Anda di halaman 1dari 42

Penatalaksanaan Anastesi

pada Sectio Caesaria


Oleh :
Vini Puspasari
N 111 13 023
Pembimbing :
dr. Ferry Lumintang, Sp.An

Pendahuluan
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus.
Proses persalinan ini memiliki risiko yang
dapat membahayakan keadaan ibu dan
janin yang sedang dikandungnya.
Salah satu resiko yang dapat terjadi
adalah terjadinya perubahan
hemodinamika

Teknik anastesi secara garis besar


dibagi menjadi dua macam, yaitu
anastesi umum dan regional.
Anastesi umum bekerja untuk
menekan aksis hipotalamus pituitary
adrenal.
Anastesi regional berfungsi untuk
menekan transmisi impuls nyeri dan
menekan saraf otonom eferen ke
adrenal.

Tinjaun
Pustaka

Perubahan Fisiologi pada Ibu


Hamil
Perubahan fungsi pernapasan
Edema jalan napas mudah terjadi
obstruksi dan trauma saat ETT
Pada saat persalinan kebutuhan
oksigen meningkat sampai 100%.
total lung volume turun sekitar 5%

Perubahan

fungsi hemostasis
TBV 30% terutama volume plasma
hct akibatnya anemia relatif.
Uterus berkontraksi cardiac output
dan tekanan darah

Perubahan gastrointestinal

Keasaman dan sekresi asam


lambung
Pengosongan lambung
memanjang
Resiko terjadi mendelson sindrom

Manajemen
Anastesi
Preoperatif

Penilaian preoperatif
Memperkirakan keadaan fisik dan psikis pasien
Melihat kelainan yang berhubungan dengan
anastesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma,
atau alergi (serta manifestasinya baik berupa
dyspneu maupun urtikaria)
Riwayat penyakit pasien, obat-obatan yang
diminum pasien
Tahapan resiko anastesi (status ASA) dan
kemungkinan perbaikan status praoperasi
(pemeriksaan tambahan dan atau terapi
diperlukan)
Pemilihan jenis anastesi dan penjelasan
persetujuan operasi (informed consent) kepada
pasien

Terapi cairan
Terapi cairan preoperatif :
penggantian defisit cairan
sebelumnya,
kebutuhan maintenance
luka operasi seperti perdarahan

premedika
si
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam
sebelum induksi anestesi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi.
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar indusi anesthesia
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan

Pemilihan teknik anastesi


Persiapan Pasien
informasi tentang tindakan anestesi spinal
(informed consent)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Perlengkapan tindakan anestesi spinal harus
diberikan dengan persiapan perlengkapan operasi
yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian
anestesi umum, dan tindakan resusitasi

Teknik Anestesi Spinal


Adapun langkah-langkah dalam melakukan anestesi
spinal adalah sebagai berikut :
Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan
dalam posisi lateral dekubitus.
Penusukan jarum spinal dapat dilakukan pada L2L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau
diatasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau
alkohol.
Beri anastesi lokal pada tempat tusukan
Cara tusukan median atau paramedian. Untuk
jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat langsung
digunakan.

Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah


perineal misalnya bedah hemoroid (wasir) dengan
anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum
flavum dewasa 6cm.

Obat-obat lokal anestesi berdasarkan


barisitas dapat digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
Hiperbarik,
Hipobarik,
Isobarik.

Teknik Anastesi pada seksio


sesarea
regional anastesi lebih disukai sebab dapat
mengurangi depresi pada neonatus dan kejadian
aspirasi pulmonal
Anastesi umum yang diberikan jangan terlalu
dalam dengan menggunakan obat induksi.
Thiopenthal 3-4 mg/KgBB atau ketamin 0,75-1,0
mg/KgBB IV.

Durante Operasi dan Monitoring


Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus
kristaloid, koloid, atau kombinasi keduanya.
Cairan kristaloid adalah cairan dengan ion low
moleculer weight (garam) dengan atau tanpa
glukosa. cairan kristaloid cepat menyeimbangkan
dengan dan mendistribusikan seluruh ruang
cairan ekstraseluler
cairan koloid juga mengandung zat high moleculer
weight seperti protein atau glukosa polimer besar.
Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid
plasma dan untuk sebagian besar intravaskuler

Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor


pasien selama anastesi adalah :
Frekuensi nafas, kedalaman dan karakter
Heart rate, nadi dan kualitasnya
Warna membran mukosa, capillary refill time
Kedalaman/stadium anestesi (tonus rahang, posisi
mata, aktivitas reflek palpebra)
Kadar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi
Pulse oximetry : tekanan darah, saturasi oksigen,
suhu.

Manajemen anastesi Post Operatif

Kriteria ini kan menetukan apakah pasien akan di


discharge ke ICU atau keruangan biasa.
Tabel 6. Aldrete Score
Obyek
Aktivitas

Respirasi

Kriteria
Mampu menggerakan 4 ekstermitas

Mampu menggerakan 2 ekstermitas

Tidak mapu menggerakan ekstermitas

Mampu nafas dalam dan batuk

Sesak atau pernafasan terbatas

Henti nafas

Tekanan Darah Berubah sampai 20% dari pra bedah

Kesadaran

Warna Kulit

Nilai

Berubah 20-50% dari pra bedah

Berubah >50% dari pra bedah

Sadar baik dan orientasi baik

Sadar setelah dipanggil

Tak ada tanggapan terhadap rangsang

Kemerahan

Pucat agak suram

Sianosis

Nilai Total

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Sri Wahyuni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 42 tahun
Alamat
: Jl. Mangga no. 22
Pekerjaan
: IRT

Agama
: Islam
Tanggal masuk RS : 10 Februari 2016
Tanggal Operasi
: 10 Februari 2016
Berat badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
Rumah Sakit : RSU Anutapura Palu

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :

Keluar darah dari jalan lahir


B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RS dengan diagnosis G 4P2A1 Gr. 39 minggu
+ plasenta previa dengan keluhan keluar darah
berwarna merah segar dari jalan lahir sejak 3 hari yang
lalu. Awalnya perdarahan yang dialami sedikit-sedikit,
namun hampir ada tiap hari. Volume perdarahannya
bertambah jika pasien banyak beraktivitas. Sejak 18 jam
sebelum masuk rumah sakit, darah yang keluar banyak
dan bergumpal, disertai pelepasan lendir, sakit perut
tembus belakang dan pusing. Pergerakan janin mulai
berkurang sejak 1 hari yang lalu. Riwayat hipertensi (-),
diabetes (-), alergi (-), asma (-), riwayat diurut dukun (-)
dan trauma selama kehamilan (-).

II. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Sakit berat
Physical status American Society
Anesthesiologist: I D
Kesadaran : Compos mentis
GCS
: 15
Tanda vital:
Tekanan darah : 110/ 80 mmHg
Denyut nadi : 78 x/menit reguler
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 37,4 C

Pemeriksaan kepala:
Konjugtiva anemis (-)/(-), sklera
ikterik (-)/(-), warna bibir kemerahan.
Pemeriksaan leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening
(-).

Pemeriksaan thorax
Inspeksi : Ekspansi dada simetris, jejas (-),
ictus
cordis tidak terlihat
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus normal
kanan=kiri
Perkusi : Perkusi paru sonor, batas jantung
normal
Auskultasi: Bunyi paru vesikuler, rhonkhi -/-,
wheezing -/-

Pemeriksaan abdomen (pemeriksaan obstetri)


Situs : Memanjang
Leopold I : 1 jari di bawah proc. Xyphoideus,
presentasi bokong,
TFU 31 cm
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : 4/5
DJJ : 98 x/menit (irreguler + lemah)
His : 2x dalam 10 menit durasi 10 detik
TBJ : 2945 gram

Pemeriksaan genitalia : Tidak dilakukan


Pemeriksaan ekstremitas : Akral hangat, edema
(-)/(-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah Rutin : WBC : 15,8 x 103 L
RBC : 4,1 x 106 L
Hb : 11,0 g/dl
PLT : 267 x 103 L
HCT : 36 %
HbsAG : Glukosa sewaktu : 90

V. DIAGNOSIS KERJA
G4P2A1 Gr. 39 minggu + plasenta previa + gawat
janin
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan status fisik, diklasifikasikan dalam ASA I D
ACC operasi dengan spinal anestesi.
VII. PENATALAKSANAAN
Pasang O2 3 Lpm
Pasang iv line RL 20 tpm
Inj. Cefotaxime 1 gram/ 12 jam/iv
Pasang kateter
Informed consent ke keluarga untuk dilakukan
tindakan Caesarean Sectio Cito

VIII. TINDAKAN ANESTESI


Jenis anestesi : Regional Anestesi
Teknik anestesi : Sub-arachnoid block
Induksi
: Bupivacaine 0,5% sebanyak 15 mg
Anestesi mulai
: 12.00 WITA Anastesi selesai :
13.00 WITA
Operasi mulai : 12.10 WITA Operasi selesai : 13.00
WITA
Anestesiologi : dr. Donny, Sp.An
Ahli Bedah
: dr. Faris, Sp.OG

Pasien perempuan Ny. S berusia 42 tahun masuk di


Kamar Operasi pada tanggal 10 Februari 2016 pukul
11.00 wita dengan terpasang infus ringer laktat 300
cc guyur di tangan kanan. Dilakukan pemasangan
alat untuk pemeriksaan tanda vital dengan hasil
denyut nadi 75 kali permenit, tekanan darah 138/76
mmHg dan saturasi oksigen (SpO2) 100%. Pada
pukul 12.00 WITA dilakukan anestesi spinal dengan
pemberian injeksi bupivacaine 0,5% sebanyak 15
mg dengan posisi pasien yakni Left Lateral
Decubitus (LLD).

Dilakukan pemeliharaan anestesi dengan pemberian


oksigen 3 liter permenit. Selama operasi berlangsung,
dilakukan pemantauan monitor untuk tanda-tanda vital
tiap 5 menit dan mencatatnya di lembaran follow up
anestesi.
Medikasi yang diberikan selama pembedahan berlangsung
yakni Efedrine 15 mg + 5 mg, Oxytocin 10 IU, ergometrin
0,25 mg, ranitidin 25 mg, ondansentron 45 mg, dan
Ketorolac 30 mg. Terapi cairan yang diberikan pre-operasi
yakni Ringer laktat sebanyak 300 cc. Terapi cairan durante
operasi yakni Ringer laktat 500 cc + 300 cc. Tindakan
bedah sesar berlangsung selama 60 menit dengan
jumlah perdarahan 300 cc. Setelah operasi pasien di
bawa ke Recovery room.

Pembahasan
Bupivacainne 15 mg
160

Oxytocin 10 IU + ergometrin 0,25 mg


Ketorolak 30 mg

140

120

100
Sistolik

80

Diastolik
Nadi

60

40

20

Ranitidin 25 mg
Efedrine 15 mg + 5 mg

0
12,00

12,05

12,10

12,15

12,20

12,25

Ondansentron 4 mg
12,30

12,35

12,40

12,45

12,50

12,55

13,00

Induksi anestesi pada pasien ini menggunakan


anestesi lokal yaitu bupivacaine. Obat ini
menghasilkan blokade saraf sensorik dan motorik.
Medikasi yang digunakan selama pembedahan
berlangsung yakni Efedrine 15 mg + 15 mg,
Oxytocin 10 IU, ergometrin 0,25 mg, ranitidin 25
mg, ondansentron dan Ketorolac 30 mg.

Terapi cairan
Pre operatif
Cairan maintenance
10 kg pertama : 10 kg x 4cc = 40 cc
10 kg kedua
: 10 kg x 2 cc = 20 cc
Sisa BB
: 50 kg x 1 cc = 50 cc
Total
: 110 cc/jam ( 2640 ml/24 jam)

Maintenance : 110 cc
Pengganti puasa: lama jam puasa (3 jam)
x maintenance (110cc) = 330 cc
Stress operasi : pada kasus ini termasuk
jenis operasi sedang karena merupakan
operasi bedah sesar sehingga stress
operasi =
6 x 70 kg = 420 cc

Pasien ini menjalani operasi selama 60 menit. Jadi


kebutuhan cairan pada jam I:
M + SO + 50% PP
110 + 420 + 50% (330) = 695 cc
Cairan yang masuk selama durante operasi
sebanyak 1100 cc (RL 500 cc + RL 300 cc + RL
300 cc) sehingga sesuai dengan perhitungan
cairan yang harus diberikan sebanyak 695 cc.
Excess 450 cc.

Perkiraan kehilangan cairan darah

Kehilangan
darah (ml)
Kehilangan
darah (%BV)
Nadi
Tekanan
darah
Tekanan nadi

Kelas 1
Sampai 750

Kelas 2
750-1500

Kelas 3
1500-2000

Kelas 4
>2000

Sampai 15%

15-30%

30-40%

>40%

<100
Normal

>100
Normal

>120
Menurun

>140
Menurun

Normal atau
meningkat
14-20

Menurun

Menurun

Menurun

Frekuensi
napas
Urin (ml/jam) >30
Status
Gelisah
mental
ringan

20-30

30-40

>35

20-30
Gelisah
sedang

Tidak ada
Gelisah
dan letargi

Cairan
pengganti

Kristaloid

5-15
Gelisah
dan
bingung
Kristaloid
dan darah

(Rumus 3:1)

Kristaloid

Kristaloid
dan darah

Estimated blood volume (EBV) untuk


pasien perempuan adalah 65cc/kgBB.
Sehingga pada pasien ini yang berat
badannya 70 kg didapatkan:
EBV = 65 x 70
= 4550 cc
Jumlah perdarahan akibat plasenta previa
pada pasien ini diperkirakan 300 cc.
Berdasarkan tabel di atas, maka total
perdarahan yang dialami pasien diperkirakan
berada pada kelas 1 atau 15% dari EBV

Post operatif
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air,
elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air
untuk penderita di daerah tropis dalam
keadaan basal sekitar kurang lebih 50
ml/kgBB/24jam. Sehingga kebutuhan air untuk
pasien ini adalah: 50 cc/kgBB/24 jam =
3500cc/24jam

Kesimpulan
Anastesi regional merupakan teknik sederhana,
cepat, ibu tetap sadar, bahaya aspirasi minimal,
namun sering menimbulkan mual dan muntah
sewaktu pembedahan, bahaya hipotensi yang
besar, serta timbul sakit kepala pasca bedah.
Perubahan fisiologis kehamilan akan
mempengaruhi teknik anastesi yang akan
digunakan. Resiko yang mungkin timbul pada saat
penatalaksanaan anastesi adalah seperti adanya
gangguan pengosongan lambung, terkadang sulit
dilakukan intubasi, kebutuhan oksigen meningkat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai