Anda di halaman 1dari 90

Psikopatologi

Kelompok Kepaniteraan Psikiatri


Periode 6 Mei 2013 8 Juni 2013
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi

Sign & Symptoms

Psikiater ->
Membuat diagnosis yang akurat
Merencanakan penanganan pasien
Prediksi Prognosis
Menganalisa keputusan selengkap mungkin
Berkomunikasi dengan sejawat yang lain

->
Agar dapat melaksanakan tujuan-tujuan diatas harus dpt memahami
istilah-istilah dalam psikiatri :

Istilah-istilah Psikiatri
Sign (Tanda) : a/ observasi dokter dan temuan obyektif seperti afek
yang menyempit & retardasi psikomotor
Symptom : a/ Pengalaman subyektif yang dideskripsikasn o/pasien,
seperti mood depresi & energi yang berkurang
Syndrom : a/ Kumpulan dari Sign & Symptom yang scr bersamasama membantu suatu kondisi yang bisa dikenal, yang bisa lebih
kompleks daripada kelainan atau penyakit yang spesifik.

I. KESADARAN
I. A. APERSEPSI
a/ Persepsi yang dimodifikasi o/ emosi & pikiran diri seseorang.
-

Sensorium : a/ Keadaan tingkat fungsi kognitif dari perasaan khusus


(kadang-kadang digunakan sbg sinonim dari kesadaran), gangguan
kesadaran sering berhubungan dgn kelainan dalam otak.

1. Disorientasi : Gangguan dalam orientasi waktu, tempat atau orang.


2. Kesadaran berkabut : Kejernihan pemikiran yang tidak lengkap
disertai dengan gangguan persepsi & sikap.
3. Stupor : Berkurangnya reaksi & ketidaksadaran terhadap lingkungan
sekeliling
4. Delirium : Kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yg
disertai dgn ketakutan & halusinasi
5. Koma : Derajat ketidaksadaran yg berat.
6. Koma vigil : Koma dimana pasien terlihat seperti mengantuk tetapi
masih bisa dibangunkan ( dikenal juga dengan mutisme akinetik)

7. Twilight state : Gangguan kesadaran dengan hulusinasi


8. Keadaan seperti mimpi (Dreamlike state) : sering digunakan sebagai
sinonim u/ kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor
9. Somnolen : Mengantuk yang abnormal.
10. Konfusi : Gangguan kesadaran dimana reaksi terhadap stimulus
eksternal tidak sesuai, bermanifestasi sbg gangguan orientasi yang
berhubungan dengan waktu, tempat & orang.
11. Drownies (mengantuk) : Keadaan kesadaran yg berkurang yg
berhubungan dgn keinginan atau kecenderungan u/ tidur.
12. Sundowning : Syndrom yg terjadi pd orang yang lebih tua, biasanya
terjadi pada malam hari & ditandai dengan mengantuk, bingung,
ataxia, & jatuh sebagai akibat dari efek sedasi yg berlebihan dari
medikasi, juga disebut sundowner syndrome.

I. B. GANGGUAN ATENSI (PERHATIAN)

1.

2.
3.
4.

Adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memfokuskan pada


bagian tertentu dari suatu pengalaman, kemampuan u/
mempertahankan perhatian pd satu aktivitas, kemampuan u/
berkonsenterasi.
Distractibilitas : Ketidak mampuan u/ memusatkan perhatian, suatu
kondisi dimana perhatian jatuh pada stimuli eksternal yg tidak penting
& tidak relevan
Gangguan atensi selektif : Hambatan yg hanya terjadi pada hal2 yg
menimbulkan kecemasan
Hipervigilitas : Perhatian yg berlebihan &berfokus pd stimuli internal
& eksternal biasanya sekunder dari kondisi waham atau paranoid.
Trance : Perhatian yg terfokus & kesadaran yg berubah, biasanya
terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif & pengalaman religius yg
luar biasa.

I. C. GANGGUAN SUGGESTIBILITAS
Adalah Kepatuuhan & respon yg otomatis atau patuh pada ide2
atau pengaruh
1. Folie adeux : Penyakit atau Gangguan komunikasi emosional antara
dua atau tiga orang.
2. Hypnosis : Modifikasi Kesadaran yang diinduksi secara buatan yang
ditandai dengan pengaruh yang meningkat.

II. EMOSI
Adalah keadaan perasaan yg kompleks dengan komponen psikis,
somatik, perilaku yg berhubungan dengan afek & mood.

II. A. AFEK
yaitu ekspresi emosi yg bisa diamati, mungkin tidak konsisten
dgn deskripsi emosi yg dikatakan o/ pasien.
1. Afek yg sesuai (Appropriate) : kondisi dimana irama emosional
sesuai dgn gagasan, pikiran, pembicaraan, yg menyertai,
digambarkan selanjutnya sebagai afek yg luas/ penuh, dimana
rentang emosional yang luas diekspresikan secara sesuai.

2.

3.
4.
5.
6.

Afek yg tidak sesuai (In appropriate) : Ketidakharmonisan antara


irama emosi & gagasan, pikiran atau pembicaraan yang
menyertainya.
Afek yg tumpul : gangguan pada afek yg dimanifestasikan dgn
penurunan yg berat pd intensitas dr irama perasaan yg terlihat.
Afek yg menyempit : Penurunan intensitas irama perasaan yg lebih
ringan daripada afek tumpul tapi jelas terlihat penurunan.
Afek datar : Tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda2
ekspresif afektif, suara monoton, wajah yg tidak bergerak.
Afek labil : Perubahan irama perasaan yg cepat & tiba2, yg tidak
dipengaruhi o/ rangsangan dari luar.

II. B. MOOD
Adalah emosi yang meresap & dipertahankan, pengalaman
subyektif & dilaporkan o/ pasien & terlihat o/ orang lain, termasuk
depresi, elasi & kemarahan

MOOD
1.
2.
3.

4.
5.

Mood Disforik: mood yang tidak menyenangkan


Mood Euthym: Batasan yang normal dari mood, yang
menunjukkan tidak adanya mood depresi/elasi
Mood yang meluap-luap/meluas: ekspresi perasaan seseorang
tanpa pembatasan, sering disertai dengan penilaian yang
berlebihan pada diri sendiri yang merasa lebih berarti dan lebih
penting
Mood iritabel: suatu keadaan dimana seseorang mudah
dirangsang untuk marah.
Mood labil: perubahan yang cepat/suatu keadaan yang
berubah-rubah antara efori dan depresiatau ansietas.

6. Mood elevasi: suatu perasaan percaya diri dan rasa senang yang
melambung, mood yang lebih membahagiakan dari biasanya.
7. Euforia: peningkatan mood yang kuat dengan perasaan
kebesaran.
8. Ecstasy: perasaan kegembiraan dan kegairahan yang luar biasa.
9. Depresi: perasaan sedih yang abnormal.
10. Anhedonia: hilangnya minat dan penarikan diri dari aktifitas yang
menyenangkan, sering disertai dengan depresi.
11. Dukacita/berkabung: kesedihan yang berhubungan dengan
suatu kehilangan yang nyata.

12. Aleksitymi: ketidakmampuan atau kesulitan dalam


menggambarkan atau untuk menyadari emosi/mood orang lain.
13. Ide-ide bunuh diri: pemikiran/tindakan untuk membunuh diri
sendiri.
14. Elasi: perasaan bahagia, eforia, kemenangan, rasa puas diri
yang kuat, atau optimisme.

C. Emosi lain-lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ansietas: perasaan cemas yang disebabkan oleh antisipasi


terhadap bahaya, baik dari dalam maupun luar.
Kecemasan yang mengambang bebas: rasa takut yang
meresap dan tidak terfokus pada suatu gagasan,
Ketakutan: kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang
dikenali secara sadar dan realistik.
Agitasi: kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan
motorik.
Tension (ketegangan): peningkatan aktifitas motorik dan
psikologis yang tidak menyenangkan.
Panic: serangan kecemasan yang akut, berulang dan kuat
yang disertai dengan perasaan ketakutan yang berlebihan
dan peningkatan aktifitas otonom.

7.

Apati: Irama emosi yang tumpul yang disertai dengan


ketidakacuhan.
8. Ambivalensi: terdapatnya dua dorongan hati yang
berlawanan pada topik yang sama, pada orang yang sama
dan waktu yang sama.
9. Abreaksional: pelepasan atau peluapan emosi setelah
mengingat kembali pengalaman yang menyakitkan.
10. Rasa malu: kegagalan untuk membangun pengaharaoan
diri.
11. Rasa bersalah: emosi tambahan setelah melakukan sesuatu
yang dianggap salah.
12. Kontrol impuls: kemampuan untuk melawan impus,
dorongan atau godaan untuk melakukan suatu tindakan.

D. Gangguan Psikologi Yang Berhubungan


Dengan Mood
tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik). Lebih sering
berhubungan dengan depresi (disebut juga tanda-tanda vegetatif)
1. Anoreksia: hilangnya/menurunnya nafsu makan.
2. Hiperfagia: peningkatan nafsu makan dan asupan makanan.
3. Insomnia: menurunnya/hilangnya kemampuan untuk tidur.
a. Awal: kesulitan untuk jatuh tertidur.
b. Pertengahan: kesulitan untuk tidur sepanjang malam tanpa
terbangun. Kesulitan untuk tidur kembali setelah terbangun
c. Terminal: terbangun dini

4.
5.

6.

7.
8.
9.

Hipersomnia: tidur yang berlebihan.


Variasi diurnal: mood yang secara teraturburuk dipagi hari
pada saat bangun tidur dan berangsur-angsurmembaik
dengan semakin siangnya hari.
Penurunan libido: penurunan minat, dorongan dan aktifitas
seksual (peningkatan libidosering disertai dengan keadaan
manik)
Konstipasi: ketidakmampuan atau kesulitan untuk defekasi.
Fatigue perasaan berkurangnya tenaga, mengantuk, atau
iritabel yang mengikuti suatu periode aktifitas mental/fisik.
Pica; menginginkan dan memakan bahan-bahan yang
bukan makanan, seperti cat dan tanah liat.

10. Pseudosiesis: kondisi yang jarang dimana pasien


menunjukkan tanda dan gejala kehamilan, seperti distensi
abdomen, pembesaran payudara, pigmentasi, berhentinya
menstruasi dan morning sickness.
11. Bulimia: rasa lapar yang tidak bisa ditahan dan makan dengan
rakus. Terlihat pada bulimia nervosa dan depresi atipikal.

III. Perilaku Motorik (konasi)


Adalah aspek-aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi,
harapan, dorongan, insting dan keinginan yang diekspresikan
dalam perilaku dan aktifitas motorik seseorang.
1. Ekopraksia: peniruan gerakan seseorang oleh orang lain secara
patologis.
2. Katatonia dan posisi tubuh yang abnormal: terlihat pada
skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit-penyakit pada
otak seperti ensefalitis.
A. Katalepsi: istilah umum untuk suatu posisi tidak bergerak yang
dipertahankan terus-menerus.

B. kegelisahan katatonik: agitasi, aktivitas motorik yang tidak


bertujuan yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
c. Stupor katatonik: penurunan aktivitas motorik yang nyata,
seringkali sampai pada suatu keadaan yang tidak bergerak
dan terlihat tidak menyadari sekelilingnya.
d. Rigiditas katatonik: kekakuan postural yang disadari,
menentang segala usaha untuk menggerakannya.
e. Posturing katatonik: portur tubuh yang tidak sesuai dan aneh
yang disadari, biasanya, dipertahankan dalam waktu lama. (14)

f.

Fleksibilitas Cerea
kondisi tubuh seseorang yang bisa dibentuk ke dalam
suatu posisi kemudian dipertahankan, ketika pemeriksa
menggerakkan pasien, anggota tubuh tersebut terasa
seolah-olah terbuat dari lilin.
g. Akinesia
Menurunnya gerakan fisik, seperti immobilitas yang
ekstrim terhadap pasienskizofren katatonik, bisa juga
sebagai efek samping ekstra piramidal dari terapi
antipsikotik (5-6)

3.
4.
5.
6.
7.

Negatifisme: PErtahanan/penolakan tanpa motif


terhadap semua usaha untuk menggerakan atau
terhadap semua perintah
Katapleksi: Hilangnya tonus otot secara sementara
dan kelemahan yang diakibatkan oleh berbagai kondisi
emosional
Stereotypi:Pola pergerakan tubuh atau pembicaraan
secara berulang-ulang yang menetap
Mannerisme: gerakan involunter yang sudah
dilakukaan dalam waktu lama dan menjadi kebiasaan
Otomatisme: Penampilan gerakan yang otomatis atau
aktivitas yang menggambarkan aktivitas simbolik yang
tidak disadari.

8.

Otomatisme perintah: secara otomati mengikuti


perintah (juga kepatuhan secara otomatis)
9. Mutisme: tidak adanya suara/tidak berbicara tanpa
adanya kelainan struktural
10. Aktifitas yang berlebihan
a.

b.
c.

Agitasi Psikomotor: aktifitas motorik dan kognitif yang


berlebihan, biasanya tidak produktif dan terjadi sebagai
respon terhadap ketegangan dari dalam diri pasien
Hiperkinesis: kegelisahan, agresif, destruktif, sering
berhubungan dengan kelainan otak yang mendasari
Tic: Gerakan motorik yang spsmodik dan tidak disadari

d.
e.

f.

Somnambulisme: Aktifitas motorik yang terjadi saat tidur


Akatisia: perasaan subjektif tentang kekakuan otot yang
terjadi akibat penggunaan obat antipsikotik, yang bisa
menyebabkan kegelisahan,berjalan bolak-balik, duduk dan
berdiri berulang-ulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi
psikotik
Kompulsi: dorongan keinginan yang tidak terkontrol untuk
melakukan sesuatu tindakan yang berulang-ulang:

Dipsomania: kompulsi untuk minum alkohol


Kleptomania: kompulsi untuk mencuri
Nymphomania: Kebutuhan yang berlebihan untuk koitus pada
wanita
Satyriasis:Kebutuhan yang berlebihan untuk koitus pada pria
Trichotilomania: Kompulsi untuk mencabut rambut
Ritual: Aktivitas yang otomatis, kompulsif dalam pembawaan,
menurunkan kecemasan.

g.
h.
i.

Ataksia: Kegagalan koordinasi otot-otot, gerakan otot yang


tidak beraturan
Polifagi: Makan berlebihan yang patologis
Tremor: Gerakan-gerakan yang ritmis dan berulang, biasanya
lebih cepat dari suatu gerakan dalam satu detik yang
berkurang selama periodik relaksasi dan tidur, dan meningkat
pada periode kemarahan dan meningkatnya ketegangan

11. Hipoaktif: Penurunan aktifitas motorik dan kognitif,


seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan
pikiran, pembicaraan dan gerakan yang dapat terlihat
12. Mimikri: Peniruan aktifitas motorik yang sederhana
pada anak-anak
13. Agresi: Tindakan/kekerasan fisik maupun verbal yang
diarahkan pada tujuan tertentu, bagian motorik dari
kemarahan kekasaran atau permusuhan

14. Acting out: Ekspresi langsung dari keinginan yang


tidak disadari atau dorongan dari suatu tindakan,
fantasi yang secara tidak sadardihidupkan dalam
perilaku
15. Abulia: Penurunan dorongan kehendak untuk
beraktifitas dan berfikir, disertai dengan ketidakacuhan
terhadap akibat dari suatu tindakan, etrjadi sebagai
akibat dari defisit neurologis
16. Anergi: hilangnya energi
17. Astasia: ketidak mampuan untuk berdiri atau berjalan
dengan normal, walaupun gerakan tungkai yang
normal bisa diperlihatkan saat dudukatau bersandar.
Cara berjalan yang aneh dan tidak disebabkan oleh
suatu kelainan organik, terlihat pada gangguan
konversi

18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Koprofagi: memakan kotoran atau feses


Diskinesia: kesulitan dalam memperlihatkan gerakan volunter
seperti pada kelainan ekstrapiramidal
Kekakuan otot: suatu kondisi dimana otot-otot sulit digerakan
kembali setelah suatu posisi tertentu, terlihat pada skizofrenia
Twirling: Salah satu tanda yang terlihat pada anak autis dimana
selalu memutar-mutar sesuatu pada satu titik dimana kepalanya
terpusat
Bradikinesia: aktifitas motorik yang melambat disertai dengan
penurunan gerakan spontan yang normal
Korea: gerakan-gerakan yang acak dan tidak disadari yang terjadi
secara cepat, mendadak/ seperti kejang dan tidak bertujuan
Konvulsi: kontraksi atau spasme otot yang keras dan terjadi
secara tidak sadar
1.
2.

Kejang klonik: Kejang dimana otot-otot berganti-ganti antara kontraksi


dan relaksasi
Kejang tonik: Kejang dimana Kontraksi otot terjadi terus
menerus/tertahan

25. Seizure: Suatu serangan atau onset yang ,endadak


dari ssuatu gejala, seperti kejang, hilangnya
kesadaran,dan gangguan fisik atau sensorik, terlihat
pada epilepsi dan bisa terjadi pada induksi dari suatu
bahan tertentu
1.

2.

Kejang tonik-klonik umum: Kejang yang terjadi secara


menyeluruh dengan gerakan tonik-klonik pada anggota
badan, lidah yang tergigit dan inkontinensia kemudian diikuti
dengan kembalinya kesadaran dan fungsi kognitif secara
pelan-pelan, disebut juga grand mal seizure dan psikomotor
seizure.
Kejang parsial sederhana: Kejang yang terlokalisir pada satu
titik tanpa disertai dengan perubahan kesadaran

B. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran


1. Neologisme : kata- kata baru yang dicipyakan oleh pasien, sering
kali dengan cara mengkombinasikan kata- kata dari kata- kata yg
lain, untuk alasan psikologis yg aneh.
2. Word salad : campuran kata & frasa yang tidak berhubungan dan
tidak bisa dimengerti.
3. Sirkumstansial : pembicaraan yang tidak langsung yang terjadi
secara lambat dalam mencapai suatu tujuan tetapi pada akhirnya
sampai pada suatu tujuan yg dimaksud, ditandai dengan
memasukkan perincian2 dan kutipan2 yg berlebihan.

4. Tangensialitas : ketidakmampuan utk membangun pikiran ya g


diarahkan pada suatu tujuan tetentu. Pembicaraan tidak pernah
berangkat dari titik awal yg diinginkan utk suatu tujuan yg
dimaksud.
5. Inkoheren : pikiran yang tidak bisa dipahami; pikiran dan katakata berjalan bersama- sama yang tidak logis dan tidak
mempunyai hubungan tata bahasa yg benar, akibat dari suatu
disorganisasi.
6. Perseverasi : respon yang menetap terhadap suatu stimulus yang
baru, sering disertai dgn gangguan kognitif.

7. Verbigerasi : pengulangan kata- kata atau frasa- frasa yg tidak


mempunyai arti.
8. Ekolalia : pengulangan kata- kata atau frasa- frasa dari seseorang
oleh orang lain secara patologis, cenderung berulang dan
menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau dengan
intonasi yg terputus- putus.
9. Kondensasi : pengganbungan dari berbagai macam konsep
menjadi satu.

10. Jawaban yg tidak relevan : jawaban yang tidak harmonis atau


tidak sesuai dengan pertanyaan yg ditanyakan ( pasien terlihat
tidak acuh/ tidak memperhatikan pertanyaan).
11. Asosiasi longgar : arus pikiran dimana gagasa2 / ide2
berpindah2 dari satu topik ke topik yg lain dgn cara yang sama
sekali tidak berhubungan; bila berat, pembicaraan menjadi
inkoheren.
12. derailment/ keluar dari jalur : penyimpangan jalur pikiran yang
terjadi perlahan lahan maupun mendadak tanpa disertai dgn
bloking, kadang- kadang digunakan sebagai kata lain dari
asosiasi longgar.

13. Flight of ideas : pembicaraan yg cepatatau penggunaan katakata dimana gagasan- gagasan berpindah dari satu topik ke topik
yg lain secara terus- menerus (meloncat2), gagasan gagasan
cenderung dihubung- hubungkan, pada kondisi yg tidak terlalu
berat pendengar mungkin bisa mengikuti arah pembicaraannya.
14. Asosiasi bunyi (clang association) : penggabungan kata- kata yg
mempunyai bunyi yang mirip tetapi mempunyai arti berbeda, katakata mempunyai hubungan yg tidak logis; dapat termasuk sajak
dan permainan kata- kata.

15. Bloking : terputusnya alira pikiran secara tiba- tiba sebelum


pemikiran atau gagasan tersebut selesai; setelah terhenti
sebentar tersebut pasien terlihat tidak teringat apa yg telah
dikatakannya atau apa yg akan diucapkan (jg dikenal sebagai
pencabutan pikiran )
16. glosolalia : pengungkapan dari penyampain pesan melalui
kata2 yg tidak dapat dipahami (dikenal juga dengan
pembicaraan di lidah).

c. Kejang parsial kompleks : kejang yg terlokalisir dengan kesadaran


yg berubah
26. Distonia : kontraksi yg pelan dan menetap dari badan dan
ekstremitas, terlihat pada distonia yg di induksi oleh obat.

IV. Proses Pikir


Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang bertujuan yg di awali
dari suatu masalah atau tugas yang berkembang menjadi suatu
kesimpulan yang berorientasi pada realitas, jika terjadi urutan yg
logis proses pikir adalah normal, parapraksis (tergelincirnya
pemikiran dari hal2 yg logis yg tidak disadari disebut jg pelesetan
dari Freud) dianggap sebagai bagian dari berfikir normal.

A. Gangguan Umum dalam Bentuk atau Proses Pikir


1. Gangguan mental : sindroma gangguan perilaku dan psikologis yg
bermakna
yg
berhubungan
dgn
penderitaan
dan
ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan
terjadi terhadap suatu peristiwa tertentu atau terbatas pada
hubungan antara seseorang dgn lingkungan sekitarnya/
masyarakat.

2. Psikosis : ketidakmampuan utk membedakan antara kenyataan


dan khayalan, gangguan daya nilai realitas, dgn pembentuka
realitas yg baru (sebagai lawan dari neurosis : gangguan mental
dimana daya nilai realitas tidak terganggu, perilaku kemungkinan
tidak melanggar norma2 sosial ygumum, tetapi relatif bertahan
lama dan berulang tanpa pengobatan).

3.
4.

5.

Daya nilai realitas : evaluasi dan pertimbangan objektif terhadap


dunia di luar diri seseorang
Gangguan fikiran normal : gangguan yg cenderung lebih terjadi
pada bentuk pikiran daripada isi pikiran, ditandai dgn longgarnya
asosiasi, neologisme dan susunan kata- kata yg tidak logis,
proses berpikir mengalami gangguan dan orang tersebut di
definisikan sebagai psikotik.
Pikiran yg tidak logis : pikiran yg mengandung kseimpulan yg
salah atau penyangkalan/ pengingkaran dari dalam, hal ini
menjadi patologis hanya bila terbentuk tanpa disebabkan oleh
nilai- nilai kultural atau defisit intelektual.

6. Dereisme/ dereistik : aktifitas mental/ pemikiran yg tdk sesuai dgn


logika dan pengalaman.
7. Pikiran autistik : preokupasi dgn sesuatu dari dalam dunia sendiri,
istilah digunakan agak mirip degan dereistik.
8. Pikiran magik : salah satu bentuk pikiran dari dereistik, pikiran
sama dengan pikiran anak- anak dalam fase praoperasional ( sbg
contoh, mereka dapat menyebabkan atau mencegah suatu
peristiwa).

9. Proses pikir primer : istilah umum untuk pikiran yg dereistik, tidak


logis, magis, normal ditemukanpada mimpi, abnormal pada
psikosis.
10. insight/ tilikan emosional : tingkat yg terdalam tingkat yg
terdalam dari pemahaman atau kesadaran bahwa sesuatu sperti
berkembang menjadi perubahan yg positif dalam perilaku dan
kepribadian.

GANGGUAN-GANGGUAN SPESIFIK
PADA ISI PIKIRAN
1.

Kemiskinan isi pikiran :


pemikiran yang memberikan sedikit informasi yang disebabkan
karena tidak bisa dimengerti, pengulangan yang tidak ada
artinya, atau frasa yang tidak jelas

2.

Ide-ide yang berlebihan :


keyakinan yang tidak rasional dan sebenarnya salah tapi
dipercaya oleh pasien, dalam kondisi yang lebih ringan dari
waham
3. Waham :
keyakinan yang salah yang didasarkan pada kesimpulan yang
salah tentang kenyataan diluar dirinya, tidak terbentuk dari
tingkat intelegensi pasien dan latar belakang budaya nya; dan
tidak bisa dikoreksi dengan alasan-alasan yang rasional

a.

b.

Waham aneh (bizzare):


keyakinan yang sama sekali aneh, mustahil, dan tidak masuk
akal (misalnya mahluk luar angkasa menanamkan elektroda ke
dalam otak pasien)
Waham sistematis :
keyakinan yang salah atau keyakinan-keyakinan yang
digabungkan dengan satu peristiwa atau tema tertentu (misalnya
pasien merasa dimata-matai oleh FBI, CIA, atau mafia)

c.

d.

Waham yang sejalan dengan mood:


waham yang isinya sejalan dengan mood (misalnya pasien
depresi yang merasa bahwa dirinya bertanggung jawab atas
kehancuran dunia)
Waham yang tidak sejalan dengan mood:
waham yang berisi sesuatu yang tidak berhubungan dengan
mood atau mood netral (misalnya pasien depresi mempunyai
waham bahwa pikirannya dikontrol atau disiarkan)

e.

f.

Waham nihilstik:
perasaan yang salah bahwa dirinya, orang lain, atau dunia
adalah tidak ada dan akan berakhir
Waham kemiskinan:
keyakinan yang salah dari sesorang dimana dia kehilangan atau
akan terampas semua harta miliknya

g.

h.

Waham somatik:
keyakinan yang salah yang menyangkut fungsi-fungsi dari tubuh
(misalnya keyakinan bahwa otak penderita berakar atau
mencair)
Waham curiga:
termasuk waham kejar, waham perintah, waham kendali, dan
waham kebesaran (dibedakan dari ide-ide paranoid, dimana
kecurigaan tidak sampai menjadi waham atau lebih ringan dari
waham)

Waham kejar:
keyakinan yang salah dari sesorang dimana dia merasa
diganggu, ditipu, atau dikejar, sering ditemukan pada pasien
yang suka menuntut yang mempunyai kecenderungan
patologis untuk mengambil tindakan hukum akibat
penganiayaan yang di khayalkan atau dibayangkan dialami
oleh orang tersebut
Waham kebesaran:
konsep yang berlebihan dari sesorang dimana dia merasa
dirinya paling penting, paling berkuasa, atau identitas diri yang
berlebihan

Delusion of reference:
keyakinan yang salah dari seseorang dimana perilaku orang
lain seakan-akan ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa,
benda-benda atau orang-orang lain mempunyai kepentingan
tertentu terhadap dirinya yang tidak biasa, umumnya dalam
bentuk negatif; berbeda dengan ideas of reference dimana
orang mempunyai perasaan yang salah bahwa orang lain
membicarakan dirinya (misalnya percaya bahwa orangorang/TV/radio berbicara padanya atau tentang dirinya)

i.

j.

Waham menyalahkan diri sendiri:


keyakinan yang salah tentang perasaan bersalah dan
penyesalan
Waham kendali:
perasaan yang salah dimana tindakan, pikiran, atau perasaan
pasien dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari luar

Tought of withdrawal (penyedotan pikiran):


waham dimana pasien merasa pikirannya dihilangkan dari
ingatannya oleh orang lain atau suatu kekuatan dari luar
Tought of insertion (penyisipan pikiran):
waham dimana pasien merasa ada pikiran yang disisipkan ke
dalam pikirannya oleh orang lain atau suatu kekuatan

Tought broadcasting (penyiaran pikiran):


waham dimana pasien merasa pikirannya bisa didengar oleh
orang lain seperti pikiran mereka sedang disiarkan lewat udara
Tought control (pengendalian pikiran):
waham dimana pasien merasa pikirannya dikontrol oleh orang
lain atau suatu kekuatan
k. Waham cemburu:
keyakinan yang salah yang didapatkan dari kecemburuan yang
patologis tentang ketidakjujuran, perselingkuhan pasangannya

l.

Erotomania
keyakinan yang salah, lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria, dimana pasien merasa bahwa sesorang sangat mencintai
dirinya (dikenal juga sebagai kompleks Clerambaut-Kandisky)
m. Pseudologia fantasia:
suatu jenis kebohongan dimana seseorang terlihat percaya
pada kebenaran dari fantasinya dan bertindak atas keyakina
tersebut, disertai dengan sindroma Munchausen, berpura-pura
sakit yang berulang

4.

5.
6.

kecenderungan/preokupasi pikiran:
pemusatan pikiran pada satu gagasan/ide-ide tertentu, disertai
dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid
atau preokupasi bunuh diri atau membunuh
egomania:
preokupasi pada diri sendiri yang patologis
manomania:
preokupasi pada obyek tunggal

7.

8.

Hipokondria:
perhatian yang berlebihan tentang kondisi kesehatan pasien
yang tidak didasari oleh penyakit yang jelas, begitu juga
interpretasi yang tidak realistis dari tanda-tanda fisik dan
keluhan-keluhan yang dianggap tidak normal (suatu penyakit)
Obsesi :
pikiran atau perasaan yang tidak normal yang menetap dan
tidak dapat dilawan oleh pasien dan tidak bisa dihilangkan dari
kesadaran dengan cara-cara yang logis, berhubungan dengan
ansietas

9.

Kompulsi :
kebutuhan yang tidak normal/patologis untuk berbuat sesuatu
terhadap suatu rangsangan yang jika ditahan akan
menimbulkan kecemasan; perilaku yang berulang-ulang sebagai
respon terhadap obsesi atau dilakukan berdasarkan suatu
aturan tertentu, dengan akhir yang tidak benar pada diri sendiri
selain daripada untuk mencegah sesuatu yang akan terjadi di
waktu yang akan datang
10. Koprolalia :
kompulsi untuk mengucapkan kata-kata kotor

PHOBIA
Yaitu rasa takut yang menetap, tidak rasional, berlebihan&tidak
berubah-ubah terhadap stimulus atau situasi tertentu,
menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari
stimulus yang menakutkan tersebut.
Jenis-jenis phobia :
1. Phobia sederhana/spesifik :ketakutan yang terbatas pada
obyek/situasi yang jelas (seperti ketakutan pada laba-laba/ular)
2. Phobia sosial : ketakutan pada saat berada ditengah-tengah
keramaian atau ditempat dimana banyak orang berkumpul,
seperti ketakutan bicara di depan umum, tampil di muka umum
atau makan bersama-sama dengan orang banyak. (11-12)

3. Acrophobia : rasa takut di tempat tinggi


4. Agoraphobia : rasa takut berada di keramaian.
5. Algophobia : rasa takut akan rasa sakit
6. Ailurophobia : rasa takut pada kucing
7. Erythrophobia : rasa takut pada warna merah (merujuk pada rasa
takut pada darah)
8. Panphobia : rasa takut terhdap segala sesuatu
9. Claustrophobia : rasa takut pada tempat tertutup
10. Xerophobia : rasa takut pada orang asing
11. Zoophobia : rasa takut pada hewan
12. Neddel phobia : rasa takut yang menetap, belebihan&patologis
untuk disuntik.

NOESIS
Yaitu suatu wahyu (pengumuman) dimana terjadi pencerahan
yang besar yang berhubungan dengan perasaan bahwa
seseorang tealh terpilih untuk memerintah&menjadi pemimpin.

UNIO MYSTICA
Yaitu suatu perasaan yang meluap akan penyatuan pasien secara
mistik dengan kekuatan yang tidak terbatas, tidak dianggap suatu
gangguan pikiran bila berhubungan dengan keyakinan
pasien&lingkungan kulturalnya

V. BICARA
gagasan, pikiran & perasaan yang diekspresikan melalui bahasa;
komunikasi melalui penggunaan kata-kata & bahasa.
A. Gangguan Bicara
1. Tekanan pembicaraan : bicara yang cepat dimana terjadi
peningkatan jumlah pembicaraan&sulit untuk diputus/disela
2. Logorrhoe : pembicaraan yang banyak, koheren&logis
3. Kemiskinan pembicaraan : pembatasan jumlah pembicaraan,
jawaban mungkin hanya satu suku kata

4.

5.

6.
7.

Pembicaraan yang tidak spontan : respon verbal hanya


diberikan bila ditanya atau berbicara hanya untuk tujuan
tertentu, tidak mempunyai inisiatif untuk memulai
pembicaraan
Kemiskinan isi pembicaraan : berbicara dalam jumalh
(kuantitas) yang cukup tetapi hanya memberikan sedikit
informasi karena ketidakjelasan, kekosongan isi
pembicaraan atau penggunaan frasa@byang tetap
Disprosadi : hilangnya irama pembicaraan yang normal
(disebut prasodi)
Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam pemilihan
kata2 atau penyusunan kalimat

8.
9.

Stuttering ( gagap) : pengulangan yang sering atau perpanjangan dari bunyi


atau suku kata, meningkatkan gangguan pada kelancaran kefasihan berbicara
Cluttering (kekacauan) : pembicaraan yang aneh&tidak berirama, terdiri dari
semburan kata2 yang cepat&meldeak2.

B. Gangguan Afasia
gangguan dalam penyampaian bahasa (pengeluaran suatu kalimat)
1. Afasia motorik : gangguan dalam bicara yang disebabkan oleh gangguan
kognitif dimana pasien bisa mengerti pembicaraan tetapi kemampuan untuk
berbicara sangat terganggu, bicara terhenti2, susah payah&tidak akurat
(dikenal juga sebagai afasia broca, tidak fasih&ekspresif)
2. Afasia sensorik : kehilangan kemampuan untuk mengerti arti kata2 yang
terjadi akibat kelainan organik, pembicaraan lancar&spontan tetapi kacau,
membingungkan&tidak bisa dipahami (dikenal juga sebagai afasia wernicke,
fasih&reseptif)
3. Afasia nominal ; kesulitan untuk menemukan nama/istilah yang tepat untuk
sesuatu obyek/benda(disebut juga anomia&afasia amnestik).

4.
5.
6.
7.
8.

Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk


merangkai/menyusun kata2 dalam urutan yang tepat
Afasia logat khusus : kata yang dihasilkan seluruhnya
neologistik, kata2 yang bukan2 diulangi dengan berbagai
intonasi&nada suara
Afasia global : kombinasi dari afasia motorik&sensorik yang
berat
Alogia : ketidakmampuan untuk berbicara karena
keterbelakangan mental atau karena suatu episode dari
demensia
Kopropegia : penggunaan bahasa/kata2 yang vulgar&kotor
yang terjadi secara tidak sadar, terlihat pada gangguan
Tourette&beberapa kasus dari skizofrenia

VI. PERSEPSI
suatu proses pemidahan stimulasi fisik menjadi informasi
psikologis; suatu proses mental dimana stimulasi sensorik
dibawa ke dalam kesadaran
A. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : persepsi sensorik yang salah
yang
tidak diserati oleh stimulus eksternal
yang nyata; dapat
disertai/tidak disertai
dengan interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi

a.

Halusinasi hipnagogik : persepsi sensori yang salah yang


terjadi pada saat akan jatuh tertidur, biasanya dianggap
sebagai suatu keadaan yang non patologis
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi yang salah yang terjadi
pada saat akan tersadar/terbangun dari tidur, biasanya
dianggap tidak patologis
c. Halusinasi auditorik : persepsi yang salah dari suatu bunyi,
biasanya berupa suara tetapi bisa juga bunyi2 yang lain,
seperti musik ; merupakan halusinasi yang paling sering
dalam gangguan psikiatrik.

D. Halusinasi Visual
Persepsi yang salah tentang penglihatan terhadapt sesuatu yang berbentuk (misal
: orang) dan sesuatu yang tidak berbentuk (misal : kilatan cahaya), paling sering
terjadi pada gangguan organik.
E. Halusinasi Olfatorik
Persepsi yang salah tentang pembauan, paling sering pada gangguan organik.
F. Halusinasi pengecap
Persepsi yang salah tentang pengecapan, seperti rasa yang tidak menyenangkan,
disebabkan oleh serangan kejang, paling sering pada gangguan organik.
G. Halusinasi taktil/haptik/raba
Persepsi yang salah tentang suatu sentuhan atau sensai pada permukaan tubuh,
seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya sesuatu
yang bergerak/merayap pada atau di bawah kulit (kesemutan).

H.

Halusinasi Somatik
Persepsi yang salah tentang sesuatu yang terjadi pada tubuh, paling
sering berasal dari visual (dikenal juga sebagai halusinasi kinestetik).

I.

Halusinasi Liliput
Persepsi yang salah tentang obyek yang dilihat berukuran lebih kecil
(mikropsia)

J.

Halusinasi yang sejalan dengan mood


Halusinasi dimana isinya konsisten dengan mood yang depresif atau
manik (misalnya pasien depresi merasa mendengar suara yang
mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat, pasien manik
merasa mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki
harga diri, kekuatan & pengetahuan yang tinggi).

K.

Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood


Halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood depresif/manik (misalnya
pasien depresi, halusinasinya tidak melibatkan tema-tema tentang rasa bersalah,
hukuman-hukuman yang layak diterima, atau ketidakmampuan; pasien manik
halusinasinya tidak melibatkan tema-tema seperti harga diri/kekuasaan yang
tinggi).

L.

Halusinosis
Halusinasi, paling sering halusinasi dengar yang berhubungan dengan
penyalahgunaan alkohol yang kronis dan terjadi pada saat kondisi sensorik yang
jernih, berbeda dengan delirium tremens (DTs), halusinasi yang terjadi pada
kondisi sensorik yang berkabut.

M.

Sinestesia
Sensasi/halusinasi yang disebabkan oleh sensasi yang lain (misalnya sensasi
dengar yang disertai oleh atau dicetuskan oleh sensai visual; suatu bunyi dialamu
sebagai dilihat atau penglihatan dialami sebagai didengar.

N. Trailing phenomenon
Kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat
halusinogen dimana benda-benda yang bergerak terlihat
sebagai sederetan gambaran yang terpisah-pisah dan
terputus-putus.
O. Halusinasi Perintah
Persepsi yang salah dimana seseorang merasa
diharuskan/dipaksa untuk mematuhi sesuatu dan tidak
bisa menolak.

2. Ilusi
Ilusi
Persepsi yang salah atau interpretasi yang salah terhadap
stimulus eksternal yang nyata.

B. Gangguan yang berhubungan dengan


fungsi kognitif & kondisi medis
Agnosia
Ketidakmampuan untuk mengenal dan menginterpretasikan
kepentingan (arti dari suatu rangsangan sensorik).
Anosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit)
Ketidakmampuan seseorang untuk mengenali defisit neurologis
yang terjadi pada dirinya
Somatopagnosia (ketidaktahuan tentang tubuhnya)
Ketidakmampuan seseorang untuk mengenali bagian-bagian
tubuhnya sebagai miliknya (disebut juga autopagnosia)
Anosognia visual
Ketidakmampuan untuk mengenal benda-benda atau orang-orang
Astereognosis
Ketidakmampuan untuk mengenal benda-benda melalui sentuhan

B. Gangguan yang berhubungan dengan


fungsi kognitif & kondisi medis (2)
Progopagnosia
Ketidakmampuan untuk mengenali wajah
Simultagnosia
Ketidakmampuan untuk mengerti lrbih dari satu bagian dari penglihatan
pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian-bagian menjadi
suatu keseluruhan
Adiadokokinesia
Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang berubah
dengan cepat
Aura
Suatu sensasi yang berfungsi sebagai peringatan seperti gerakan
otomatis, lambung yang terasa penuh, muka kemerahan, dan
perubahan respirasi, sensasi kognitif dan kondisi afektif biasanya terjadi
sebelum suatu serangan kejang, sensori awal yang terjadi sebelum
terjadinya nyeri kepala migren klasik

C. Gangguan yang berhubungan dengan


fenomena konversi dan disosiatif
Definisi
Somatisasi dari material yang direpresi atau perkembangan
gejala dan distorsi yang melibatkan otot volunter atau organ
sensorik, bukan di bawah kontrol volunter dan tidak disebabkan
oleh suatu gangguan fisik.

C. Gangguan yang berhubungan dengan


fenomena konversi dan disosiatif
Anesthesi histerikal
Hilangnya modalitas sensori sebagai akibat dari konflik
emosional
Macropsia
Suatu kondisi dimana benda-benda terlihat lebih besar dari
sebenarnya
Micropsia
Suatu kondisi dimana benda-benda terlihat lebih kecil dari
sebenarnya (makro dan mikropsia bisa disebabkan oleh
kondisi organik yang jelas seperti kejang parsial kompleks)
Depersonalisasi
Perasaan subjektif seseorang yang merasa disirnya tidak
nyata, asing, dan tidak mengenali diri sendiri.

C. Gangguan yang berhubungan dengan


fenomena konversi dan disosiatif
Derealisasi
Perasaan subjektif seseorang yang merasa dirinya tidak nyata, asing,
dan tidak mengenali diri sendiri.
Fugue
Pengambilan identitas baru dengan amnesia (hilang ingatan) terhadap
identitas yang lama/sebelumnya; sering termasuk berjalan-jalan atau
berkelana dalam lingkungan baru
Kepribadian ganda
Satu orang yang menampakkan dua/lebih kepribadian dan karakter
yang berbeda pada waktu yang berbeda (disebut gangguan identitas
disosiatif dalam DSM IV)
Dissosiasi
Mekanisme pertahanan diri yang tidak disadari termasuk pemisahan
dari beberapa kelompok proses mental dan perilaku dari aktivitas psikis
seseorang dapat mengakibatkan pemisahan suatu gagasan dari suatu
irama emosional, seperti terlihat pada gangguan disosiatif & konversi.

VII. MEMORI (DAYA INGAT)


Suatu fungsi dimana informasi disimpan didalam otak dan
kemudian bisa diingat kembali kedalam kesadaran

A. Gangguan daya ingat


1. Amnesia : ketidakmampuan untuk mengingat kembali
sebagian / keseluruhan dari pengalaman masa lalu,
dapat berasal dari penyakit organik atau kondisi
emosional
1. Anterograde : amnesia pada peristiwa yang terjadi
setelah suatu titik waktu
2. Retrograde : amnesia pada peristiwa yang terjadi
sebelum suatu titik waktu

II.
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

Paramnesia : daya ingat yang salah diakibatkan oleh distorsi dalam pengingatan
kembali
Fause reconnaissance : pengenalan yang salah
Retrospective falsifation : ingatan menjadi tidak diharapkan (tidak disadari)
terdistorsi saat disaring melalui kondisi emosi, kognitif dan pengalaman pasien
pada saat ini
Konfabulasi : pengisian ingatan yang kosong secara tidak disadari dengan
khayalan dan pengalaman tidak benar (tidak terjadi) dimana pasien
mempercayainya tetapi tidak ada bukti dalam kenyataan, lebih sering
berhubungan dengan kelainan organik
Dejavu : ilusi atau pengalaman secara visual dimana suatu situasi baru secara
keliru dianggap sebagai pengulangan dari satu ingatan sebelumya
Deja entendu : ilusi dari pengenalan auditoris
Deja pense : ilusi dimana pemikiran yang baru dikenal sebagai pikiran yang
sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan
Jamais vu : perasaan yang salah dimana situasi yang sebenarnya pernah dialami
oleh pasien dirasakan seperti tidak dikenali
Memori/ingatan yang salah : ingatan yang dipercaya pasien sebagai suatu
peristiwa yang sebenarnya tidak dikenali

3.
4.
5.

Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan


pengingatan kembali
Eidetic image : ingatan visual dari hampir semua hal
yang tidak jelas
Screen memory : ingatan yang secara sadar bisa
ditoleransi untuk menutupi ingatan yang menyakitkan

6.

7.
8.

Represi : mekanisme pertahanan diri yang ditandai


dengan melupakan secara tidak disadari terhadap
gagasan2/ impuls2 yang tidak dapat diterima
Lethologika : ketidakmampuan untuk mengingat suatu
nama atau suatu kata yang terjadi sementara
Black out : pengalaman amnesia pada pasien alkoholik
tentang perilaku selama serangan (pada saat pasien
minum), biasanya mengindikasikan bahwa telah terjadi
kerusakan otak yang reversibel

B. Tingkat daya ingat


1. Segera (immediate) : pengingatan kembali/reproduksi
dengan hal2 yang dirasakan dalam beberapa detik/menit
2. Baru saja (recent) : pengingatan kembali peristiwa2 yang
terjadi setelah beberapa hari
3. Jauh (remote) : pengingatan kembali peristiwa2 yang
telah lama terjadi

IV. INTELEGENSIA
Kemampuan untuk memahami, mengingat, menggerakan dan
menyatukan secara konstruktif pelajaran2/ informasi yang telah
diterima sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru

A. Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat


dimana terjadi gangguan dalam kemampuan sosial dan
ketrampilan
Ringan : 50/55 - 70
Sedang : 35/40 50/55
Berat : 20/25 35/40
Sangat berat : <20/25
Idiot : usia mental 3 tahun
Imbesil : usia mental 3-7 tahun
Moron : usia mental 8 tahun

B.

Demensia : penurunan fungsi intelektual secara organik atau keseluruhan


tanpa disertai dengan kesadaran yang berkabut (penurunan kesadaran)
1. Diskalkulia (akalkulia) : hilangnya kemampan untuk berhitung, tidak
disebabkan oleh ansietas atau gangguan konsentrasi
2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk menulis dengan
rapi/baik, hilangnya struktur/susunan kata2
3. Aleksia : hilangnya kemampuan untuk membaca yang sebelumnya
sudah dimiliki; tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan
C. Pseudodemensia : gambaran klinis menyerupai demensia yang tidak
disebabkan oleh suatu kondisi organik, lebih sering disebabkan oleh depresi
(sindrom demensia dari depresi)
D. Berpikir kongkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa
pemahaman terhadap perbedaan arti, pemikiran satu dimensional
E. Berpikir abstrak : kemampuan untuk memahami perbedaan dari suatu arti,
pemikiran yang multidimensional dengan kemampuan untuk menggunakan
kiasan & hipotesis dengan tepat

IX. INSIGHT (TILIKAN)


Kemampuan seseorang untuk memahami penyebab yang
sebenarnya & arti dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala)
A. Tilikan intelektual : pemahaman tentang kenyataan objektif dari
suat keadaan tanpa kemauan untuk menerapkan pemahaman
tentang penggunaan cara2 yang diperlukan untuk mengatasi
suatu situasi tertentu

B. Tilikan sesungguhnya : pemahaman tentang kenyataan


objektif dari suatu keadaan, dipadukan dengan motivasi dan
daya dorong emosional untuk mengatasi situasi.
C. Tilikan yang terganggu : hilangnya kemampuan untuk
memahami kenyataan objektif dari suatu situasi

X. PERTIMBANGAN (JUDGEMENT)
Kemampuan untuk menilai suatu situasi secara benar dan untuk
bertindak secara tepat sesuai dengan situasi tersebut
a. Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, membedakan &
memilih diantara berbagai macam pilihan dari suatu situasi
(keadaan)
b. Pertimbangan otomatis : perbuataan / tindakan yang terjadi
secara refleks
c. Pertimbangan yang terganggu : hilangnya kemampuan untuk
memahami suatu keadaan secara benar & untuk bertindak sesuai
dengan keadaan tersebut.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai