PENGALAMAN ORGANISASI
Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
Wakil Ketua Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya.
Ketua Indonesian Association for The Study of the Liver (InaASL), Cabang Jakarta.
Ketua Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, Cabang Jakarta.
Ketua Perkumpulan Digestive-Endoscopy Indonesia, Cabang Jakarta.
Wakil Ketua PB PDMMI (Persatuan Dokter Managemen Medis Indonesia).
Sekretaris Jenderal PB PAPDI
JABATAN SEBELUMNYA
1992
:Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, Jakarta.
1996
:Kepala Bagian Sekretariat RSUP Fatmawati, Jakarta.
2003
:Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Fatmawati, Jakarta.
2003
:Konsultan Pelayanan RSUP Fatmawati, Jakarta.
2005
:Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati, Jakarta.
2006
:Kepala Komite Etik dan Hukum RSUP Fatmawati, Jakarta.
2008
:Direktur Utama RS Djamil Padang.
2008
:Direktur Utama RSUP Fatmawati, Jakarta
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
RPJMN 2010
- 2014
MDG 2015
VISI :
Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan
MDGs
2015
8 Tujuan
CAPAIAN
2007
--
34 per
1000 KH
RPJMN 2010
2014
PEPRES No:
5/2010
Meningkatny
a UHH
menjadi 72,0
thn
Menurunnya
AKB menjadi
24 per 1000
KH
MDG 2015
23 per
1000 KH
228 per
100.000
KH
GENDER
Menurunnya
AKI menjadi
118 per
100.000 kh
102 per
100.000
KH
Menurunnya
prevalensi gizikurang pada
anak balita
menjadi 15,5%.
15,5%
ENVIRONMENT
18,4%
pada
anak
balita
UU SJSN
1
3
4
UU BPJS
1
2
3
Kelompok Kerja
1
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Kelompok Kerja
Persiapan Pelaksanaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional
Roadmap Kesiapan
Faskes, Sistem
Rujukan &
Infrastruktur
12
Supply Side
(RS)
Pemenuhan
TT
Puskesmas
Sistem
Rujukan
Sistem
Informasi
RS Pratama
13
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
16
17
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
2013
2014)
2.
Perbaikan Kerusakan
Puskesmas (sedang-berat-Ringan)
3.
Pengembangan Sistem
Informasi pada Sistem Rujukan
(ex; teleradiologi, SPGDT)
19
20
Asumsi Kebutuhan TT
berdasarkan Ratio 1 :
1.000
Memperhatikan
Disparitas sebaran kekurangan TT
Geografis yg sulit (DTPK)
Akses transportasi belum mendukung
100.000 TT
Disparitas penyebaran TT
JENIS-JENIS RUJUKAN
RESTRUKTURISASI
PELAYANAN KESEHATAN
ak tur
d
Ti ruk
st
r
ary
m
Te
i
Pr re
a
da
ry
Se
co
n
tr
Tertiary
Secondary
re
Ca
lf
Se
Ca
re
rs
e
T
r
tu
k
u
Rujukan Kewenang
an
Primary Care
Tertiary Care
Self Care
26
27
RSD
INDRAMAYU
RS TANGKIL
RSIA SUMBER
KASIH
RS GUNUNG DJATI
RSUD
ARJAWINANGUN
RST CIREMAI
RS SUMBER WARAS
RS PELABUHAN
RS PUTRA
BAHAGIA
RSD
RSD
MAJALENGK
MAJALENGK
RS MITRA PLUMBON
AA
RS MEDIMAS
Anjung MIGAS Lepas pantai
Penghasil MIGAS Pertamina
Industri
Rotan
Industri kue
RSUD WALED
RSD
KUNINGAN
bd
dr
bp
Puskesma
Puskesma
ss
Puskesma
Puskesma
ss
kln
Puskesma
Puskesma
ss
dr
dr
Puskesma
Puskesma
ss
dr
Puskesma
Puskesma
ss
Puskesma
Puskesma
ss
Puskesma
Puskesma
ss
Puskesma
Puskesma
ss
Puskesma
Puskesma
ss
Puskesma
Puskesma
ss
RS RING 1
RS RING 2
DINKES Prov
RS Tipe A
FK /PT
ORG PROFESI
DINKES
KB/KT
PUSKESMAS
DTP
PUSKESMAS
PONED
DINKES KAB/KOTA
RS RING 1 / RING 2
ORG PROF
PT
RS KL C/D
PUSKESMAS
PUSTU
POLIN
DES
KLINIK, DR KELUARGA
PELAYANAN KES
PRIMER
POSKES
DES
BP
SWASTA
BPS
DR
PRAKTEK
REKOMENDASI (1)
Sinergi Implementasi Kebijakan Pusat-Daerah
A
Penganggaran
honor SDM
Kesehatan di
daerah
Ketersediaan TT sebagai
Fasyankes dan distribusi
serta penganggaran daerah
Komitmen
Pemerintah
Pusat &
Daerah
Operasionalisasi
kelanjutan bantuan RS dari
Pemerintah Pusat
Regionalisasi
Sistem
Rujukan,
ditetapkan
oleh Perda
33
REKOMENDASI (2)
Pemetaan Pelayanan Kesehatan Dasar : Upaya promotif dan
preventif, tergabung dalam Gate Keeper (dokter penapis)
(tenaga kesehatan lain dalam transisi diperkenankan)
Regionalisasi sistem rujukan tiap daerah kab/kota perlu
komitmen pemerintah daerah (perda/ pergub)
Mengumpulkan data utilisasi Faskes (BOR, BTO, NDR, Alos)
efisiensi pemenuhan TT (1 TT berbanding 1000 Penduduk
untuk wilayah nya, terintegrasi dengan Program Jaminan
Kesehatan Nasional
Pemetaan seksama pada daerah yang belum memiliki faskes
Buat Jejaring RS dalam sistem jenjang rujukan, koordinasi
rutin, evaluasi utilisasi kasus rawat jalan dan rawat inap,
kasus yang dirujuk, karena RS adalah konsep pelayanan
kesehatan rujukan
Upayakan promotif dan preventif sebagai wujud CSR kepada
masyarakat berupa penyuluhan kesehatan KIE, kerjasama
34
dengan sarana fasilitas kesehatan lainnya
KEBIJAKAN
PERUMAHSAKITAN
1. Perijinan dan Penetapan Kelas RS (Permenkes
147/2010 dan Permenkes 340/ 2010)
2. Penetapan RS Pendidikan (Permenkes 1069/2008)
3. Akreditasi 2012
4. Keselamatan Pasien (Permenkes 1691/ 2011)
5. PPI
6. PPRA
RUMAH
SAKIT
DI
INDONESIA
Teknologi Kesehatan
semakin maju
BEBERAPA
BEBERAPA PERATURAN
PERATURAN YANG
YANG BERKAITAN
BERKAITAN
DENGAN
DENGAN PERUMAHSAKITAN
PERUMAHSAKITAN
1.
2.
3.
4.
5.
37
PERIZINAN RS
Setiap penyelenggara RS wajib memiliki izin
(Pasal 25 Undang-Undang no 44 tahun 2009 ttg Rumah Sakit)
PERMENKES No 147/MENKES/PER/I/2010 tentang PERIZINAN RS
Kelas RS
Pemberi IZIN
Rekomendasi
Kls A & RS
PMA/PMDN
Menteri Kesehatan
Kls B
Pemda Prop
Kls C & D
Pemda Kab/kota
IJIN OPERASIONAL
Izin operasional
sementara
Izin operasional
tetap
diberikan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
Dapat diberikan kepada RS yang
belum mendapatkan klasifikasi RS
atau sedang proses Klasifikasi di
Kementerian Kesehatan namun ijin
operasionalnya sudah habis
KLASIFIKASI RS
Isi Instrumen
Self Assesment
Klasifikasi RS
Dikirim
ke Kementerian Kesehatan RI
SKORING
VISITASI
TIM Kementerian Kesehatan RI
Pengajuan
Kembali
Pembinaan oleh
Dinkes Prop., Pemda
& Kementerian
Kesehatan RI
Tidak
Lulus ?
Ya
SK Peningkatan /
Penetapan Kelas
oleh MENKES
Akreditasi 2012
Instrumen tahun 2012 (mengacu JCI edisi 4)
Fokus pada Keselamatan Pasien
Tambahan Penilaian 3 Program Pemerintah
(Menunjang Pencapaian MDGs:
Pengelolaan PONEK, TB dan HIV-AIDS)
Dimulai Juni 2012
6 BAB
sasaran
III.SASARAN6 KESELAMATAN
PASIEN RUMAH
SAKIT
3 sasaran
I.
II.
Instrumen Tambahan
IV. Sasaran Millenium Development Goals (MDGs)
Sasaran I Penurunan Angka Kematian Bayi dan
Peningkatan
Kesehatan Ibu
Sasaran II Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III Penurunan Angka Kesakitan TB
* Penatalaksanaan Malaria
* Program PPRA
HASIL
PENILAIAN
AKREDITASI
Pratama
Madya
Utama
Paripurna
RS KHUSUS
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
RS khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan,umur, organ, jenis penyakit,
atau kekhususan lainnya.
Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit (revisi dalam proses)
Rumah Sakit Khusus hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dibidang kekhususannya dan
bidang lain yang menunjang kekhususan tersebut.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan diluar
kekhususannya hanya dapat dilakukan pada pelayanan
gawat darurat dan pelayanan medik umum rawat jalan.
48
RS Khusus
No
RS Khusus
1 RS Jiwa
11 RS THT
2 RS Kusta
12 RS Ginjal
3 RS Paru
13 RS Ketergantungan Obat
4 RS Mata
14 RS Rehab Medik
5 RS Orthopedi
15 RS Stroke
6 RS Penyakit Infeksi
16 RS Kulit Kelamin
7 RS Bersalin
17 RS Bedah
8 RS Jantung
18 RS Ginjal
9 RS Kanker
19 RS Otak
DASAR HUKUM
PENETAPAN RS PENDIDIKAN
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
Permenkes No. 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008
tentang Pedoman, Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
Permenkes RI No. 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit
Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit
* Koordinasi
Proses Koordinasi Perencanaan, Penyusunan
Kebijakan bersama
1. Kementerian Kesehatan,
2. Kementerian Pendidikan & Kebudayaan
3. Organisasi Profesi : ARSPI dan AIPKI
Pembentukan Board/ Komite merekomendasi Penerbitan
SK Penetapan RS Pendidikan setelah mempertimbangkan
Peninjauan Lap oleh Tim Penilai Penetapan RS Pendidikan
Tim Penilai Penetapan RS Pendidikan (unsur Kemenkes,
Kemendikbud, ARPI dan AIPKI
Rumah
Sakit
Wajib
melaksanakan:
sistem
keselamatan pasien
Rumah Sakit wajib menerapkan
standar Keselamatan Pasien RS
Rumah
Sakit
wajib
melaksanakan
7
langkah
menuju keselamatan pasien
Evaluasi
pelaksanaan
keselamatan
pasien
RS
dilakukan
melalui
program
akreditasi RS
2.
3.
4.
4.
dalam
akreditasi
PROGRAM PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
Over-use
Pada infeksi ringan
Penggunaan
Antibiotik
Mis-use
Tidak ada sarana
Diagnostik
Resistensi
Under-use
Dukungan finansial (-)
WHO Global Strategy for containment of
antimicrobial Resietance. 2001
55
SKFT/ KOMDIK
DALIN
FARMASI
KLINIK
MIKROBIOLOGI
KLINIK
KEBIJAKAN PPRA DI RS
:
1. Pembentukan Tim PPRA
2. Penyusunan kebijakan antibiotik RS (hospital antibiotic policy)
dan pedoman penggunaan antibiotik (antibiotic guideline)
3. Penanganan kasus infeksi berat/kompleks/ infeksi dengan
MDRO (Multi Drugs Resistant Organism), melibatkan
multidisiplin profesi, 4 pilar dan KPRS
4. Peningkatan pemahaman klinisi terhadap perkembangan
kuman resisten & penggunaan antibiotik secara bijak baik
untuk profilaksis bedah maupun untuk terapi penyakit infeksi
5. Penguatan peran mikrobiologi klinik dan peran farmasi klinik
6. Penguatan pencegahan & pengendalian infeksi (PPI) dalam
mencegah transmisi melalui penerapan standar precaution
yang baik dan benar
57