka
analisisnya akan berbeda dengan bila berada pada tanah
biasa (soil)
Dalam keadaan seperti ini, maka hal-hal yang sangat penting
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Orientasi dari bidang diskontinu (jurus dan kemiringan).
2. Resistensi dari bidang-bidang diskontinu
3. Harga sudut geser dalam (interval friction angle)
4. Harga kohesi pada bidang diskontinu
5. Tekanan pori air pada bidang diskontinu
6. Posisi dari bidang diskontinu terhadap bidang yang lain dan
terhadap permukaan lereng.

Dari data-data yang dikumpulkan seperti diatas, kemudian


dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. analisa kemungkinan terjadinya longsoran dalam
bentuk bidang, baji, guling tau merupakan daerah
mantap dengan menggunakan analisis secara Stereo
net
2. Hitung dan tentukan apakah daerah tersebut
mempunyai kemungkinan tidak mantap atau mantap
dengan menentukan harga faktor keamanan.

Stereo plot data geometri dan


geologi.

Perkiraan geometri untuk


analisis kemiringan dalam
dua dimensi

CARA PENGGAMBARAN STRUKTUR


BATUAN PADA JARING SCHMIDT DALAM
ANALISIS KEMANTAPAN LERENG
SECARA GRAFIS

Dalam menggambarkan struktur batuan dalam analisis secara grafis


alat yang digunakan adalah Jaring Schmid (Schmids Net) yang
digunakan sebagai pola, dan kertas transparan untuk
menggambarkannya dan perhitungan untuk menentukan kutub dengan
menggunakan Kalsbeek Counting Net

Kalsbeek Counting
Net

LANGKAH PENGGAMBARAN STRUKTUR BIDANG.

Sebagai contoh penggambaran


akan digambarkan sebuah bidang
dengan orientasi N 400 E / 500 S.

LANGKAH PERTAMA.
Kertas transparan dihimpitkan pada jaring SCHMIDT,
kemudian titik utara (N) ditandai. Dari arah N diukur 400 ke
arah E, kemudian ditandai

LANGKAH KEDUA
Arah 400 yang telah ditandai diatas, kertas transparannya diputar
diputar kearah N sampaai tanda berhimpit dengan N, kemudian gambar
busur pada lingkaran besar, ukur 500 dari luar lingkaran.
Adapun kutub dari bidang tersebut diperoleh dengan menggambarkan
sebuah titik 500 dari pusat dari titik pusat jaring (900 dari busur tadi)

LANGKAH KETIGA.
Titik utara (N) yang sudah ditandai pada langkah pertama
dikembalikan pada arah semula, sehingga bidang dengan orientasi N
400 E / 500 S sudah tergambar.

LANGKAH PENGGAMBARAN ARAH DAN PENUNJAMAN


PERPOTONGAN DUA BIDANG.

Sebagai contoh akan digambarkan


dua bidang A dan B yang saling
berpotongan. Adapun orientasi kedua
bidang tersebut adalah
bidang A dengan orientasi N 400 E / 500
S dan Bidang B N 1650 E / 300 S.

LANGKAH PERTAMA

Penggambaran kedua bidang A dan B


dilakukan dengan menggunakan
jaring SCHMIDT seperti contoh
penggambaran Struktur bidang.

LANGKAH KEDUA
Arah perpotongan kedua bidang tersebut diperoleh dengan menarik garis dari
pusat jaring ke perpotongan kedua bidang. Hasil perpotongan dapat dibaca
200,50.

LANGKAH KETIGA
Putar titik perpotongan kedua bidang tersebut diatas sampai berhimpit dengan
sumbu W-E, kemudian ukur sudutnya dari luar lingkaran. Sudut tersebut
merupakan sudut penunjaman perpotongan dua bidang (terbaca 200,50)

LANGKAH PENGGAMBARAN SUDUT PERPOTONGAN DUA


BIDANG

Sebagai contoh akan digambarkan dua


bidang A dan D,
dengan orientasi
bidang A adalah N 3300 E / 500
dan
bidang D adalah N 2300 E / 360.

LANGKAH PERTAMA.
Penggambaran dilakukan seperti pada contoh-contoh sebelumnya, sehingga
diperoleh kutub kedua bidang.

LANGKAH KEDUA
Putar kedua kutub bidang tersebut sampai berhimpit pada satu busurlingkaran
besar. Sudut antara kedua kutub tersebut merupakan sudut perpotongan kedua
bidang diatas (terbaca 640)

LANGKAH PENGGAMBARAN SUDUT GESER DALAM ().

Sudut geser dalam digambarkan


sebagai sebuah lingkaran pada jaring
Schmidt dengan pusatnya berimpit
dengan pusat jaring. Besar sudut
tersebut diukur (digambarkan) dari
luar jaringke arah pusat jaring.

Sebagai contoh akan digambarkan sudut geser dalam () sebesar 300

Anda mungkin juga menyukai