Presipitasi
Sub DAS B
Sub DAS B
A
DAS A
SUNGAI
Sub DAS B
Sub DAS B
A
DAS A
SUNGAI
Pulau Lombok
CONTOH DAS
awan
Hujan
Intersepsi
Evapotranspirasi
Run of
Infiltrasi
Evaporasi
Perkolasi
Air tanah
Aquifer
Evaporasi
oleh :
- suhu T>>, bila RH >> uap
<
- tekanan udara tekanan
atmosfir
- angin >> penguapam
tinggi
walaupun RH >>
PRESIPITASI
a. Jumlah hujan/tinggi hujan/kedalaman
hujan :
adalah banyaknya air yg jatuh dari
atmosfir ke permukaan tanah. Bisa
berupa air, salju, embun maupun es
dinyatakan dalam satuan mm.
b. Intensitas Curah Hujan :
adalah banyaknya curah hujan persatuan
waktu (mm/menit, mm/jam, mm/hari)
c. Durasi hujan /lama hujan.
Dinyatakan dalam satuan waktu,
biasanya detik, menit, jam, dll
Tipe hujan
Hujan konvektif : hujan yang disebabkan oleh
Pengukuran hujan
Alat penakar hujan manual
Keadaan
curah hujan
Intensitas
(mm/menit)
Hujan sangat
lemah
Hujan lemah
< 0.02
Kondisi tanam
Tanah agak sedikit basah
Hujan sangat
deras
Hujan daerah
Distribusi Curah
Hujan
Distribusi curah hujan adalah untuk menentukan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir yaitu curah hujan rata-rata pada seluruh daerah
yg bersangkutan.
bukan merupakan curah hujan pada suatu daerah
tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan daerah/wilayah yg
biasanya dinyatakan dalam mm.
Cara penentuan curah hujan daerah/wilayah yg
bersangkutan, diperhitungkan dgn beberapa titik
pengamatan curah hujan sbb :
1.
Cara Aljabar rata-rata : ialah perhitungan ratarata secara aljabar curah hujan di sekitar daerah
yg bersangkutan.
1
R R1 R 2 .... Rn
n
dimana :
R = curah hujan daerah/wilayah (mm)
n = titik pengamatan
R1, R2, Rn = curah hujan di tiap-tiap titik
pengamatan (mm)
dimana :
R = curah hujan daerah (mm)
R1, R2, ., Rn = curah hujan di tiap-tiap titik pengamatan
A1, A2, ., An = bagian daerah yg mewakili titik-titik
pengamatan
W1, W2, ., Wn = A1, A2, A3
A A A
Poligon Thiesen
A
Curah hujan pada daerah tsb dapat diukur dgn cara sbb :
A1 R1 A2 R 2 .... AnRn
R
A1 A2 ... An
d 0 d1
d1 d 2
dn 1 dn
A1
A2 ....
An
2
2
2
R
A1 A2 .... An
n
n
di 1 di
di 1 di
Ai
2
2
R 1 n
1
A
A
i
dimana :
A = luas areal
d = tinggi hujan pada isohiet 0, 1, 2, . n
A1, A2, ., An = luas bagian areal yg dibatasi oleh
isohiet-isohiet yg bersangkutan
A1
A2
d0=10 mm
d1=20 mm
d2
A3
A4
d3
d4
A5
A6
d5
A7
d6
d7
1
0
2
9
7
3
1
A
KASUS A (stasiun hidrologi
jarang2)
Cukup teliti tidak?
Berapa tingkat ketelitiannya
B
KASUS B (stasiun hidrologi rapat)
Berapa jumlah stasiun yang optimal?
Stasiun mana saja yang representatif ?
NETWORK JARINGAN
Merupakan satu set stasiun pengamatan hidrologi
(sta hujan dan hidrometri) yang menunjukkan
adanya keterikatan/koherensi observasi dalam
tingkat tertentu dari kejadian yang diukur.
Artinya:
Besaran observasi pada suatu titik/lokasi dapat
diperkirakan berdasarkan hasil pengukuran dari
stasiun sekitarnya
Daerah pengaruh
Daerah pengaruh STA 1
STA 3
Daerah pengaruh
STA 2
Pada titik 3 tidak terdapat korelasi dengan titik BUKAN
1
Pada titik 3 tidak terdapat korelasi dengan titik NETWORK
2
ANALISIS HUJAN
Kesalahan-kesalahan yang banyak terjadi dalam analisis hujan disebabkan oleh :
1. Data tidak lengkap.
2. Data tidak panggah/ konsisten
3. Cara analisis kurang tepat
1 Anx
A
A
d A nx d B ...... nx d N
n AnA
N nB
N nN
1 n Anx
dx
di
n i 1 Ani
dX
Dengan:
dx = tinggi hujan yang diperkirakan pada stasiun X, mm
Anx = tinggi hujan rata-rata tahunan stasiun X, mm
dA = tinggi hujan d stasiun A (mm)
n = jumlah stasiun referensi (>= 3)
AnA, AnB AnN = tinggi hujan rata-rata tahunan STA A, B, N (mm)
2. Reciprocal Method
PX
PA
PB
Pn
....
2
2
( d XA )
( d XB )
( d Xn ) 2
1
1
1
....
2
2
( d XA )
( d XB )
( d Xn ) 2
Dengan:
dXA = jarak antara stasiun X dengan stasiun A
130
156
230
452
242
= 169.23 mm
2. Reciprocal Methods.
Jika diketahui jarak B ke A = 20km, dan C ke A = 30km
Cari sendiri.
Hihihi
yg akan diuji
Hitung hujan kumulatif stasiun yang diuji
Hitung hujan rerata kumulatif stasiun acuan
Plotkan pada grafik.
Jika terjadi inkonsistensi, koreksi data hujan sta yg
diuji dengan mengalikan terhadap angka koreksi
Angka koreksi = = b/a
v
v
STA
UJI
STA ACUAN
STA
UJI
= b/a
V
1
V
1
V
b
Curva Masa
Ganda Data
Tidak Panggah
STA ACUAN
contoh
curah hujan
kumula kumula
tahunan (mm)
tif
tif
tahun
sta
di sta di stasiun sta x
sekitar
x
sekitar
1972
1971
1970
1969
1968
1967
1966
1965
1964
1963
1962
1961
1960
1959
1958
1957
188
185
310
295
208
287
183
304
228
216
224
203
284
295
206
269
264
228
386
297
284
350
236
371
234
290
282
246
264
332
231
320
188
373
683
978
1186
1473
1656
1960
2188
2404
2628
2831
3115
3410
3616
3885
264
492
878
1175
1459
1809
2045
2416
2650
2940
3222
3468
3732
4064
4295
4615
1956
1955
1954
1953
1946
1945
1944
1943
1942
1941
1940
1939
1938
1937
200
150
223
173
274
322
437
389
305
320
328
308
302
414
231
350
360
234
170
156
250
230
125
170
120
230
132
152
4085
4235
4458
4631
6748
7070
7507
7896
8201
8521
8849
9157
9459
9873
4846
5196
5556
5790
7526
7682
7932
8162
8287
8457
8577
8807
8939
9091
b=9091-6610
9000
8000
7000
6000
kumulatif sta lain
5000
4000
3000
a =66100
2000
1000
0
0
2000
4000
6000
kumulstif sta A
8000
10000
12000
Setelah
dikoreksi
curah hujan
tahunan (mm)
di stasiun
tahun
di sta x sekitar
92.3337
1950
4
251
106.596
1949
7
284
185.042
1948
8
250
120.108
1947
9
212
102.843
1946
3
170
120.859
1945
6
156
164.023
1944
8
250
146.007
1943
4
230
114.478
1942
8
125
120.108
1941
9
170
123.111
1940
6
120
115.604
1939
8
230
113.352
1938
8
132
kum
kum
sta x
sta sekitar
5223.334
6610
5329.93
6894
5514.973
7144
5635.082
7356
5737.925
7526
5858.785
7682
6022.809
7932
6168.816
8162
6283.295
8287
6403.404
8457
6526.516
8577
6642.12
8807
6755.473
8939
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
DY
(Y
i 1
, k = 0,1,2,3..n
2
Y
)
i
n
k
S k (Yi Y ), k 1,2,3,.....n
*
i 1
Dengan:
n
Yi_
0kn
Qn
Rn
90%
95%
99%
90%
95%
99%
10
1,05
1,14
1,29
1,21
1,28
1,38
20
1,10
1,22
1,42
1,34
1,43
1,60
30
1,12
1,24
1,46
1,40
1,50
1,70
40
1,13
1,26
1,50
1,42
1,53
1,74
50
1,14
1,27
1,52
1,44
1,55
1,78
100
1,17
1,29
1,55
1,50
1,62
1,86
1,22
1,36
1,63
1,62
1,75
2,00
Contoh
Tahunan
Metode :
Lokasi :
Ampenan
Hujan
No
Tahun
Sk*
(mm)
1
1983
1497.5
-54.54
2
1984
2233.0
626.41
3
1985
1959.0
1033.37
4
1986
1717.0
1198.33
5
1987
2490.2
2136.49
6
1988
2396.5
2980.94
7
1989
2296.0
3724.90
8
1990
1460.0
3632.89
9
1991
1638.0
3718.85
10
1992
1301.0
3467.81
11
1993
1046.0
2961.76
12
1994
837.5
2247.22
13
1995
1360.5
2055.68
14
1996
1556.0
2059.64
15
1997
959.0
1466.59
16
1998
814.0
728.55
17
1999
1801.6
978.11
18
2000
1043.6
469.69
19
2001
912.3
-170.10
20
2002
1722.1
0.00
Jumlah
31040.85 35262.59
Rerata
1552.04 1763.13
Dy2
Sk**
I Sk** I
148.75
19619.76
53392.88
71799.65
228228.74
444301.31
693744.43
659895.12
691491.91
601284.05
438602.20
252500.10
211290.66
212104.94
107544.73
26539.27
47834.78
11030.52
1446.68
0.00
4772800.47
238640.02
-0.02
0.29
0.47
0.55
0.98
1.36
1.71
1.66
1.70
1.59
1.36
1.03
0.94
0.94
0.67
0.33
0.45
0.21
-0.08
0.00
1.71
-0.08
0.02
0.29
0.47
0.55
0.98
1.36
1.71
1.66
1.70
1.59
1.36
1.03
0.94
0.94
0.67
0.33
0.45
0.21
0.08
0.00
Max
Min
Perhitungan
:
n
20
Dy
2184.7
Sk**maks
=
1.71
-0.08
Sk**min
I Sk**maks I
Q
1.71
Sk**maks = Sk**min
1.78
<
1.100
Kesimpulan :
Q / n
0.381
90%
konsisten!
konsisten
Intensitas Hujan :
1) Taibot (1881)
a
t b
(i.t )( i 2 ) ( it 2 )( i )
a
P( i 2 ) ( i ) 2
( i )( it ) P ( it 2 )
b
P( i 2 ) ( i ) 2
2) Sherman (1905)
i
a
tn
3) Ishiguro
i
a
a
t b
( i
t )( i 2 ) ( i t )( i )
p( i 2 ) ( i) 2
( i )( i t ) ( i 2
b
p ( i 2 ) ( i ) 2
t)
4.
Mononobe
i=
Dengan :
i = intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu (durasi) hujan, menit untuk pers. (1-3) dan jam untuk pers. 4
a,b,m = konstanta
d24 = tinggi hujan maksimum dalam24 jam
n = banyaknya pasangan data i dan t