Anda di halaman 1dari 16

PENCEMARAN PADATAN (SOLID/SEDIMENT POLLUTION)

Sedimen Tersuspensi
Sedimen tersuspensi merupakan materi endapan yang melayang
dalam air yang bergerak dalam jangka waktu lama tanpa menyentuh
dasar perairan dan kemudian mengendap. Sedimen tersuspensi di
perairan dapat dihasilkan dari outlet sungai yang membawa sedimen
hasil erosi daerah atas (upland) atau bahan polusi aktivitas
pengembangan industri, hasil erosi dasar perairan, atau makhluk hidup
dalam perairan tersebut.
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah
bahan-bahan tersuspensi yang tertahan pada saringan milipore
dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003).

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan


kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap,
terdiri atas partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih
kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik
tertentu, sel-sel mikroorganisme, jasad-jasad renik.
Jumlah padatan tersuspensi dalam air dapat diukur dengan
turbidimeter. Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi
juga akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air,
sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen dan fotosintesis.
Padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki korelasi positif
yaitu semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, maka semakin
tinggi pula nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan
terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Air laut
memiliki nilai padatan terlarut yang tinggi, tetapi tidak berarti
kekeruhannya tinggi pula.

Klasifikasi Padatan Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter


1. Padatan terlarut (< 10-3) (m), (< 10-6 (mm)
2. Koloid (10-3 1 m), (10-6 10-3 10-6 (mm)
3. Padatan tersuspensi (> 1 m), ( > 10-3 mm)
Padatan tersuspensi dalam jumlah yang berlebih (diukur sebagai total suspended
solids-TSS) memiliki dampak langsung yang berbahaya terhadap kehidupan dan
bisa mengakibatkan kerusakan ekologis yang signifikan melalui beberapa
mekanisme berikut ini :
Abrasi langsung terhadap insang binatang air atau jaringan tipis dari tumbuhan
air;
Penyumbatan insang ikan atau selaput pernapasan lainnya;
Menghambat tumbuhnya/smothering telur atau kurangnya asupan oksigen
karena terlapisi oleh padatan;
Gangguan terhadap proses makan, termasuk proses mencari mangsa dan
menyeleksi makanan (terutama bagi predation dan filter feeding);
Gangguan terhadap proses fotosintesis oleh ganggang atau rumput air karena
padatan menghalangi sinar yang masuk; perubahan integritas habitat akibat
ukuran partikel.

Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas


air karena dapat menyebabkan kekeruhan, sehingga mengurangi cahaya
yang masuk ke dalam air. Hal tersebut dapat mengurangi manfaat dari air
dan organisme yang memerlukan cahaya untuk proses hidupnya akan
menjadi mati. Kurangnya cahaya dalam air juga akan mengganggu proses
fotosintesis pada tanaman, sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air
akan menjadi berkurang.
Kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat menyebabkan kematian
pada ikan dan setiap kematian dari organisme akan menyebabkan
terganggunya ekosistem akuatik. Kandungan material suspensi yang tinggi
dapat meningkatkan suhu di dalam air permukaan, hal tersebut disebabkan
karena partikel tersuspensi dapat menyerap panas dari sinar matahari.
Pada air yang mengandung partikel tersuspensi tinggi atau sangat banyak,
dapat mengganggu aliran pada saluran sungai/kanal serta menyebabkan
pendangkalan akan cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukan lebih
sering yang dapat berdampak pada kebutuhan biaya operasional yang
besar dalam proses perawatannya.

Distribusi Sedimen Tersuspensi


Distribusi sedimen tersuspensi di suatu perairan sangat bergantung pada
dua faktor, yaitu pemilahan hidrolik (hydraulic sorting) dan pengendapan
(Mihardja dan Hadi, 1985 dalam Priyono dkk., 2005). Pemilahan hidrolik
merupakan proses pengelompokkan partikel sedimen terhadap aliran
fluida. Partikel sedimen akan dibawa oleh aliran air secara horizontal
ataupun vertikal ke medan aliran yang sesuai atau patikel tersebut akan
jatuh dan diendapkan karena aliran tidak dapat mempertahankan
gerakannya.
Distribusi sedimen tersuspensi dipengaruhi antara lain oleh iklim, debit
air sungai dan pergerakan arus laut. Dalam waktu, transpor sedimen
terjadi di semua rentang waktu yaitu skala pendek, sedang dan
panjang. Untuk waktu skala yang pendek maka transpor sedimen
terutama disebabkan oleh badai, sirkulasi arus pasut ataupun
gelombang progresif. Skala menengah biasanya dalam orde tahun.
Sedangkan dengan orde ratusan tahun berkaitan dengan proses
geologis.

Proses Pengendapan Sedimen


Pada daerah estuaria akan banyak ditemui substrat pasir, karena hanya
partikel yang berukuran besar saja yang bisa mengendap lebih cepat,
sedangkan yang berukuran kecil akan terbawa ke tempat yang lebih jauh
oleh aktivitas arus dan gelombang. Baik air tawar maupun air laut
mempunyai tendensi untuk mengendapkan berukuran besar terlebih dahulu.
Pasir dan lumpur yang berasal dari arus dan proses-proses yang
berlangsung di pinggir pantai akan dipisahkan oleh angkutan fraksi dan
pengangkutan suspensi. Pasir yang lebih besar ukuran butirnya akan
terangkut dan mengendap di zona sepanjang pantai. Sedimen suspensi dari
lempung dan lanau dapat dibawa untuk jarak jauh ke arah laut lepas.

Faktor yang penting dalam endapan sedimen klastik halus adalah efek
koagulasi atau ion terlarut di air laut. Partikel lempung disuspensi air tawar
membawa ion adsorbsi yang dapat berubah menjadi ion lain di larutan
garam, dimana clay akan membentuk gumpalan (agregats). Dari hal
tersebut dapat dilihat bahwa lempung (clay) dalam pengendapannya lebih
cepat turun dan mengendap dalam bentuk gumpalan daripada sendirisendiri.

Transpor Sedimen
Menurut Pethick (1984), sedimen pantai mendapatkan suplai yang relatif besar
(kurang lebih 90%) dari sungai yang sebagian besar dihasilkan dari pelapukan
batuan di atas daratan. Menurut Siebold dan Berger (1993), sedimen bergerak
di dalam sungai sebagai sedimen tersuspensi (suspended sediment) dalam air
yang mengalir dan sebagai muatan dasar (bed load) yang bergeser atau
menggelinding sepanjang dasar saluran. Selain itu loncatan (saltation)
digunakan untuk menjelaskan gerakan partikel yang kelihatannya meloncat di
sepanjang dasar saluran.
Transpor sedimen dasar (bed load) merupakan bagian dari total transpor
sedimen dalam jumlah sedikit atau banyak yang secara terus menerus
melakukan kontak dengan dasar perairan selama proses transpor sedimen
tersebut berlangsung. Pada jenis transpor sedimen semacam ini partikel
sedimen bergerak dengan cara menggelinding, meluncur, dan melompat di
dasar perairan. Sedangkan transpor sedimen tersuspensi (suspended load)
merupakan bagian dari total transpor sedimen yang bergerak tanpa kontak
secara terus menerus dengan dasar perairan sebagai hasil dari turbulensi
perairan. Transpor sedimen sangat halus (wash load) terdiri dari partikel yang
sangat halus yang secara normal umumnya tidak berada di dasar perairan.

Transpor Sedimen Tegak Lurus Pantai


Menurut Triatmodjo (1999), angkutan sedimen tegak lurus pantai dihasilkan
terutama oleh gerakan orbital gelombang. Di perairan dalam, kecepatan
orbital dekat dasar besarnya nol sehingga partikel sedimen di dasar laut tidak
bergerak. Di perairan dangkal, orbit lintasan partikel tidak tertutup sehingga
menimbulkan transpor massa air. Transpor massa air tersebut disertai dengan
terangkutnya sedimen dasar dalam arah menuju pantai dan meninggalkan
pantai.

Menurut Pratikto, et al (1997) pada saat gelombang memecah bibir pantai


terjadi run up, kemudian surut kembali ke laut dengan membawa sedimen
atau material di sekitar pantai. Sebagian besar gelombang datang yang
membentuk sudut tertentu terhadap garis pantai akan menimbulkan arus
sejajar pantai (longshore current), yang akan menggerakkan littoral drift.
Gambar berikut memperlihatkan aksi gelombang yang mampu membentuk
pantai.

Gambar . Proses dinamis pantai oleh gelombang (Triatmodjo, 1999)

Gerak gelombang tanpa arus dapat mengangkut sedimen menuju pantai


karena ketidaksimetrian kecepatan dasar. Ukuran butir partikel pasir
yang lebih besar dapat digerakkan oleh kecepatan yang kuat menuju
pantai, namun kecepatan balik terlalu kecil untuk menggerakkan kembali
partikel pasir meninggalkan pantai. Meskipun demikian, partikel yang
lebih halus dapat digerakkan kembali menuju laut dan seterusnya dalam
wujud partikel suspensi pada orbital gelombang (Ingle, 1966 dalam
Komar, 1976).
Sedimen dalam perairan dapat bergerak apabila gerakan air cukup kuat
untuk mengangkat atau menggulingkan butiran-butiran dari dasar.
Apabila kecepatan dekat dasar (ub) besar daripada tegangan geser
dasar (tb) maka beberapa butiran mulai bergerak, yang disebut dengan
awal gerak sedimen.

Pada awalnya hanya terjadi bed load ketika kecepatan dekat dasar
melebihi kecepatan kritis (tb > tce). Pada tingkat ini akan terbentuk ripples.
Terbentuknya ripples akan meningkatkan turbulensi, dan partikel sedimen
akan dibawa ke kolom perairan lalu suspended load akan segera terjadi
(Triatmodjo, 1999). Gambar berikut memperlihatkan mekanisme gerak
sedimen.

Gambar . Mekanisme transpor sedimen (Triatmodjo, 1999)

Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral transport, yang


didefinisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone)
oleh gelombang dan arus. Pada saat gelombang pecah sedimen di dasar
pantai terangkat yang selanjutnya terangkut oleh dua macam gaya penggerak,
yaitu komponen energi gelombang dalam arah sepanjang pantai dan arus
sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang pecah (Triatmodjo, 1999).

Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama.


Komponen pertama berupa transpor sedimen dalam bentuk mata gergaji
di garis pantai. Pada waktu gelombang menuju pantai dengan membentuk
sudut terhadap garis pantai maka gelombang tersebut akan naik ke pantai
(uprush) yang juga membentuk sudut. Massa air yang naik akan turun
kembali dalam arah tegak lurus pantai membentuk lintasan seperti mata
gergaji yang disertai dengan terangkatnya sedimen dalam arah sepanjang
pantai.

Sedangkan komponen yang kedua merupakan transpor sedimen yang


diakibatkan oleh arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh
gelombang pecah di zona gelombang pecah. Transpor sedimen
sepanjang pantai ini banyak menimbulkan permasalahan, seperti
pendangkalan di pelabuhan dan erosi pantai. Transpor sedimen ini
terjadi pada surf zone (Triatmodjo, 1999).

Gambar . Transpor Sedimen Sepanjang Pantai (Triatmodjo, 1999)

Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa transpor sedimen sepanjang pantai


banyak menyebabkan permasalahan seperti pendangkalan di pelabuhan,
erosi pantai dan sebagainya. Oleh karena itu prediksi transpor sedimen
sepanjang pantai adalah sangat penting.

Hubungan antara kecepatan arus, pengendapan sedimen, transpor


sedimen maupun erosi dapat dijelaskan dengan diagram Hjulstrom pada
Gambar berikut. Menurut Koesoemadinata (1980), diagram Hjulstrom
memperlihatkan hubungan antara kecepatan endap menurut Hukum
Stokes dan Hukum Benturan, serta pengaruh dari adanya laminar
sublayer.

Gambar . Diagram Hjulstrom (Koesoemadinata, 1980)

Hasil Simulasi Model


Simulasi sebaran sedimen tersuspensi dilakukan dengan modul SED2D. Daerah
studi yang ditinjau sama dengan daerah studi untuk simulasi pola arus. Hasil
simulasi konsentrasi sedimen tersuspensi ini dipengaruhi oleh arus. Hasil model
arus dengan RMA digunakan sebagai dasar untuk simulasi konsentrasi sedimen
tersuspensi ini, dengan menggunakan inputan dari elevasi pasang surut hasil
pengukuran selama 15 hari.
Simulasi dilakukan dengan data masukan konsentrasi sedimen tersuspensi
diberikan secara konstan selama 15 hari dan dengan besar konsentrasi yang
sama pada daerah material di pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai