Anda di halaman 1dari 101

Pengertian Hukum

Internasional

Hukum Internasional dibedakan


antara
- Hukum Perdata
Internasional
- Hukum Internasional Publik
(sasaran kuliah kita)

Hukum

Perdata
Internasional
:
Adalah
keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas
hukum yang mengatur hubungan perdata
yang melintasi batas-batas negara (hubungan
internasional). Atau dengan kata lain hukum
yang mengatur hubungan perdata antara
pelaku-pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata yang berlainan.

Hukum

Internasional Publik :
Keseluruhan kaidah-kaidah dan
hukum yang mengatur hubungan
persolalan hukum yang melintasi
negara (hubungan internasional)
perdata.

Adalah
asas-asas
hukum atau
batas-batas
yang bukan

Persamaannya :

keduanya sama-sama mengatur


hubungan
hukum/persoalan
hukum
yang
melintasi batas-batas negara-negara

Perbedaannya :

yaitu terletak pada sifat hukum


dari
hubungan hukum/persoalan hukum
yang
diaturnya (obyeknya).
HPI
:
Mengatur hubungan
hukum/persoalan
hukum yang bersifat perdata
HI Publik : Mengatur hubungan hukum/persoalan
hukum yang bukan bersifat
perdata

Pembedaan

antara HPI dan HI Publik


demikian ini, lebih tepat dari pembedaan
HPI dan HI Publik
berdasarkan
pelakupelaku hukumnya (subyeknya).

Alasannya:
karena
suatu negara ada kalanya
melakukan hubungan keperdataan
2. menurut hukum internasional adakalanya
individu dianggap mempunyai hak dan
kewajiban menurut hukum internasional.
1.

Hukum Internasional Publik


Prof. M. Kusuma Atmaja.

Adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asasasas


hukum
yang
mengatur
hubungan/persoalan-persoalan hukum
yang
melintasi batas-batas negara-negara antara :
- negara dengan negara
- negara dengan subyek hukum lain bukan
negara
- subyek hukum lain bukan negara satu
sama
lainnya

Dari definisi yang dikemukakan oleh M Kusuma Atmaja

nampak adanya 2 hal.


1. Bahwa subyek hukum internasional
itu dibed
menjadi 2
golongan:
a. Negara dan
b. Subyek hukum lain bukan negara
2. Isi/ruang lingkup dari hukum internasional itu
meliput
a. Hubungan antar negara dengan negara
b. Hubungan antara
negara
dengan subyek
hukum
lain bukan negara
c. hubungan antara subyek hukum lain bukan negara
dengan subyek hukum lain bukan negara.

Starke.
Hukum

Internasional
Publik adalah
sekumpulam
ketentuan hukum
yang terdiri dari asas-asas
dan
ketentuan peraturan tingkah laku dimana negara itu
sendiri
merasa terikat
untuk mentaatinya dalam
hubungan antar negara-negara yang satu dengan yang
lainnya, dan meliputi :
a. Peraturan-peraturan hukum yang berkenaan
dengan
fungsi- lembaga-lembaga atau organisasi internsional,
hubungan antara organisasi internasional itu sendiri
dengan yang lainnya,
hubungan antara
antara
organisasi
internasional dengan negara-negara dan
hubungan
antara organisasi internasional dengan
individu-individu.
b. Peraturan hukum tertentu
yang berkenaan
dengan
individu-individu
dan subyek-subyek hukun
bukan
negara, sepanjang
hak dan kewajiban individu dan
subyek hukum lain bukan negara tersebut tersangkut
dengan masalah internasional.

Dari definisi ini


kita mendapat
gambaran umum
tertang isi dan
ruang lingkup hukum internasional,
yaitu :
1. Negara
bukanlah
satu-satunya
subyek hukum internasional. Bahwa
subyek hukum internasional antara
lain :
Negara - Oreganisasi Internasional
- Individu.

Bahwa materi hukum internasional itu


meliputi:
a. Prinsip-prinsip dan dan peraturan hukum
yang berkenaan dengan negara. Misal
tentang
kualifikasi negara
sebagai
subyek hukum internasional, hak dan
kewajiban negara.
b. Prinsip dan dan peraturan hukum yang
berkenaan/yang mengatur
persoalanpersoalan / hubungan hukum
antara
negara dengan negara
Misalnya. - Perjanjian tentang garis
batas wilayah
- Hubungan Diplomatik.

2.

Prinsip-prnsip dan peraturan hukum


yang
berkenaan dengan
fungsi lembaga-lembaga /
organisasi
internasional.
Misalnya
Piagam/Charter, Statuta dari
organisasi
internasional.
d. Prinsip dan peraturan hukum
yang mengatur
persoalan/hubungan hukum antara organisasi
internasional dengan organisasi internasional.
Misalnya MEE dengan ASEAN
e. Prinsip dan peraturan hukum yang mengatur
hubungan/persoalan hukum
antara
negara
dengan organisasi internasional. Misalnya :
perjainan antara AS dan PBB (tentang markas
besar PBB), ASEAN dengan Indonesia (tentang
Sekretariat ASEAN)
f.
Prinsip dan peraturan hukum yang
berkenaan
dengan individu sepanjang hak dan kewajiban
individu itu menyangkut masalah internasional.
Misalnya tentang Hak Asasi Manusia.
c.

Istilah Hukum Internasional


Hukum Bangsa-Bangsa
Hukum Antar Negara
Hukum internasiolan

Istilah-istilah itu dalam batas-batas tertentu juga


menggambarkan
isi
dan ruang lingkup
dari
hukum internasional.
Misalnya istilah hukum bangsa-bangsa ketika itu
dikenal negara-negara kebangsaan. Dimana
negara identik dengan bangsa.
Kemudian dengan tidak identiknya
negara
dengan
bangsa
dimana
negara
lebih
menekankan pada asas territorial (kewilayahan)
maka istilah
hukum bangsa-bangsa
mulai
ditinggalkan dan mulai digunakan dengan istilah
Hukum antar negara.

Hakekat Hukum Internasional


Di dalam masyarakat internasional yang

tidak mengenal
adanya badan supra
nasional,
bahwa
masyarakat
internasional
itu
adalah
sama
kedudukannya/
sederajat.
Ini
menimbulkan adanya sikap yang skeptis
terhadap hukum internasional.
Apakah hukum internasional itu benarbenar dikualifikasikan sebagai hukum
pada umumnya ?

Menurut John Austin, bahwa hukum internasional


itu bukan merupakan hukum
dalam
arti yang
sebenarnya, melainkan hanyalah merupakan moral
internasional positif,
Alasannya. Bahwa hukum itu adalah himpunan
peraturan
tentang tingkah laku manusai
yang
ditetapkan
dan dipaksakan berlakunya oleh
penguasa politik yang berdaulat.
Moral:
adalah ketentuan tentang tingkah laku
manusia
yang timbul
berdasarkan kesadaran
manusian dan pelaksanaannya juga dijamin oleh
kesadaran manusia itu sendiri.
Keberatan terhadap Austin yaitu bahwa Hukum
Kebiasaan adalah hukum, walaupun tudak dibuat
oleh pengausa politik yang berdaulat.

Oppenheim

Menurut Oppenheim hukum internasional adalah


hukum
Alasannya bahwa hukum adalah sekumpulam
ketentuan tentang tingkah laku
manusia di
dalam masyarakat yang pelaksanaannya dijamin
berdasarkan kesepakatan masyarakat tersebut
(ekternal power)
Ada 3 syarat pokok bagi hukum
1. ada masyarakat
2. ada kunpulan ketentuan tentang tingkah laku
nanusia di dalam masyarakat
3. adanya
kesepakatan
masyarakat
untuk
menjamin
pelaksanaan
ketentuan tersebut
(eksternal power)
Adanya badan legistatif
hukum.

bukan syarat bagi

Dalam praktek
Dalam

praktek sangat sulit untuk


membantah
eksistensi hukum internasional sebagai norma hukum
yang mengikat. eksistensi hukum internasional saat ini
tidak perlu diragukan lagi, masyarakat internasional
telah menerimanya sebagai
norma hukum
yang
mengatur masyarakat internasional.

Misalnya.

Perselisihan-perselisihan internasional
khususnya
yang mengadung aspek hukum diselesaikan melalui
jalur hukum internasional dengan mengajukannya ke
MI.
Kaidah-kaidah hukum internasional dapat diterima dan
diadopsi sebagai bagian dari hukum nasional negaranegara.

Daya mengikat Hukum Internasional


Menurut

Aliran Hukum Alam.


internasional itu mengikat
bersumber dan
berasal dari
Tuhan
Grotius/
Hugo de groot :
internasional mengikat
karena
dengan ratio manusia.
Menurut

Hukum
karena
wahyu
Hukum
sesuai

aliran Positipisme,
Hukum
Internasional itu mengkat karena
masyarakat
iternasional/negara
itu
sendiri menghendakinya untuk terikat
pada hukum internasional.

Persoalan: Apakah kehendak negara


untuk terikat pada hukum internasional
itu merupakan kehendak negara secara
individu,
ataukah
kehendak
negara
secara bersama-sama.
a. Georg

Jellinek
:
Hukum
internasional mengikat negara karena
negara
itu
sendiri
yang
menghendakinya.

b. Triepel

dan
Anzilotti
:
Hukum
internasional mengikat negara-negara
karena adanya
kehendak bersama
negara-negara.

Ketentuan Hukum internasional dilihat

dari wilayah berlakunya dapat


dibedakan:
- Hukum Internasional Umum
- Hukum Internasional regional.

Hukum

Internasional Umum, adalah


ketentuan hukum internasional yang berlaku
di seluruh dunia secara universal.

Hukum

Internasional
regional,
adalah
ketentuan hukum internasional yang berlaku
di bagian wilayah/dunia tertentu.

Kedudukan

Hukum internasional regional


terhadap hukum internasional umum :
Hukum
internasional regional dapat
berkedudukan lebih tinggi bila digunakan
untuk menyelesaikan sengketa
antar
negara pada kawasan yeng sama.
Hukum internasional dapat berkedudukan
lebih
rendah
bila digunakan untuk
menyelesaikan perselisihan antar negara

Subyek Hukum Internasional


Secara umum

subyek hukum diartikan


sebagai pemegang hak dan
kewajiban
menurut hukum.

Subyek

hukum internasional
pemegang hak dan kewajiban
hukum internasional

Siapakah

adalah
menurut

yang
menjadi
pendukung/pemegang hak dan kewajiban
menurut
hukum
internasional
/subyek
hukum internasional .

Dalam teori

ada dua pendapat (teori)


mengenai siapa yang menjadi subyek
hukum internasional.

1. Sebagian

besar
sarjana
berpendapat bahwa yang menjadi
subyek
hukum internasional
hanyalah negara saja.

a. Karena

ketentuan-ketentuan
hukum
internasional
hanya membebani
hak
dan kewajiban pada negara
b. Jika ada ketentuan hukum internasional
yang mengatur individu, bukan berarti
individu itu sebagai subyek tetapi
sebagai obyek.

Hanya individu saja yang menjadi subyek hukum


internasional (Hans Kelsen)
Menurut Hans Kelsen yang menjadi subyek hukum
internasional hanyalah individu .
Karena negara itu hanyalah konsep hukum yang
sifatnya abstrak, yang terdiri dari sekumpulan
ketentuan hukum
yang mengikat
sekelompok
orang tertentu dalam wilayah tertentu.
Hukum internasional tidak mengikat negara tetapi
mengikat individu/orang-orang
yang mendukung
negara tersebut.
Hak dan kewajiban negara
sebenarnya hak dan kewajiban individu/orang-orang
yang merupakan
anggota masyarakat
yang
mengorganisir dirinya dalam negara tersebut.
.Menurut Kelsen negara itu identik dengan hukum.
2.

Menurut

Loguman
kekuasaan.

negara

adalah

organisasi

Organisasi adalah kumpulan

orang-orang yang
dalam
mencapai tujuan bersama mereka
mengadakan kerja sama dan pembagian kerja
di bawah satu pimpinan.

Kekuasaan

adalah
kemampuan
memaksakan kehendak.

Negara/organisasi kekuasaan adalah

untuk

kumpulan
orang-orang
yang dalam
mencapai tujuan
bersama, mereka mengadakan kerja sama dan
pembagian kerja dibawah satu pimpinan yang
mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan
kehendak.

Dalam praktek/masa sekarang dengan


munculnya lembaga-lembaga/organisasi
internasional
yang
memiliki
personalitas hukum dan adanya gerakan
hak asasi
manusia,
yang menjadi
subyek hukum internasional meliputi:
1. Negara
2. Organisasi internasional
3. Tahta suci/vatikan
4. Kaum belligerensi
5. Individu

Negara

Negara merupakan subyek hukum internasional yang


utama. Secara historis yang pertama merupakan
subyek hukum internasional pada awal mula lahir
dan
pertumbuhan hukum internasional adalah
negara.
Kelebihan negara sebagai subyek hukum
internasional dibandingkan dengan subyek hukum
lainnya yaitu
bahwa negara
memiliki
apa yang
disebut kedaulatan ( kekuasaan tertinggi) kekuasaan
yang utuh/bulat tidak dapat dipecah-pecah dan tidak
dapat ditempatkan di bawah kekuasaan lain.
Kini makna kedaulatan telah mengalami perubahan,
kedaulatan tidak lagi diartikan sebagai kekuasaan
yang utuh /bulat melainkan dalam batas-batas
tertentu
sudah tunduk pada
batasan-batasan
tertentu, yaitu hukum internasional dan kedaulatan
negara lain.

Menurut

konvensi montevideo 1933


negara
sebagai
subyek
hukum
internasional
harus
memenuhi
kualifikasi :
a. Penduduk yang tetap
b. Pemerintah yang berdaulat
c. Wilayah tertentu
d. Kemampuan untuk mengadakan
hubungan dengan negara lain.

Organisasi Internasional
Organisasi intenasional merupakan penomena baru

dalam tata masyarakat internasional. Organisasi


internasional baru muncul pada abad 19.
Berkenaan
dengan
kemampuan
organisasi
internasional untuk menunjukan /menampakkan
kemandiriannya, berarti organisasi internasional
telah memiliki kepribadian hukum
internasional
(internastional
personality)
dengan
memiliki
kepribadian
hukum
internasional,
organisasi
iternasional
mampu
mengadakan
hubungan
internasional baik dengan negara-negara maupun
dengan organisasi internasional lainnya. . Ini berarti
pula bahwa organisasi internasional
merupakan
subyek hukum internasional.
Selama
ia belum
memiliki kepribadian hukum internasional maka ia
belum dapat dikategorikan sebagai subyek hukum
internasional.

Apa kriteria

organisasi internasional itu telah


memiliki
kepribadian
hukum
(personalitas
hukum).
Menurut Ian Brownlie
kriteria
kepribadian hukum organisasi internasional
yaitu:
a. merupakan suatu persekutuan antar negaranegara yang secara permanen dengan tujuan
yang sesuai dengan hukum internasional serta
dilengkapi dengan organ-organnya.
b. Adanya suatu pembeda
dalam
kekuasaan
hukum, maksud dan tujuan organisasi disatu
pihak, dengan maksud dan tujuan dari negaranegara anggotanya dilain pihak.
c. Adanya
kekuasaan
hukum
yang
dapat
laksanakan organisasi internasional tidak
saja dalam hubungannya dengan
sistem
hukum nasional negara anggota,
tapi juga
dalam level internasional

Tahta Suci/Vatikan
Tahta suci diakui sebagai subyek hukum internasiona

didasarkan pada sejarah. Tahta suci sebagai pusat


keagmaan dengan kekuasaan spiritualnya tetapi
juga
diakui
oleh negara-negara
dan negara
memberikan
tempat
kepada Tahta Suci
dalam
hubungan-hubungan iternasional yang
sejajar
dengan negara-negara. Dengan demikian banyak
negara yang mengadakan hubungan diplomatik
dengan Vatikan dengan menepatkan perwakilan
diplomatiknya di Vatikan dan sebaliknya.
Berdasarkan perjanjian Lateran tanggal 11 februari
1929 antara Itali dan Tahta Suci, dimana pemerintah
Itali memberikan/ menyerahkan sebidang tanah di
Roma kepada Vatikan. Dengan perjanjian Lateran ini
sekaligus sebagai pengakuan Itali atas eksistensi
Tahta Suci/Vatikan
sebagai pribadi internasional
yang mandiri.

Kaum Pemberontak Belligerensi.


Kapan pemberontak

dapat dikategorikan sebagai


kaum belligerensi. Menurut para sarjana
ada 4
syarat yang harus dipenuhi:
1. Kaum pemberontak itu harus terorganisir secara
rapi dan teratur di bawah pimpinan yang jelas
2. Kaum pemberontak
itu harus menggunakan
tanda-tanda
pengenal
yang
jelas
yang
menunjukkan identitasnya
3. Kaum pemberontak itu harus sudah menguasai
sebagian wilayah secara efektif sehingga benarbenar wilayah itu berada di bawah kekuasaannya
4. Kaum pemberontak itu harus mendapat dukungan
dari rakyat di wilayah yang didudukinya.

Individu.
Individu

dalam batas-batas tertentu


dapat bertindak
secara mandiri
melakukan perbuatan hukum untuk dan
atas namanya sendiri, dan sebaliknya
individu
dapat
dibebani
dengan
kewajiban internasional dan dimintakan
pertanggung jawabannya
secara
langsung dalam level internasional atas
perbuatannya
yang
bertentangan
dengan hukum internasional.

Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional


Persoalan

pokok
yang berkenaan
dengan
masalah hubungan antara
hukum internasional
dan hukum
nasional ara lain
1. sistem
2. pengutamaan (primacy)
3. berlakunya HI kedalam HN

2. Primacy (Pengutamaan)

Dalam hal terjadi pertentangan antara hukum


internasional dan hukum nasional manakah yanh harus
diutamakan

.Menurut aliran Monisme( ada dua pendapat)


a. Pendapat pertama yang menutamakan pada hukum

nasional.
Menurut
pandangan
ini
bahwa
hukum
internasional merupakan kelanjutan dari hukum
nasional
dengan kata lain bahwa
hukum
internasional merupakan hukum nasional
untuk
urusan luar negeri.
b. Pendapat Kedua yang mengutamakan hukum
internasional.
Menurut pandangan ini bahwa hukum nasional itu
bersumber pada hukum
internasional/bahwa
hukum internasional itu kedudukannya lebih tinggi
dari hukum nasional.

1. Sistem

Apakah Hukum Internasional dan Hukum


Nasional itu merupakan dua bidang hukum yang
masing-masing berdiri sendiri dan terpisah satu
dengan yang lainnya, ataukah kedua bidang
hukum itu merupakan bagian saja dari satu
sistem hukum, yaitu hukum pada umumnya.
ada 2 teori
a. Teori Monisme

Menurut teori ini bahwa Hukum internasional


dan hukum
nasional
merupakan
dua
bagian/aspek dari satu sistem hukum yang
saling melengkapi.
Menurut teori ini semua hukum yang kita
kenal
merupakan satu kesatuan
yang
mengikat bagi semua umat manusia.

b. Teori Dualisme

Menurut teori ini bahwa hukum internasional dan hukum


nasional
merupakan dua sistem hukum
yang
sifatnya
berbeda.
.Bedanya :
.Menurut

TRIEPEL, bahwa Hukum Internasional dan Hukum


Nasional itu berbeda karena subyek dan sumbernya berbeda;
.Subyek Hukum internasional adalah Negara
.Subyek Hukum Nasional adalah individu
.Sumber Hukum internasional adalah kemauan bersama negara
.Sumber Hukum Nasional adalah kemauan negara itu sendiri.
.Menurut ANZILOTTI, Hukum Internasional dan hukum Nasional

itu berbeda
karena prinsip dasar yang melandasi
kedua
sistem hukum itu berbeda.
.
HI
: dilandasi oleh prinsip dasar - Pacta Sun servanda
(Perjanjian harus dihormati)
.
HN : dilandasi oleh prinsip dasar Peraturan perundangundangan harus ditaati.

Menurut Starke
jika

terjadi
pertentangan
antara
hukum
internasional
dan
hukum
nasiona, maka yang harus diutamakan
adalah hukum internasional.

Jika yang diutamakan hukum nasional


akan
terja
ketergantungan
hukum
internasional pada hukum nasional
negara-negara, akibatnya akan terjadi
anarki internasional.
Menurut
Konvensi
London
1831
Perjanjian
tetap berlaku meskipun
terjadi perubahan intern suatu negara.

3. Berlakunya

Hukum internasional
ke
dalam hukum nasional (Ada dua teori)

a.

Transformasi
Menurut teori ini untuk dapat berlakunya
Hukum Internasional
kedalam Hukum
nasional
harus
terlebih
dahulu
ditransformasikan/dirubah berntuknya, baik
secara formal maupun secara substansial.

Sicara formal,
maksudnya mengikuti
bentuk yang sesuai dengan hukum atau
peraturan perundangan-undangan
yang
berlaku.
Secara substansial, maksudnya materi dari
hukum internasional
itu harus sesuai
dengan materi hukum nasional negara

b. Menurut teori Delegasi

Menurut
teori ini bahwa
setiap
konstitusi negara
telah
mendapat
delegasi/kekuasaan
dari
hukum
internasional
tentang kapan dan
dengan
cara
bagaimana
hukum
internasional itu masuk kedalam hukum
nasional negara-negara. Oleh karena itu
masing-masing negara
berwenang
menentukan hukum internasional mana
yang hendak
diterapkan
dan mana
yang tidak diterapkan.

Praktek negara-negara.

Di Inggris
Hukum

Kebiasaan
Internasional
merupakan bagian dari Hukum Nasional
Negara inggris, dengan syarat:
tidak

bertentangan
dengan
undangundang negara inggris
sekali sudah ditetapkan oleh pengadilan
tertinggi inggris maka pengadilan di
bawahnya harus mengikutinya meskipun
kemudian
muncul
hukum
kebiasaan
internasional
baru
yang bertentangan
dengan hukum kebiasaan internasional
yang telah dinyatakan sebagai bagian dari
hukum nasional negara inggris.

Perjanjian Internasional
Berlakunya

perjanjian
internasional
dibedakan menjadi dua .

di

Inggris

1.

Perjanjian internasional yang untuk berlakunya dan


menjadi bagian hukum nasional Inggris memerlukan
persetujuan parlemen. Yaitu perjanjian internasional
yang isinya antara lain:
mengakibatkan adanya perubahan undang-undang
negara inggris
mengakibatkan adanya perubahan wilayah negara
inggris
membebani keuangan negara inggris
mempengaruhi kekuasan raja
apabila perjanjian itu menentukan untuk berlakunya
menghendaki adanya persetujuan parlemen.

2.

Perjanjian iternasional yang untuk berlakunya dan


menjadi bagian hukum nasional negara inggris tidak
memerlukan persetujuan dari parlemen.
Yaitu perjanjian iternasional

yang isinya

mengatur

Amerika Serikat

Kebiasaan Internasional
kebiasaan internasional merupakan bagian
hukum nasional
negara Amerika, asal tidak
bertentangan hukum negara Amerika
Praktek berlakunya perjanjian
internasional
dibedakan :
Non-Self Executing
treaty, yaitu peranjian
internasional yang tidak berlaku dengan
sendirinya. Perjanjian ini untuk dapat berlaku
dan menjadi
bagian hukum nasional negara
Amerika
harus mendapat persetujuan dari
parlemen.
Misalnya perjanjian
yang isinya menyangkut :
Kewarganegaraan, wilayah negara, politik luar
negeri Amerika serikat, Hak asasi manusia.
Self
Executing
treaty,
yaitu
peranjian
internasional yang berlaku dengan
sendirinya.
tanpa persetujuan dari parlemen

Di Indonesia
Pasal 11 UUD 45 (sebelum amandemen)

Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan


perang, membuat perdamaian dan mengadakan
perjanjian dengan negara lain.
pasal ini belum jelas, perjanjian mana yang harus
mendapat prsetujuan DPR ?
Pada tahun 1960 Presiden berkirim surat kepada
DPR
(No. 2826/HK/1960, tentang pembuatan
perjanjian dengan negara lain. isinya: bahwa tidak
semua perjanjian yang dibuat oleh presiden harus
mendapat persetujuan
DPR, hanya perjanjian
yang penting (yang tergolong traktat/treaty) yang
harus mendapat persetujuan DPR.

Perjanjian internasional yang tergolong

treaty, bila isinya :


- mempengaruhi haluan politik negara RI
- menyangkut hal-hal yang menurut sistem
peraturan PerUU
harus diatur dengan UU
- menyangkut hutang piutang negara.
Perjanjian internasional isinya di luar yang
disebut di atas tergolong Agreement, yaitu
perjanjian yang isinya lebih bersifat teknis

UUD 45 Pasca Amandemen


Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyataka
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.***)

UU 24/2000 ttg Perjanjian Internasional


Pasal 9
(1) Pengesahan perjanjian internasional oleh Pemerintah Republik Indonesia
dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh perjanjian internasional tersebut.
(2) Pengesahan perjanjian internasional sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)
dilakukan dengan undang-undang atau keputusan presiden.
Pasal 10
Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undang
apabila berkenaan dengan :
a. masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;
b. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik
Indonesia;
c. kedaulatan atau hak berdaulat negara;
d. hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
e. pembentukan kaidah hukum baru;
f. pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
Pasal 11
(1) Pengesahan perjanjian internasional yang materinya tidak termasuk
materi
sebagaimana dimaksud Pasal 10, dilakukan dengan keputusan presiden.

Pengakuan
Di dalam masyarkat

internasional jumlah negara sebagai


anggotanya dan pemerintah sebagai
perwakilan
resmi
negara selalu berubah. Dan untuk melestarikan hubungan
antar sesama anggota masyarakat internasional/negara
timbulah masalah pengakuan negara/pemerintah.

Pengakuan adalah tindakan secara sepihak yang dilakukan

secara sukarela oleh suatu negara, yang mengakui atau


membenarkan terbentuknya suatu orgtanisasi kekuasaan
dan menerima organisasi
kekuasaan tersebut
sebagai
anggota masyarakat internasional.
Tindakan pengakuan lebih didasarkan pada

pertimbangan
politik/kepentingan stratrgi suatu negara , daripada
berdasarkan pada pertimbangan yuridis/hukum. Namum
akibat dari pengakuan ini menimbulkan adanya hak dan
kewajiban yang diatur oleh hukum internasional. Misal suatu
negara yang telah mendapat pengakuan dari suatu negara
maka perwakilan diplomatiknya akan menikmati kekebalan
dan hak istimewa dari negara yang mengakuinya.

Akibat Hukum Dari Adanya Pengakuan.

Ada dua Teori


1. Teori Konstitutif,

menurut teori ini bahwa pengakuan itu


menciptakan negara.
Atau dengan kata lain bahwa
pengakuan itu memberikan status negara pada organisasi
kekuasaan yang diakuinya.

2. Teori

Deklaratur/pembuktian, menurut teori ini


bahwa
pengakuan itu tidak menciptakan negara, status negara
sudah ada
sebelum
adanya pengakuan.
Pengakuan
hanyalah sebagai pernyataan resmi/formil terhadap suatu
keadaan yang sudah ada.
Buktinya :
Suatu negara sering melakukan penundaan pengakuan
sampai organisasi kekuasaan yang akan diakuinya itu
memberikan keuntungan politik bagi negara yang akan
mengakuinya. Ini berarti negara negara itu sudah ada
sebelum adanya pengakuan
Pengakuan itu berlaku surut sejak berdirinya negara itu.

Macam-macam pengakuan
Pengakuan dapat diklasifikasikan
menurut :
- bentuk pengakuan
- obyek pengakuan
- cara pengakuan.

Berdasarkan bentuknya pengakuan dapat di bedakan

1. Pengakuan De Jure, yaitu pengakuan yang diberikan


berdasarkan pertimbangan bahwa menurut negara yang
mengakui, negara/pemerintah yang diakui
secara formal
telah
memenuhi
persyaratan
yang ditentukan
hukum
internasional
untuk ikut serta
melakukan
hubungan
internasional.
2. Pengakuan
De Facto, yaitu pengakuan yang diberikan
berdasarkan pertimbangan
bahwa menurut negara yang
mengakui, negara/pemerintah yang diakui untuk sementara
dan dengan syarat-syarat tertentu menurut kenyataannya
dianggap telah memenuhi
syarat untuk
melakukan
hubungan internasional.
Dalam praktek pengakuan de facto selalu diberikan terlebih
dahulu sebelum diberikan pengakuan secara de jure.
Pengakuan de facto diberikan bertujuan untuk melindungi
kepentingan dari negara yang mengakui di wilayah yang
dikuasai secara nyata oleh suatu organisasi kekuasaan, tanpa
melanggar eksistensi dari organisasi kekuasaan yang telah
diakui secara de jure.
Pengakuan de facto karena bersifat sementara, maka dapat
ditarik kembali, sedangkan pengakuan de jure tidak dapat
ditarik kembali

3.

Pengakuan Kolektif, yaitu pengakuan yang dilakukan


dengan tindakan bersama sejumlah negara dalam
bentuk suatu keputusan internasional melalui
organisasi internasional atau tidak nelalui keputusan
organisasi internasional. Misal keputusan internasional
berupa konverensi, perjanjian internasional multilateral.
ASEAN secara bersama mengakui kamboja 1975 .
Melalui Perjanjian Helsinki 1976 NATO mengakui
Republik Demokrat Jerman Timur, Negara-negara Fakta
Warsawa mengakui Republik Pederal Jerman.

4. Pengakuan bersyarat, yaitu pengakuan yang diberikan


dengan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh
negara yang diakui.
Misal : -perlakuan yang baik terhadap kelompok
minoritas.
-tidak melakukan tindakan yg merugikan
negara yg
mengakui
-melaksanakan kewajiban internasional.

5. Pengakuan Prematur
adalah pengakuan yang diberikan kepada
suatu negara/pemerintah baru sebelum
terpenuhinya persyratan yang ditentukan
oleh hukum internasional untuk menjadi
suatu negara.

Berdasarkan Cara pemberian pengakuan,

pemgakuan dibedakan:
1. Pengakuan tegas-tegas, yaitu pengakuan

yang
diberikan dengan pernyataan resmi. misal,
- dengan nota diplomatik,
- pesan pribadi kepala negara yang mengakui

2. Pengakuan diam-diam, yaitu pengakuan

yang
dilakukan dengan menarik kesimpulan
dari
hubungan-hubungan tertentu
antara negara
yang mengakui dengan negara yang diakuinya.
Hubungan yang dapat disimpulkan adanya
pengakuan secara diam-diam, Misal:

Kunjungan antar kepala negara


Pesan pribadi kepala negara
Pembukaan hubungan diplomatik

Menurut Obyeknya
1. Pengakuan Negara

Adalah pengakuan bahwa suatu kesatuan yang


lahir diakui telah memenuhi persyarat yang
ditentukan oleh hukum internasional sebagai
Negara, sehingga diakui pula sebagai personalitas
hukum internasional dengan sehagala hak dan
kewajiban yang ditentukan oleh hukum internasional,
2. Pengakuan pemerintah

Adalah pengakuan dari Negara ketiga yang mengakui


bahwa pemerintah yang diakui itulah yang mempuyai
kekuasaan administratif untuk mewakili Negara
secara sah
3. Pengakuan terhahap kaum pemberontak

Doktrin Tobar.
Suatu negara harus berusaha untuk tidak mengakui

suatu pemerintah asing bila pembentukan pemerintahan


tersebut didasarkan atas kudeta,
militer/pemberontakan. Sebelum diakui paling tidak
pemerintah tersebut harus disahkan dulu secara
konstitusional.
Doktrin Stimson
Doktrin yg menolak diakuinya suatu keadaan yg lahir
sebagai akibat penggunaan kekerasan atau pelanggaran
terhadap perjanjian-perjanjian yg ada.
Doktrin Estrada

Penolakan pengakuan adalah suatu keadaan yg tidak


baik, karena bukan saja bertentangan dengan
kedaulatan suatu negara, tapi juga campur tangan
terhadap urusan dalam negeri negara lain

Hak Dan Kewajiban Negara

Negara sebagai subyek hukum internasional mempunyai hak dan


kewajiban menurut hukum internasional.

Hak Negara

1.Hak kemerdekaan
Negara yang merdeka adalah negara yang berdaulat. Yaitu negara
yang memegang sendiri kekuasaan tertinggi negaranya.
Hak Kemerdekaan meliputi :
.Kemerdekaan internal , yaitu negara memiliki kebebasan untuk
mengelola urusan dalam negerinya tanpa adanya campur tangan
asing.
.Kemerdekaan eksternal,

yaitu negara memiliki kebebasan untuk


melakukan hubungan internasional sampai sejauh yang
kemampuannya dan dengan cara yang dikehendakinya tanpa ada
pengawasan dan pengendalian negara/pihak lain.

2. Hak kesederajatan

Secara alamiah bahwa antara negara yang satu


dengan yang lainnya adalah sederajat.
Menurut hukum semua negara menikmati
kesederajatan kedaulatan.
Negara mempunyai kapasitas yang sama untuk
menjadi anggota masyarakat internasional yang
sederajat.
Konsekuensi hak kesederajatan misalnya:
(berlakunya prinsip satu negara satu suara, prinsip
suara bulat)
3. Hak untuk membela/mempertahankan diri.

Hak untuk membela diri adalah hak untuk


mempertahankan kelangsungan kemerdekaan dari
negara yang bersangkutan.
Menurut piagam PBB, bahwa negara anggota PBB
mempunyai hak untuk membela diri dari serangan
bersenjata yang terjadi terhadap negaranya.

4. Hak hidup berdampigan secara damai

berdasarkan prinsip ini, negara harus


tidak menggunakan wilayah negaranya
digunakan untuk maksud-maksud yang
merugikan negara lain seperti aktifitas
propokasi/propaganda.
- saling menghormati intergritas teritorial
negara lain
- saling menghormati kedaulatan negara
lain

Kewajiban negara
1.
2.
3.
4.
5.
6.

tidak melakukan perang


melaksanakan perjanjian dengan itikad baik
menjaga negaranya
agar tidak mengancam perdamaian
internasional
tidak merangsang timbulnya perselisihan diwilayah negara
lain
menyelesaikan perselisihan/sengketa secara damai
tidak melakukan intervensi urusan negara lain

Intervensi yang diperbolehkan sebagai pengecualian:


a.
b.
c.

d.
e.
f.

intervensi
negara pelindung terhadap
negara yang
dilindungi
intervensi atas dasar perjanjian internasional
intervensi yang ditujukan pada negara yang telah
melakukan
pelanggaran
berat
terhadap
hukum
internasional
intervensi untuk melindungi
warga negaranya yang
diperlakukan tidak baik oleh negara lain
Intervensi atas undangan resml negara yang diintervensi.
Intervensi untuk membela diri

WILAYAH NEGARA
Wilayah negara.

Wilayah negara merupakan tempat


dimana negara melaksanakan
kedaulatannya/kekuasaannya. Wilayah
negara terdiri :
1. Daratan
2. Laut
3. Udara

wilayah darat
Wilayah daratan mencakup perairan daratan
(sungai,
danau)
Wilayah suatu negara dapat diperoleh dengan cara :
1 Okupaasi
2 Akresi
3 Preskripsi
4 Aneksasi
5 Plebisit
6 Cesi

1. Okupasi,

a.
b.
c.
d.
e.

Yaitu perolehan wilayah oleh suatu


negara pada wilayah yang tidak dikuasai
oleh negara lain/wilayah tidak bertuan.
Unsur-unsur okupasi:
dilakukan oleh negara
atas wilayah yang tidak dimiliki oleh
negara lain
pendudukan dalam jangka waktu yang
wajar dan bersifat menetap
penguasaan yang efektif
ada maksud untuk bertindak sebagai yang
berdaulat

2. Akresi,

yaitu
peristiwa alam.

perolehan wilayah

karena

3. Preskripsi,

Yaitu perolehan wilayah oleh suatu negara


akibat dari pelaksanaan kedaulatan secara de
facto yang dilakukan dalam jangka waktu yang
lama atas wilayah yang sebenarnya secara de
jure tidak termasuk
dalam
kedaulatannya
(dalam hukum perdata Virjaring/kedaluarsa)
Syaratnya:
a.
b.

tidak ada protes dari negara lain.


adanya pelaksanaan kedaulatan dalam jangka
waktu yang lama.

4. Cessi ,

yaitu perolehan wilayah oleh suatu


negara melalui proses peralihan hak (misal
penjualan Alaska oleh Rusia kepada Amerika)

5. Aneksasi/penggabungan,

yaitu perolehan wilayah oleh suatu negara


dengan cara menggabungkan wilayah negara
lain kedalam
wilayah
negaranya. Syarat
untuk adanya aneksasi, yaitu harus ada
pernyataan
aneksasi
dari
negara
yang
menganeksasi.
6.

Plebisit
yaitu perolehan wilayah oleh suatu negara
melalui pilihan kehendak penduduk wilayah
yang bersangkutan.
Plebisit berarti memastikan keinginan
penduduk setempat mengenai status mereka,
apakah merupakan bagian dari suatu negara
tertentu atau berdiri sendiri sebagai suatu
negara yang merdeka.

Wilayah Laut

Menurut Konvensi Hukum Laut 1982,


wilayah laut dapat dibedakan
menjadi:
1. Perairan Pedalaman
2. Laut territorial
3. Zone Tambahan
4. Zone Ekonomi Eksklusif
5. Laut Lepas

a. Perairan Pedalaman, yaitu wilayah laut yang

berada di sisi
dalam dari garis pangkal
Negara mempunyai kedaulatan penuh
terhadap wilayah perairan pedalamannya
sebagaimana terhadap wilayah daratannya.
Negara berhak untuk menerima atau
menolak masuknya kapal asing kedalam
wilayah perairan pedalamannya, kecuali :
kapal asing tersebut dalam keadaan bahaya
(force majers)
masuknya kapal asing itu
diijinkan oleh
perjanjian internasional
perairan pedalaman itu
merupakan bekas
laut teritorial atau laut bebas, yang karena
akibat adanya perubahan cara penarikan
garis pangkal menyebabkan wilayah itu
menjadi perairan pedalaman.

Garis Pangkal
Adalah suatu garis yang ditarik pada
pantai pada waktu air laut surut.
Ada tiga macam garis pangkal.
1.
Garis pangkal normal (normal
base lines)
2.
Garis pangkal lurus dari ujung
ke ujung
(straight base lines from point
to point)
3. Gari pangkal lurus khusus/GP
kepulauan (archipelagic base lines )

1. Garis pangkal normal.

Yaitu garis pangkal yang ditarik


pada pantai pada waktu air laut
surut dengan mengikuti lekukan
pantai.

2. Garis pangkal lurus (Straight base

lines from point to point)


Yaitu garis yang ditarik pada
pantai pada waktu air laut surut
dengan menghubungkan titik atau
ujung-ujung terluar dari pantai.

3. Garis pangkal lurus khusus /garis

pangkal kepulauan (Archipelagic


base lines)
Yaitu garis pangkal yang ditarik
pada pantai pada waktu air laut
surut
dengan
menghubungkan
titik terluar dari pulau-pulau yang
terluar.

Suatu negara dapat menarik garis

pangkal lurus bila :


Bentuk pantainya berliku-liku tajam
Ada gugusan pulau di depan pantai

Garis pangkal

Garis pangkal

Garis pangkal

Peta Indonesia

b. Laut Territorial, yaitu wilayah laut


yang berada di sisi luar garis
pangkal selebar 12 mil dari garis
pangkal.
Jika pantai
dua negara
saling
berlawanan atau saling berdekatan
maka penentuan lebar wilayah laut
teriritorial dilakukan :
melalui perjanjian antar kedua negara
jika
tidak ada
perjanjian maka

digunakan cara garis tengah (median


line) yang tiap-tiap titiknya ada pada
jarak sama dari titik yang terdekat
pada garis pangkal.

Negara
mempunyai
kedaulatan
penuh
atas
wilayah
laut
territorialnya, tetapi
negara juga
mengakui adanya hak lintas damai
(innocent passage), yaitu hak untuk
melintasi bagi kapal-kapal asing
sejauh tidak mengganggu ketertiban,
keamanan dan keselamatan negara
pantai.
Disamping itu juga negara mempunyai
kewajiban untuk
memberitahukan
tantang
adanya
bahaya-bahaya
pelayaran yang telah diketahuinya.

Kedaulatan negara atas wilayah laut


teritoerial
ini
mula-mula
dikembangkan oleh seorang sarjana
Belanda yang bernama Cornellis van
Bjnkershoek tahun 1704 yang menulis
dalam
sebuah
disertasinya
yang
berjudul
De
Dominio
Maris
Disertatio
suatu
esai
tetntang
penguasaan atas wilayah laut. C. V.
Bynkershoek
menanyakan
kalau
suatu negara
itu dapat memiliki
kedaulatan
atas
wilayah
laut,
seberapa jauh negara dapat berkuasa
atas wilayah laut. Dalam tulisannya itu
ia mengusulkan supaya kedaulatan
suatu negara atas wilayah laut sejauh

Tahun 1782 Galani

dan Azumi----- lebar


laut negara 3 Mil dari pantai.
ini terkait dg netralitas
Perang dilaut tidak boleh dilakukan dalam
jarak 3 mil dari pantai negara netral.
Jarak tembakan meriam pada saat itu 3
mil.

Sejak runtuhnya kerajaan Romawi abad

pertengahan
Siapakah yang memiliki laut ???
Inggris-------------- laut Utara
Portugal------------ lautHindia
Spanyol ------------ laut Pasifik
Grotius/Hugo de Groot-----Mare Liberum (Laut
bebas)
Tidak ada suatu negarapun yang dapat
memiliki kedaulatan
atas laut.

John Shelden------------Mare Clausum (Laut


Tertutup)
bahwa laut dapat dimiliki oleh setiap negara

Stb No. 442 tahun 1939

Territorial Zee en
Maritieme Kringen Ordonantie (Ordonansi
tentang Laut Teritorial Dan Lingkugan Maritim)

Deklarasi Juanda 13 Desember 1957

c. Jalur Tambahan
yaitu wilayah laut yang berada di sisi luar
garis panglkal yang bersambungan dengan
laut teritorial
selebar 24 mil dari garis
pangkal. Negara mempunyai hak berdaulat
di jalur
tambahan
untuk melakukan
pengawasan
yang diperlukan
untuk
mencegah
pelanggaran-pelanggaran
hukum
dan perundang-undangan
yang
berkenaan dengan masalah :
bea cukai, keimigrasian, perpajakan.
Menghukum
terhadap pelenggaranpelengaran hukum dan
perundangundangan tersebut (Ps. 33 (1) konvensi
hukum laut 1982)

d. Zone Ekonomi Eksklusif


yaitu wilayah laut yang berada
disisi luar garis pangkal dan
berdekatan dengan laut teritorial
selebar 200 mil dari garis pangkal.
Negara mempunyai hak berdaulata
(soverign rights) atas zone
ekonomi eksklusif yang sifatnya
ekonomis, yaitu :
1. Hak untuk melakukan

eksplorasi/eksploitasi, konservasi dan


pengelolaan sumber alam (baik hayati
maupun non hayati)
2. membuat pulau buatan, riset,

Negara lain mempunyai kebebasan:


Berlayar
Terbang di atasnya
Menempatkan pipa/kabel dasar laut
Kewajiban negara lain
harus memperhatikan hak-hak

negara pantai
mentaati hukum dan peraturan
perundang-undangan negara pantai
menggunakan zee untuk tujuan
damai

e. Laut lepas, yaitu wilayah laut yang tidak


termasuk kedalam perairan pedalaman, laut
teritorial, jalur tambahan maupun zee.
Setiap negara mempunyai kebebasan:

terbang di atasnya
berlayar
menempatkan kabel/pipa dasar laut
membuat pulau buatan
menangkap ikan
melakukan riset
Kewajiban negara
- melestarikan laut lepas untuk tujuan damai
- tidak melaksanakan kedaulatan atas bagian
wilayah laut lepas manapun

Hak Pengejaran Seketika

Suatu negara dilaut lepas dapat mengejar, menangkap


dan membawa ke pelabuhannya suatu kapal swasta
asing yang telah melakukan suatu pelanggar hukum
di laut wilayahnya atau di perairan pedalamannya.
Untuk melindungi kepentingan negara pantai
Kapal asing tidak dapat melakukan suatu pelanggaran
dengan leluasa di wilayah perairan suatu negara
kemudian ia lari ke laut lepas untuk menghindari
tindakan negara pantai, karena di laut lepas berlaku
prinsip
kekabasan, dan
dilaut suatu kapal hanya
tunduk pada wewenang dan hukum negara bendera
kapal
Kalau terjadi suatu pelanggaran
hukum oleh kapal
asing di wilayah perairan suatu negara, maka kapal
perang atau kapal penjaga pantai dapat melakukan
pengejaran sampai ke laut lepas.

Landas Kontinen,
Doktrin Landas kontinen

pertama kali di
cetuskan oleh Presiden Amerika serikat
yang bernama Henry S Truman pada
tahun 1945, bahwa dasar laut dan tanah
di bawahnya yang terletak di luar laut
teritorial Amerika dan sunber alam yang
terkandung
di dalamnya
adalah
sambungan dari daratan Amerika, oleh
karena itu Amerika Serikat memiliki hak
yang sifatnya eksklusif atas sumber alam
yang terkandung di dalamnya.

Landas kontinen adalah

dasar laut dan tanah di


bawahnya yang bersambungan dengan pantai di
luar laut teritorial
sampai kedalaman 200 meter
dari permukaan laut atau sampai dimungkinkan
untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sunber
alam di wilayah tersebut. (Konvensi Jenewa 1958)

Landas kontinen adalah

dasar laut dan tanah di


bawahnya
dari daerah
dasar laut
yang
bersambungan dengan pantai di luar laut teritorial
yang merupakan perpanjangan alamiah dari
daratannya hingga pinggir
tepi kontinen, atau
hingga jarak 200 mil dari garis pangkal jika tepi
kontinen tidak mencapai 200 mil, dengan maksimal
350 mil. (Konvensi Hukum Laut PBB 1982)

Negara

mempunyai
hak
untuk
melaksanakan kedaulatannya untuk tujuan
eksplorasi dan eksploitasi sumber alam di
landas kontinen. Hak ini sifatnya eksklusif,
artinya bahwa Jika negara pantai tidak
melakukan eksploitasi/ekplorasi di landas
kontinen
maka negara lain
tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan di
landas kontinen.

Negara Dan Individu

Keterkaitan /hubungan antara negara dan individu


dapat terjadi dalam hal :
Nasionalitas,
Hak dan kewajiban negara terhadap orang

asing,
Ekstradisi,
Suaka.

Nasionalitas
Nasionalitas merupakan pengikat hubungan antara negara dan

individu,
dimana dengan
menikmati
perlindungan
internasional.
Tanpa

nasionalitas
individu
dan
manfaat
dari

nasionalitas
individu
perlindungan dari negara.

tidak

akan

dapat
hukum

memperoleh

Nasionalitas juga berfungsi sebagai simbol identifikasi individu

dalam kaitannya dengan negara tertentu dalam lingkungan


hukum internasional.
Dimana individu akan mendapat
perlindungan dari negaranya apabila ia berada di negara lain.

Kewajiban Negara terhadap Orang

Asing
Bukan merupakan suatu kewajiban bagi

suatu negara untuk memperkenankan


orang asing masuk kedalam
wilayah
negaranya. Negara bebas untuk menolak
atau mengijinkan orang masing masuk ke
negaranya.

Kalau

suatu
negara
memperkenankan orang asing
kedalam wilayahnya:

Negara

sudah
masuk

tersebut
wajib
untuk
memperlakukan orang asing tersebut
seperti warga negaranya sendiri
kecuali :
Yang berkenaan dengan hak-hak politik
dan hak-hak istimewa warga negara. (misal
hak untuk memberikan suara , hak
melakukan profesi tertentu, hak untuk

Orang asing memiliki hak atas kebebasan


perorangan.
dia tidak bisa ditahan dengan sewenang-

wenang
berhak untuk mendapatkan perlindungan
atas harta kekayaannya.
Sebaliknya orang asing juga mempunyai
kewajiban untuk mentaati hukum negara
setempat.

Ekstradisi.
Adalah penyerahan

resmi yang dilakukan


atas dasar perjanjian internasional oleh
suatu negara kepada negara lain yang
memintanya, seseorang yang dituduh atau
yang dapat dihukum karena
tindak
kejahatan
terhadap hukum
negara
peminta.

Ekstradisi
dilaksanakan
terutama atas dasar
perjanjian internasional bilateral atau regional tentang
ektradisi diantara negara yang terkait.

Ekstradisi dapat dilaksanakan apabila pelaku dan

kejahatan termasuk kategori yang dapat


diekstradisikan.
Pelaku kejahartan yang dapat diektradisikan adalah

pelaku kejahatan yang memiliki kewarganegaraan


negara yang meminta atau negara ketiga.

Kejahatan
yang dapat diektradisikan adalah
kejahatan
yang telah disepakati oleh negara yang
terlibat dan dicantumkan dalam perjanjian ekstradisi
yang dibuat.

Pada umumnya kejahatan yang dapat diekstradisikan

adalah kejahatan obyektif yaitu kejahatan yang


dianggap sebagai tindak pidana.
Sedangkan tindak pidana subyektif

tidak dapat
diekstradisikan (misalnya kejahatan politik, kejahatan
militer seperti deserse, kejahatan agama).

Suaka

Adalah perlindungan yang diberikan oleh


suatu negara terhadap warga negara dari
negara lain.
Perlindungan

dalam arti bukan


hanya
semata pengungsian sementara. Negara
yang memberi perlindungan
bertindak
secara
aktif
dalam
memberikan
perlindungan.

Suaka

diberikan kepada warga negara


asing yang dinegaranya merasa ketakutan
akan adanya tindakan kekersan karena
masalah:
ras,
agama
karena alasan politik.

Hak suaka ada pada negara.


bukan pada individu yang meminta suaka.
Negara

mau memberi
atau menolak
memberi suaka itu adalah dalam kerangka
melaksanakan kedaulatan teritorialnya.

Pemeberian
pertimbangan
kemanusiaan.

suaka lebih didasarkan pada


politik
dan pertimbangan

Pada

umumnya
pemberian suaka akan
menimbulkan memburuknya hubungan antara
negara pemberi
suaka dengan negara dari
orang yang meminta suaka (akan menimbulkan
adanya rasa dongkol).

Jika suaka diberikan

oleh suatu negara maka


biasanya permintaan ekstradisi akan ditolak
karena alasan kejahatan politik tidak bisa di
ekstradisikan.

Suaka dapat dibedakan :


Suaka territorial, yaitu suaka yang diberikan

oleh suatu negara di dalam wilayah negara


pemebri suaka
Suaka
ekstra territorial, yaitu suaka yang
diberikan oleh suatu negara di luar wilayah
negara yang memberi suaka, tetapi diakui seperti
wilayah negara pemberi suaka, yaitu gedunggedung kedutaan besar, gedung konsulat, kapal
perang. Pemberian suaka di gedung kedutaan
dikenal dengan suaka diplomatik.

Anda mungkin juga menyukai