Anda di halaman 1dari 13

TujuanIslam

02/10/13

FTIPerbanasInstitute

D. Membangun Umat (Bangsa)


yang Shalih
Tujuan Islam yang mendasar membentuk sebuah yang istimewa. Yang
menerapkan risalahnya, membangun kehidupan berdasarkan akidah islam
dan syariatnya. Serta membawa risalah dan ajaran islam ke seluruh dunia.
Sebagaimana Allah SWT member tahu Rasul-nya:
Dan Tiada kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi alam semesta. (Q.S. Al-Anbiya: 107 )
Islam dilahirkan di Jazirah Arab dan menganut prinsip kekabilahan
(kesukuan) dan fanatisme. Kekabilahan merupakan dasar loyalitas dan
sumber kebanggan dan afiliasi, yang mana tidak ada tempat bagi anak
kabilah kecuali dengannya. Masing-masing kabilah (suku) berusaha untuk
menguasi kabilah lain untuk memperoleh sumber daya dari segala
penjuru, oleh karena itu sering terjadi perang antar kabilah (suku).

D. Membangun Umat (Bangsa)


yang Shalih
Pada saat Islam tiba/dating, Islam memindahkan mereka secara besar-besaran
kea lam pemikiran mereka, alam perasaan, dan realita dunia. Islam
memperingatkan dengan keras dari menyerukan fanatisme dengan segala
bentuknya, khusunya fanatisme kepada suku (kabilah).
Dalam Hadits disebutkan: Bukan termasuk golongan kami orang yang
menyerukan kepada fanatisme, atau berperang demi fanatisme, ataupun mati
demi fanatisme. (H.R. Abu Daud dan Muslim)
Barang siapa yang berperang dibawah panji fanatisme, marah demi
fanatisme, atau menyerukan kepada fanatisme atau menolong fanatisme, lalu
ia terbunuh, maka kematiannya adalah kematian yang jahiliyah. (H.R.
Muslim)
Islam menginginkan kaum muslimin menjadi sebuah umat yang berafiliasi
kepada kebenaran (Al-Haq). Ia jga merupakan umat iman, oleh karena itu
selalu dipanggil Allah dengan panggilan: Wahai orang-orang yang beriman

E. Membangun Negara yang


Shalih
Islam sangat menginginkan membangun umat yang shalih dan
konstruktif, yang memiliki risalah rabbaniyah insaniyah, akhlaqiyah dan
alamiyah.
Tujuan agar tercapainya Negara yang shalih harus merealisasi tujuantujuan, mengembangkan karakteristiknya memelihara risalah, berjuan
menanamkan dalam diri umat dan menyebarkan ke seluruh
dunia/menjadi percontohan dari Negara lainnya.
Pada masa penjajahan yang menguasai Negara-negara muslim pada
umumnya menanamkan bahwa islam itu hanyalah sebegai agama (din)
dan tidak mengatur urusan kenegaraan/ Negara. Jikalau ada urusan
Negara maka diatur dengan akal budi manusia sesuai dengan
pengalaman dan kondisinya yang terjadi.

Dalil Dari Al-Quran dan Al-Hadits


Tentang Sistem Negara yang
Shalih
Hal ini bukan merupakan hasil rekayasa dari sebuah komnitas atau gerkan
islam, melainkan merupakan apa yang dikatakan oleh Al-Quran dan AlHadits, tabiat dawahnya yang menyeluruh (komprehensif).
Penggalan 2 ayat dari surat An-Nisa :
Sesungguhnya Allah Menuruh Kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hokum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulnya, dan ulil amri diantara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Rasulnya. (Q.S. An- Nisa : 58-59)
Ayat pertama ditijukan kepada penguasa dan pemerintah: untuk memlihara
amanat dan menelaah hokum dengan adil, karena penyia-nyiaan amanat
dan keadilan merupakan ancaman suatu bangsa.

Dalil dari Fakta Sejarah Islam


Rasulullah SAW telah berusaha dengan segenap kekuatan dan pikiran dari
wahyu untuk mendirikan sebuah Negara bagi islam, sebagai tempat
menyalurkan dawahnya dimana tak seorang pun memiliki kuasa kecuali
kekuasaan syariat.
Rasulullah menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah untuk mengimani
dawahnya. Sampai akhirnya Allah mentakdirkan kaum Anshar dari kabilah
Aus dan khazraj dari Madinah untuk mengimani risalahnya.
Madinah merupakan Negara islam dan merupakan basis Negara yang baru,
yang dikepalai oleh Nabi Muhammad SAW.

Kebutuhan Kita Kepada Sebuah


Pemerintahan yang Memelihara
Islam

Yang dibutuhkan oleh dawah Islam di masa sekarang ini yaitu berdirinya
risalah islam sebagai akidah dan system.
Pemerintahan merupakan suatu keharusan islam. Karena akan memberikan
kepada umat manusia nilai-nilai kehidupan keterpaduan agama dan dunia.

F. Dawah (Seruan) Kepada


Kebaikan Umat Manusia
Sejak awal, dawah (seruan) Islam merupakan sebuah risalah universal.
Risalah Islam yang universal merupakan rahmat bagi alam semesta
sebagaimana yang digambarkan oleh allah, dan merupakan sebuah seruan
kepada kebaikan umat manusia. Berikut adalah beberapa nilai luhur atau
prinsip yang paling penting dalam Islam :

Membebaskan manusia dari


penyembahan kepada manusia
Islam dengan segala seruan nya (dawah) kepada tauhid murni dan
perlawanannya terhadap syirik dengan segala bentuk dan tingkatannya,
membebaskan manusia dari penghambaan terhadap manusia, sebagaimana
membebaskannya dari penghambaan kepada segala sesuatu selain Allah
SWT.

Persaudaraan dan persamaan


manusia
Salah satu tauhid yang di dawah kan oleh Islam adalah persaudaraan manusia,
dan salah satu konsekuensinya adalah persamaan manusia. Persaudaraan
dibangun berdasarkan atas dua hal berikut :
Bahwa manusia semuanya dengan tututan dawah tauhid, adalah hamba bagi
Allah SWT, yang telah menciptakan mereka lalu menyempurnakan penciptaan
mereka, maka mereka adalah sama dalam kedudukan sebagai hamba Allah.
Mereka semua adalah anak-anak dari satu ayah meskipun berbeda-beda
warna kulit, berjauhan tanah air, beragama bahasa dan berpautan kelas social
mereka. Mereka semua adalah sama dalam kedudukan sebagai anak Adam.
Berikut khutbah Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam dalam Haji Wada :
Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kamu adalah satu, dan
sesungguhnya bapak kamu adalah satu. Setiap kamu adalah anak Adam, dan
anak Adam itu berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas
orang Ajam (non Arab), dan bagi orang berkulit putih atas orang berkulit hitam
kecuali dengan takwa. (H.R. Ahmad)

Keadilan bagi seluruh manusia


Salah satu yang diserukan Islam untuk kebaikan umat manusia adalah menegakkan
keadilan antara sesama umat manusia untuk semua manusia. Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dengan membawa buktibukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Q.S. Al-Hadid : 25)
Allah memerintahkan untuk tidak menghalangi mereka dari perasaan cinta terhadap
orang dekatnya atau kebencian terhadap orang jauh, karena perasaan cinta dan
benci itu adalah keadilan karena Allah. Sebagai mana Allah SWT berfirman :
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi bagi Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapak dan kaum kerabatmu. (Q.S. An-Nisa : 135)
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yag selalu
menegakkan keadilan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah. (Q.S. Al-Maidah : 8)

Perdamaian dunia
Salah satu prinsip ini dalam hal perdamaian dunia adalah dengan berjihad di jalan
Allah, karena jihadi di jalan Allah itu merupakan amal perbuatan yang paling utama
di sisi Allah SWT.
Tetapi dalam Islam, jihad sesungguhnya hanyalah diwajibkan demi membela
dawah jika dimusuhi atau pemeluk dawah disiksa atau difitnah, untuk memerangi
orang yang memerangi umat Islam, untuk menyelamatkan orang-orang lemah yang
tertindas di muka bumi, memberi pelajaran kepada orang-orang yang mengkhianati
perjanjian dan orang-orang yang melanggar batas, dan tidaklah jihad disyariatkan
untuk permusuhan atau pelanggaran terhadap orang yang berdamai yang tidak
berdosa dan tidakmenyakiti umat Islam serta tidak memerangi mereka atau
menampakan permusuhan terhadap umat Islam. Hal ini dijelaskan di dalam AlQuran :
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al-Baqarah : 193)
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan lagi, kecuali terhadap orang-orang yang dzalim.
(Q.S. Al-Baqarah : 193)

Toleransi terhadap orang-orang


non muslim
Prinsip yang diserukan disini adalah toleransi (tenggang rasa) terhadap orang-orang non
muslim dan berinteraksi dengan mereka dengan jiwa perikemanusiaan yang universal dan
tidak fanatik.
Al-Quran telah membedakan hubungan interaksi sosial menjadi dua golongan dari
kalangan non muslim, yaitu :
Golongan pertama adalah golongan muharibin yaitu yang memerangi umat Islam karena
factor agama, mengusir umat Islam dari negeri-negeri mereka, dan menolong orang yang
mengusir umat Islam.
Golongan kedua adalah golongan musalim (berdamai) yang tidak terlibat dan tidak
memiliki andil dalam bentuk berbagai permusuhan dengan umat Islam.
Hal itu terdapat dalam dua ayat berikut yang dianggap sebagai undang-undang dasar yang
baku dalam penentuan hubungan dengan orang-orang non muslim. Allah SWT berfirman :
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kmu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu serta membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka
mereka itulah orang-orang yang dzalim. (Q.S. Al-Mumtahanah : 8-9)

Anda mungkin juga menyukai