Anda di halaman 1dari 24

Tujuan Pembelajaran :

Mengetahui Perilaku Keruntuhan Batang Tarik


Melakukan Proses Desain Penampang Suatu Komponen Struktur
Tarik

Pokok Pokok Pembahasan :

1.Pendahuluan
2.Tahanan Nominal
3.Luas Netto
4.Efek Lubang Berselang seling pada Luas Netto
5.Luas Netto Efektif
6.Geser Blok ( Block Shear )
7.Kelangsingan Struktur Tarik
8.Transfer Gaya Pada Sambungan

Di Jumpai Pada banyak Struktur : Jembatan, Rangka Atap,


Menara,
Ikatan angin, dll.
Efektif Dalam Memikul Beban
Dapat Terdiri atas Profil Tunggal, atau profil tersusun
Contoh Profil Batang Tarik :

Pada Struktur Atap Dengan Rangka Batang Banyak


dijumpai Batang Tarik, bisa berupa profil siku atau profil T

Pada Struktur Jembatan Banyak dijumpai Batang Tarik, bisa


WF, Profil buatan dll.

Penentuan Tahanan Nominal batang tarik


Leleh dari luas penampang Kotor, didaerah jauh
dari sambungan
Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah
sambungan
Geser Blok pada Sambungan

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1 : Komponen struktur yang


menerima beban tarik aksial terfaktor sebesar Tu maka harus
memenuhi :

Tu Tn

Bila Kondisi Leleh yang menentukan , maka tahanan nominal,

Tn dari batang tarik memenuhi persamaan :


Tn = Ag fy
dimana : Ag = luas penampang kotor,
mm2
fy = kuat leleh material, MPa
Untuk Batang Tarik yang mempunyai lubang ( untuk penempatan
sambungan ), maka luas penampangnya tereduksi di sebut luas
Netto (An), Lubang pada batang menimbulkan konsentrasi
tegangan akibat beban kerja.

Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka


tahanan nominal, Tn, dari batang tersebut memenuhi persamaan :
T n = A e fu
Dengan :

Ae = luas penampang efektif = U. An


An = luas netto penampang, mm2
U = Koefisien reduksi
fu = tegangan tarik putus, Mpa

Dengan adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah :


= 0,9 untuk kondisi leleh, dan
= 0,75 untuk kondisi fraktur

Lubang yang dibuat pada sambungan untuk menempatkan


alat pengencang seperti baut atau paku keling, mengurangi
luas penampang sehingga mengurangi pula tahanan
penampang tersebut , lubang yang dibuat harus 2 mm lebih
besar dari baut / paku kelingnya dengan ukuran baut 24 mm
bila menggunakan baut lebih besar dari 24 maka lubang
diambil 3 mm lebih besar.

Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih


besar daripada 85% luas brotonya,
An 0,85 Ag

Contoh :
Hitung luas netto, An dari batang tarik berikut ini, baut yang
digunakan berdiameter 19 mm, lubang dibuat dengan metode
punching
Lubang baut 19
mm

Pelat 6 x 100 mm

Solusi :
Luas Kotor, Ag = 6 x 100 = 600 mm2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
An = Ag - ( lebar lubang x tebal pelat )
= 600 6 x 21 = 474 mm2 < 85% Ag ( = 510 mm2 )

Lubang baut dapat diletakan berselang seling seperti pada


gambar 3.5. Dalam SNI 03-1729-2002 pasal 10.2.1 diatur
mengenai cara perhitungan luas netto penampang dengan
lubang yang diletakan berselang seling, dinyatakan bahwa luas
netto harus dihitung berdasarkan luas minimum antara potongan
1
1 dan potongan 2

T
Keruntuhan potongan 1 1 dan
2
potongan 1 - 2

Dari Potongan 1 1 diperoleh : An = Ag n. d. t


Dari Potongan 1 2 diperoleh : An = Ag n. d. t + (S 2. t )/ (4
u)
Dimana : Ag = luas penampang kotor, An = luas penampang
netto , t = tebal penampang, d = diameter lubang, n =
banyak lubang dalam satu potongan, s, u = jarak antara
lubang

Contoh :

Tentukan Anetto minimum dari batang tarik berikut ini, baut = 19 mm,
tebal pelat 6 mm

Luas kotor, Ag = 6 x ( 60 + 60 + 100 + 75 ) = 1770 mm2 , lebar lubang = 19 +


2 = 21 mm
Potongan AD
: An = 1770 2 (21)(6) = 1518 mm2
Potongan ABD : An = 1770 3(21)(6) + (552)x 6/4 x 60 + (552)x 6/4 x 100
= 1513 mm2
Potongan ABC : An = 1770 3(21)(6) + (552)x 6/4 x 60 + (502)x 6/4 x 100
= 1505,125 mm2
Periksa terhadap syarat An 0.85. Ag
0,85 Ag = 0,85 (1770) = 1504,5 mm2

Jika sambungan yang diletakan berselang seling tersebut dijumpai pada


sebuah profil siku, kanal atau WF, maka penentuan nilai
sebagai berikut :
a. Profil siku sama kaki atau tak sama kaki

dapat dilakukan

Contoh :
Hitung An minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil siku
L100.150.10 dengan lubang = 25 mm

JAWAB :

Luas kotor Ag
Lebar Lubang
Potongan AC
Potongan ABC

= 2420 mm2 ( tabel profil baja )


= 25+2 = 27 mm
= An = 2420 2(27)(10) = 1880 mm2
= An = 2420 3(27)(10) + 752x10/4x60 + 752x10/4x105 =
1978,3 mm2
Periksa terhadap syarat An = 0,85. Ag.
0,85 Ag = 0,85 (2420) = 2057 mm2
Jadi An minimum adalah 1880 mm2

Contoh :
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang digunakan
berdiamater 16 mm

JAWAB :

Ukuran lubang = 16 + 2 = 18 mm
Potongan 1 : An = 3220 2(18)(11,5) 8,5(18) = 2653 mm2
Potongan 2 : An = 3220 2(18)11,5) 2(18)(8,5)+ ((502)(11,5+8,5)/2))/(4x
71,5) + ((502)(8,5)/2))/(4x100) = 2640,54 mm2
Periksa terhadap syarat An 0,85 Ag
0,85 Ag = 0,85 x (3220) = 2737 mm2
Jadi Ag minimum adalah 2640,54 mm2

Kinerja batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi yang
penting di cermati adalah sambungan karena sambungan akan memperlemah
batang tersebut. Efisiensi sambungan merupakan fungsi dari daktilitas
material, jarak antar alat pengencang, konsentrasi tegangan pada lubang baut
serta shear lag.
Shear lag terjadi bila komponen batang tarik hanya disambung sebagian saja.
Salah satu mengatasi shear lag adalah dengan memperpanjang sambungan,
Shear lag diistilahkan menjadi luas netto efektif yang dinyatakan sebagai
berikut :
Ae = U. An
Dengan

Ae = Luas efektif penampang


An = Luas Netto penampang
U = koefisien reduksi = 1 x/L < 0,9
x = exsentrisitas sambungan
L = panjang sambungan dalam arah gaya tarik

Shear Lag

Apabila gaya tarik disalurkan dengan menggunakan alat penyambung las,


maka akan ada 3 macam kondisi yang dijumpai yaitu :
1.Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka Ae = Ag
2.Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja :
Ae = luas penampang yang disambung las ( u = 1 )
3.Bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang
kedua sisi bagian ujung elemen : Ae = u Ag
Dengan : u = 1 untuk L 2 w, u = 0,87 untuk 2w > L 1,5 w, u = 0,75 untuk
1,5w > L w, L = panjang las, w = jarak antar las memanjang (lebar pelat )

Selain ketentuan diatas, koefisien reduksi u untuk beberapa penampang


menurut manual dari ASTM adalah :
1.Penampang 1 dgn b/h = 2/3 atau penampang T yang dipotong dari
penapang I dan sambungan pada pelat sayap dengan jumlah baut lebih atau
sama dengan 3 buah perbaris u = 0,9
2.Untuk penampang yang lain dengan jumlah alat pengencang minimal 3
buah per baris u = 0,85
3.Semua penampang dengan banyak baut = 2 buah u = 0,75

Contoh :
Plat dengan ukuran 10 x 150 mm dihubungkan dengan pelat berukuran 10 x
250 mm menggunakan sambungan las seperti pada gambar. Hitunglah tahana
tarik rencana dari struktur tersebut, jika mutu baja adalah BJ 41 ( fy = 250
Mpa, fu = 410 Mpa )

JAWAB :

Kondisi leleh : Tn = Ag. fy = 0,9 (150)(250) = 33,75 ton


Kondisi fraktur :
1,5w = 225 mm > L = 200 mm > w = 150 mm
u = 0,75
Ae = u. An = 0,75 (10)(150) = 1125 mm2
Tn = Ae fu = 0,75 (1125)(410) = 34,6 ton
Jadi tahanan tarik rencana dari komponen struktur adalah = 33,75 ton

Elemen plat tipis menerima beban tarik, dan disambungkan dengan alat
pengencang, tahanan dari komponen tarik tersebut kadang ditentukan oleh
kondisi batas sobek atau sering disebut geser block. Pada gambar dibawah
profil siku yang mengalami sobek pada potongan a-b-c, bagian ini sobek .
Geser blok merupakan penjumlahan tarik leleh pada irisan dengan geser
fraktur pada irisan lainnya yang saling tegak lurus. Dan tahanan nominal tarik
dalam keruntuhan geser blok pada persamaan :
1. Geser leleh tarik fraktur ( fu.Ant 0,6 fu Anv )
Tn = 0,6 fy. Agv + fu. Ant
2. Geser fraktur Tarik Leleh ( fu. Ant < 0,6. fu. Anv )
Tn = 0,6 fu. Anv + fy. Agt
Dengan :

Agv = luas kotor akibat geser


Agt = luas kotor akibat tarik
Anv = luas netto akibat geser
Ant = luas netto akibat tarik
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh

Contoh :
Bila rasio beban hidup dengan beban mati adalah sama dengan 3, L/D = 3,
hitunglah beban kerja yang dapat dipikul olej profil L100.100.10, dengan baut
berdiamater 16 mm yang disusun seperti pada gambar dibawah ini. BJ baja 37
(fy = 240, fu = 370)

JAWAB :

Kondisi leleh : Tn = Ag fy = 0,9(1920)240) = 41,472 ton


Kondisi Fraktur :
An1 = 1920 10(16+2) = 1740 mm2 ( 90,6%Ag)
An2 = 1920 2(10)(16+2) + (502x10) / 4x40= 1716,25 mm2 ( 89,4%Ag)
An menentukan = 85% Ag = 0,85 x 1920 = 1632 mm2
U = 1 x/L = 1 28,2 / 4x50 = 0,86
Ae = u. An = 0,86 x 1632 = 1403,52 mm2
Tn = Ae fu = 0,75 (1403,52)370 = 38,95 ton jadi tahanan rencana ,
Td=38,95 ton
Td > Tu = 1,2D+1,6L 38,95 = 1,2D + 1,6 (3D) = 6D diperoleh D=6,49 ton
dan L = 19,47 ton. Beban kerja, D + L = 6,49 + 19,47 = 25,96 ton

Untuk Mengurangi problem yang terkait dengan lendutan besar dan vibrasi,
maka komponen struktur tarik harus memenuhi syarat kekakuan. Syarat ini

berdasarkan pada rasio kelangsingan, = L/r, dengan, nilai diambil


maksimum 240 untuk batang tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder

Pada umumnya lubang pada batang tarik digunakan oleh alat pengecang, baut
atau paku keling untuk mentranfer gaya dari suatu batang ke batang tarik yang
lainnya. Anggapan dasar alat pengencang dengan ukuran yang sama akan
menyalurkan gaya yang sama besarnya bila diletakan secara simetri terhadap
garis netral komponen struktur tarik.

Prepared by : H. Koespiadi, Ir, MT

Anda mungkin juga menyukai