Tetanus
Tetanus
TETANUS
Oleh: Nabilah Afifah
2011730069
STASE NEUROLOGI
RSU KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur
: 57 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat
: Paharuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : Leher kaku dan sakit sejak 4 hari
Pasien datang ke IGD Rumah
SMRS Sakit Umum Kota Banjar
ANAMNESIS
Tidak ada mual atau muntah, tidak ada penurunan
kesadaran, tidak ada demam, pilek, atau diare.
Sebelumnya pasien tidak pernah mendapat
imunisasi tetanus. Riwayat tekanan darah tinggi
disangkal. Riwayat kencing manis disangkal. Pasien
sudah 6 hari belum BAB, BAK tidak ada keluhan.
Makan dan minum baik, perlahan-lahan, tidak
tersedak.
Riway
at
Penya
kit
Riway
Dahulu
at
Penya
kit
Keluar
Riwayat
penyakit
dengan
keluhan serupa disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi,
penyakit
diabetes
mellitus,
penyakit ginjal, atau disangkal.
Penyakit jantung disangkal.
Riwayat
Pengobat
an
Riwayat
Psikososi
al
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Suhu
: 37,90C
Nadi
: 100x/menit, reguler
Nafas
: 26 x/menit, reguler
Tekanan darah : 140/90 mmHg
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala : Normochepal, rambut hitam lurus, tidak
rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-/-),
darah (-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah
(-/-)
Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), Trismus (+)
<1
Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), Kuduk kaku
(+)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax : Opistotonus (+)
Paru
Inspeksi : Simetris (+/+), retraksi (-/-)
Palpasi : Vocal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan, wheezing (-/-),
ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat di ICS 5
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi : Batas jantung ICS 4, linea parasternalis,
linea aksila anterior
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi
: Permukaan rata
Auskultasi
: BU (+) Normal
Palpasi
: Supel (+), NTE (+), Defans Muscular
(+) Kejang Rangsang (+) hepatosplenomegaly (-)
STATUS NEUROLOGIS
RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk : (-)
Lasegue sign : (-) / (-)
Kernig sign
: (-) / (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Brudzinski III : (-)
STATUS NEUROLOGIS
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIAL
NERVUS OLFAKTORIUS
Daya
Dextra
normosmia
Sinistra
normosmia
Pembauan
NERVUS OPTIKUS
Visus
Lapang
Pandang
Optic disc
Dextra
Sinistra
Normal
Normal
Dalam batas Dalam batas
normal
Tidak
normal
Tidak
diperiksa
diperiksa
STATUS NEUROLOGIS
Ptosis
Pupil
Nervus Okulomotoris
Dextra
(-)
Sinistra
(-)
a. Bentuk
Bulat
Bulat
b. Diameter
2 mm
2 mm
c. Reflex
Cahaya
(+)
(+)
Direk
(+)
(+)
Indirek
Gerak
bola
mata
(+)
(+)
a. Atas
(+)
(+)
b. Bawah
(+)
(+)
c. Medial
Posisi
bola
mata
Dextra
Sinistra
(-)
(-)
(+)
(+)
Stabismu
NERVUS
TROKHLEARIS
s
divergen
Gerakan bola
mata
Medial
bawah
Motorik
Dextra
Sinistra
Mengunyah
Sensibilitas
Minimal
Minimal
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
a. Oftalmiku
s
b. Maksila
c. Mandibul
a
Reflex
NERVUS
TRIGEMINUS
Posisi
NERVUS
ABDUSENS
Dextra
Sinistra
(-)
(-)
(+)
(+)
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
at alis
(+)
(+)
b. Menutup
(+)
(+)
gai
Sensorik
a. Daya
(+)
(+)
bola
mata
Strabismus
konvergen
Gerakan bola
mata
Lateral
NERVUS FACIALIS
Motorik
a. Mengangk
mata
c. Menyerin
kecap
lidah
2/3
15
NERVUS
VESTIBULOCHOCLEARIS
Pendengaran
Dextra
Sinistra
a. Test bisik
Tidak
Tidak
b. Test Rinne
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
c. Test
Weber
d. Test
Swabach
e. Berdiri
dengan
mata
terbuka
16
NERVUS
GLOSOFARINGEUS
& NERVUS VAGUS
Arkus faring
a.Pasif
b.Gerakan aktif
Sulit
dinilai
Sulit
Uvula
dinilai
a.Pasif
Sulit dinilai
b.Gerakan aktif
Disfonia
Disfagia
Sulit dinilai
(-)
(-)
NERVUS ASSESORIUS
Memaling
Dextra
(+)
Sinistra
(+)
(+)
(+)
kan
kepala
Mengangk
at bahu
NERVUS HIPOGLOSUS
Posisi lidah
Deviasi (-)
Papil lidah
(-)
(-)
Fasikulasi lidah
(-)
18
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI
RUJUKAN
SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin
14,1
12 16
g/dL
Hematokrit
43.0
30 55
Eritrosit
4.84
4.2 5.4
jt/uL
Leukosit
9.4
4.8 10.8
rb/uL
Trombosit
326
150 450
rb/uL
RESUME
Seorang pasien laki-laki, 57 dengan keluhan leher kaku dan sakit sejak 4
hari SMRS. Riwayat luka (+) 1minggu SMRS. Setelahnya pasien mengeluh
kaku pada kedua tangan dan kedua kaki, pasien tidak bisa berjalan, tidak
bisa menggerakkan kaki dan tangannya, serta tidak bisa bicara. Keluhan
tersebut memberat dan menyebar ke mulut, punggung dan perut
sehingga pasien tidak bisa membuka mulutnya dan perut kencang seperti
papan. Kejang spontan (+), disfagia (+). Muntah (-), penurunan kesadaran
(-), demam (-). Imunisasi tetanus (-). Riwayat hipertensi (-). Riwayat DM
(-). Pasien sudah 6 hari belum BAB, BAK tidak ada keluhan.
PEMFIS
Keadaan umum kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, tekanan
darah 140/90 mmHg, nadi 100x /menit, pernapasan 26x /menit teratur,
Suhu 37,9O, status gizi normal.
Pada pemeriksaan kepala, wajah tampak simetris. Pemeriksaan leher dan
abdomen dalam batas normal, thorax didapatkan rhonki pada kedua
lapang paru.
PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap dalam batas normal
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Oksigen 3 L
Pemasangan NGT,
Folley Kateter
Infus RL : D5% 2:2 20
tetes per menit
Injeksi metronidazol
3x1 flacon
Injeksi iv diazepam V
ampul/drip
Intramuskular ATS
20.000 IU
Injeksi ceftriaxon 1x2
gram
Non-Medikamentosa
Menghindari
tindakan/perbuatan
yang bersifat
merangsang,
termasuk rangsangan
suara, cahaya yang
intensitasnya bersifat
intermitten.
ANALISA KASUS
Penegakkan Diagnosis
Riwayat luka yang
terkontaminasi.
Riwayat tidak diimunisasi
atau imunisasi tidak lengkap
Trismus, disfagia, rhisus
sardonikus, kekakuan pada
leher, punggung, dan otot
perut (opisthotonus), rasa
sakit serta kecemasan.
Pada tetanus neonatorum
keluhan awal berupa tidak
bisa menetek.
Kejang umum episodik
dicetuskan dengan rangsang
minimal maupun spontan
dimana kesadaran tetap
baik.
Temuan laboratorium :
Lekositosis ringan
Trombosit sedikit meningkat
Glukosa dan kalsium darah normal
Cairan serebrospinal normal tetapi
tekanan dapat meningkat
Enzim otot serum mungkin
meningkat
EKG dan EEG biasanya normal
Kultur anaerob dan pemeriksaan
mikroskopis nanah yang diambil dari
luka dapat membantu, tetapi
Clostridium tetani sulit tumbuh dan
batang gram positif berbentuk
tongkat penabuh drum seringnya
tidak ditemukan. - Kreatinin
fosfokinase dapat meningkat karena
aktivitas kejang (> 3U/ml)
N
O
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
Definisi
Menurut Sir Wiliam Gower (1988)
tetanus adalah penyakit pada
susunan saraf yang ditandai
dengan spasme tonik persisten
disertai serangan yang jelas dan
keras. Spasme hampir selalu
terjadi pada otot leher dan rahang,
menyebabkan penutupan rahang
(trismus, lockjaw), dan melibatkan
otot-otot batang tubuh melebihi
otot ekstremitas. Onsetnya selalu
akut dan menyebabkan kematian
yang tinggi.
N
O
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
Gejala Klinis
Rigiditas abdomen, seringkali
disebut sebagai perut papan
Kontraksi otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah
yang khas disebut dengan
rhisus sardonicus atau rhisus
smile
Kontrkasi otot rahang dan leher
menyebabkan retraksi kepala
Trismus atau disebut juga
lockjaw, disebabkan oleh
kontraksi berat dari otot
masseter
Spasme otot menelan
menyebabkan disfagia
Spasme otot pada batang tubuh
disebut opistotonus dapat
menyebabkan kesulitan
bernapas akibat berkurangnya
komplians otot dinding dada
Otot ekstermitas terpengaruh
terakhir kali, namun biasanya
ANAMNESIS
Pada kasus, ditemukan gejala klinis
berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik:
Leher kaku dan sakit
Pasien tidak bisa berjalan, tidak bisa
menggerakkan kaki dan tangannya
Pasien sulit membuka mulut sehingga
tidak bisa bicara
Pasien mengalami kesulitan menelan
Memberat dan menyebar ke mulut,
punggung dan perut sehingga pasien
tidak bisa membuka mulutnya dan
perut kencang seperti papan.
Pasien juga mengeluh seluruh tubuh
terasa nyeri, sulit menelan dan nafas
terasa sesak.
Selain itu pasien juga mengaku
spasme yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa ada rangsangan
NO
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
Gejala Klinis
Spasme otot pada batang tubuh
disebut opistotonus dapat
menyebabkan kesulitan bernapas
akibat berkurangnya komplians otot
dinding dada
ANAMNESIS
Pasien juga mengeluh seluruh tubuh terasa
nyeri, sulit menelan dan nafas terasa
sesak.
Selain itu pasien juga mengaku spasme
yang terjadi secara tiba-tiba tanpa ada
rangsangan
PEMERIKSAAN FISIK
Trismus (+) <1
Rhisus sardonikus (+)
Opistotonus (+)
Defans muscular (+)
Tanda vital
Suhu
: 37,90C
Nadi
: 100x/menit, reguler
Nafas
: 26 x/menit, reguler
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
ANALISA KASUS
O\
TEORI
3 GRADING
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi
dari klasifikasi Abletts :
Grade I (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, kekakuan
umum, spasme tidak ada, disfagia tidak ada
atau ringan, tidak ada gangguan respirasi.
Grade II (sedang)
Trismus sedang dan kekakuan jelas, spasme
hanya sebentar, takipneu dan disfagia ringan
Grade III (berat)
Trismus berat, otot spastis, spasme spontan,
takipneu, apnoeic spell, disfagia berat,
takikardia dan peningkatan aktivitas sistem
otonomi
Grade IV (sangat berat)
Derajat III disertai gangguan otonomik yang
berat meliputi sistem kardiovaskuler, yaitu
hipertensi berat dan takikardi atau hipotensi
dan bradikardi, hipertensi berat atau
hipotensi berat. Hipotensi tidak berhubungan
dengan sepsis, hipovolemia atau penyebab
KASUS
N
O
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
TATALAKSANA
Kultur
anaerob
dan
pemeriksaan
membantu,
tetapi
Clostridium
dapat
meningkat
karena
ANALISA KASUS
TEORI
5 TATALAKSANA
Penatalaksanaan tetanus berupa :
1. Eradikasi bakteri kausatif :
Penggunaan antibiotic metronidazole
500mg per oral atau IV selama setiap
6 jam selama 7-10 hari.
2. Netralisasi toksin yang belum terikat
:
Imunisasi pasif dengan HTIG 500 unit
atau ATS dengan dosis 10.000 IU
diberikan IM
3. Terapi suportif selama fase akut:
Diazepam 0,5-10 mg/kg untuk dewasa
atau sebagai berikut
Spasme ringan : 5-20 mg po setiap 8
jam bila perlu
Spasme sedang 5-10 mg i.v bila perlu,
tidak melebihi dosis 80-120mg dalam
24 jam atau dalam bentuk drip
Spasme berat 50-100mg dalam 500 ml
dextrose 5% dan diinfuskan dengan
kecepatan 10-15mg/jam diberikan/24
jam
KASUS
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Clostridium tetani
Etiologi
GEJALA KLINIS
Rigiditas Otot
Rahang lockjaw
Wajah risus sardonicus
Leher, faringeal disfagia
Abdomen perut papan
Punggung opistotonus
Spasme Otot
Nyeri
Diprovokasi atau spontan
Komplikasi ruptur tendon, dislokasi sendifraktur, respiratory arrest
Ketidakstabilan Otonom
Bradikardi / takikardi
Hipotensi / hipertensi
Hipersalivasi
Hiperhidrosis
Stasis lambung dan ileus
Risus sardonicus,
gambaran alis tertarik ke
atas, sudut mulut tertarik
keluar dan ke bawah, bibir
tertekan kuat.
Tipe Tetanus
lokal, sefalik, umum, neonatal
Tetanus lokal: kontraksi otot terus menerus di area
anatomi yang sama dengan area luka, mereda setelah
beberapa minggu, sangat jarang berakibat fatal, gejala
lebih ringan daripada tetanus tipe umum walaupun
biasanya tetanus lokal mendahului tetanus umum.
JARANG
Tipe Tetanus
lokal, sefalik, umum, neonatal
Tetanus Umum :
-
Tetanus Neonatal:
-
DIAGNOSIS
Laboratorium :
Kultur C.tetani dari area luka, namun hasil yang negatif
tidak menyingkirkan diagnosis (hanya 2/3 yang positif) /
false negative)
Antibodi tetanus
Tes lainnya untuk menyingkirkan DD (meningitis, rabies,
keracunan strichnine, perdarahan subarachnoid)
SGOT, CPK, Urin
TATALAKSANA
2
Netralisasi toksin
yang tidak terikat
Eliminasi sumber
tetanospasmin
3
Suporti
f
ELIMINASI TETANOSPASMIN
Debridement luka
Antibiotika
Metronidazole IV / oral
500 mg / 6 jam selama 7-10 hari
Penicillin Procain IV
1,2 juta U tiap 8 jam selama 5 hari
50.000 100.000 U/kgBB/hari (anak)
Tetracycline
50 mg/kgBB/hari tiap 6 jam selama 10 hari
NETRALISASI TOKSIN
Antitoksin
HTIG IM
Dosis total 3.000 10.000 U
500 U
ATS
100.000 200.000 U
Hari I 50.000 U IV
Hari II 60.000 U IV
Hari III 40.000 U IV
Thwaites CL, Yen LM. Tetanus. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, Kochanek PM, editors. Textbook of Critical Care. 5th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2005.p.1401-4.
Mahadewa TGB, Maliawan S. Diagnosis & Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang.Jakarta: CV Sagung Seto;2009.
5. Edlich RF, Hill LC, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Horowitz JH, et al. Management and prevention of tetanus. Niger J Paed. 2003;13(3):13954.
Obat sedatif
Diazepam
0.1 0.3 mg/kgBB/kali dengan interval 2-4 jam sesuai
gejala klinis
Phenobarbital (gangguan otonom)
120-200 mg IV
Chlorpromazine
50 150 mg tiap 4-8 jam IM
Atracurium / Vecuronium + IPPV
Magnesium sulfat (gangguan otonom)
Loading dose 5 g (atau 75 mg/kgBB) IV
Lanjut 1 3 g/jam sampai spasme terkontrol /
konsentrasi serum 2-4 mmol/L
Edlich RF, Hill LC, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Horowitz JH, et al. Management and prevention of tetanus. Niger J Paed. 2003;13(3):139-54.
10. Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, et al. Neurological aspects of tropical disease: tetanus. J Neurol Neurosurg
Psychiatry.2000;69:292-301.
KOMPLIKASI
Laryngospasm
Fraktur
Hipertesi
Infeksi
nosokomial
Pulmonary embolism
Aspirasi
Kematian
PROGNOSIS
Prognosis tetanus ditentukan berdasarkan beratringannya gejala, masa inkubasi, status imunisasi.