Anda di halaman 1dari 58

Kesiapan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan dalam Menyongsong


SJSN Bidang Kesehatan
tahun 2014
dr.Chairul Radjab Nasution, SpPD-KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes
Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan RI

dr.Chairul Radjab Nasution, SpPD-KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes


Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan RI
PENDIDIKAN
1977-1982
1985 -1991
1998-2002
2001
2008
2009
2010

:Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.


:Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
:Master Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
: Health Services Management, Royal Melbourne Institute of Technology,
Australia.
:Konsultan Gastroenterohepatologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jakarta.
:Fellow of The Indonesian Society of Internal Medicine,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
:Fellow of The American College of Physician

PENGALAMAN ORGANISASI
Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
Wakil Ketua Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya.
Ketua Indonesian Association for The Study of the Liver (InaASL), Cabang Jakarta.
Ketua Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, Cabang Jakarta.
Ketua Perkumpulan Digestive-Endoscopy Indonesia, Cabang Jakarta.
Wakil Ketua PB PDMMI (Persatuan Dokter Managemen Medis Indonesia).
Sekretaris Jenderal PB PAPDI
JABATAN SEBELUMNYA
1992
:Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, Jakarta.
1996
:Kepala Bagian Sekretariat RSUP Fatmawati, Jakarta.
2003
:Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Fatmawati, Jakarta.
2003
:Konsultan Pelayanan RSUP Fatmawati, Jakarta.
2005
:Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati, Jakarta.
2006
:Kepala Komite Etik dan Hukum RSUP Fatmawati, Jakarta.
2008
:Direktur Utama RS Djamil Padang.
2008
:Direktur Utama RSUP Fatmawati, Jakarta

KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

8 FOKUS PRIORITAS NASIONAL


BIDANG KESEHATAN

1. Peningkatan KIA & KB


2. Perbaikan gizi masyarakat
3. Pengendalian penyakit
menular & tidak menular dan
kesling
4. Pemenuhan SDM Kes
5. Peningkatan ketersediaan,
keterjangkauan, safety,
mutu, penggunaan
obat/makanan
6. Jamkesmas
7. Pemberdayaan masyarakat,
penanggulangan bencana
dan krisis
8. Peningkatan pelayanan
kesehatan primer, sekunder
dan tersier

Visi & Fokus Prioritas


7 PRIORITAS REFORMASI
KESEHATAN
1. JAMKES
2. Pelayanan Kesehatan di
Daerah Tertinggal
Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK)
3. Ketersediaan Obat dan
Alkes di setiap fasilitas
kesehatan
4. Reformasi birokrasi
pembangunan kesehatan
5. Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK)
6. Penanganan daerah
bermasalah kesehatan
7. Rumah sakit Indonesia
kelas dunia

RPJMN 2010
- 2014

MDG 2015

VISI :
Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan

MDGs
2015
8 Tujuan

CAPAIAN
2007

--

Poverty & Hunger


Maternal Health

34 per
1000 KH

RPJMN 2010
2014
PEPRES No:
5/2010
Meningkatny
a UHH
menjadi 72,0
thn
Menurunnya
AKB menjadi
24 per 1000
KH

MDG 2015

23 per
1000 KH

EDUCATION Comm. Diseases

228 per
100.000
KH
GENDER

Menurunnya
AKI menjadi
118 per
100.000 kh

102 per
100.000
KH

Menurunnya
prevalensi gizikurang pada
anak balita
menjadi 15,5%.

15,5%

ENVIRONMENT

CHLD HEALTH PARTNERSHIP

18,4%
pada
anak
balita

Tujuan Pembangunan Millenium/


MDGs
Tantangan target pencapaian MDGs di bidang kesehatan
sampai dengan tahun 2015 mencakup penurunan angka
kematian ibu dan bayi, serta penurunan angka penyakit
menular seperti HIV&AIDS.
Diharapkan AKI dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi
102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sementara
AKB dari 34/1000 kelahiran hidup menjadi menjadi
23/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Keberhasilan pencapaian target tersebut sangat
dipengaruhi oleh kesiapan puskesmas dalam pelayanan
kesehatan dasar dan rumah sakit dalam pelayanan
kesehatan rujukan.
5

UU SJSN
1

Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan


sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan
sosial

Bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya


kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta
dan/atau anggota keluarganya
Untuk penyelenggaraan SJSN maka dibentuk Dewan
Jaminan Sosial Nasional yg terdiri dari unsur
Pemerintah, Pekerja, Pemberi Kerja, dan Tokoh/Pakar

3
4

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus dibentuk


dengan UU

UU BPJS
1
2
3

Amanat Pasal 5 ayat (1) UU SJSN: Harus dibentuk BPJS


dengan Undang-Undang
UU BPJS merupakan transformasi ke-4 BUMN (PT. Askes, PT.
Jamsostek, PT. Asabri, dan PT. Taspen) untuk mempercepat
terselenggaranya SJSN bagi seluruh penduduk
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial, salah satu
bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak
Dibentuk 2 (dua) BPJS:
BPJS Kesehatan untuk program JK
BPJS Ketenagakerjaan utuk program JKK, JHT, JP, JKm
7

Target BPJS Kesehatan


Mulai beroperasi tanggal 1 Januari 2014
Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan:
Kemkes tidak lagi menyelenggarakan
program Jamkesmas
Kemhan, TNI dan POLRI tidak lagi
menyelenggarakan program pelayanan
kesehatan kecuali untuk pelayanan
kesehatan tertentu yg berkaitan dengan
kegiatan operasionalnya
PT Jamsostek tidak lagi menyelenggarakan
program jaminan pemeliharaan kesehatan
PT Askes dinyatakan bubar tanpa likuidasi
8

Target BPJS Ketenagakerjaan


PT Jamsostek berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2015
Sejak berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan:
PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program JKK
JHT, dan JKm yg selama ini diselenggarakan oleh PT.
Jamsostek, sampai dengan beroperasinya BPJS
Ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketentuan Psl 29
s.d Psl 38 dan Psl 43 s.d Psl 46 UU SJSN , paling

lambat 1 Juli 2015

Pengalihan PT. Asabri dan PT. Taspen ke BPJS


Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029

Kelompok Kerja
1

SK Kementerian Koordinator Bidang


Kesejateraan Rakyat (Menkokesra No 17
dan 22 Tahun 2012 tentang Tim Penyiapan
Pelaksanaan BPJS

SK Menkes No. 176/Menkes.SK/II/2012


tentang Kelompok Kerja Persiapan
Pelaksanaan SJSN

Tugas Pokja Faskes, Sistem Rujukan dan Infra Struktur:


infrastruktur
fasilitas farmasi
kesehatan,
farmasi
dan
PenyiapanPenyiapan
infrastruktur
fasilitas kesehatan,
dan alat
kesehatan,
perencanaan
Kesehatan perencanaan
sesuai standar-standar
yang diperlukan
serta
alatSDM
kesehatan,
SDM Kesehatan
sesuai
10
transformasi
program dan kelembagaan
ke dalam BPJS
Kesehatan
standar-standar
yang diperlukan
serta
transformasi

KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Kelompok Kerja
Persiapan Pelaksanaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional

1. Faskes, Sistem Rujukan dan Infrastruktur


2. Pembiayaan, Transformasi Kelembagaan
dan Program
3. Regulasi
4. Kefarmasian dan Alkes
5. SDM dan Capacity Building
6. Sosialisasi dan Advokasi

Roadmap Kesiapan
Faskes, Sistem
Rujukan &
Infrastruktur
12

Supply Side

(RS)
Pemenuhan
TT
Puskesmas

Sistem
Rujukan
Sistem
Informasi

RS Pratama

13

KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA

PENGEMBANGAN SISI SUPPLY (1)

1. Penguatan Pelayanan Primer:


Definisi operasional pelayanan primer
Jenis pelayanan primer:
puskesmas,
dokter dan dokter gigi,
bidan khusus pelayanan persalinan,
dokter pelayanan primer (di dorong menjadi Praktek Klinik
dengan membangun jejaring institusi dan penunjangnya
mis : apotik, radiologi dan Lab),
klinik pratama/BP,
dokter praktek bersama,
poliklinik di RS, dll
14

KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA

PENGEMBANGAN SISI SUPPLY (2)

Pelayanan primer berfungsi Gate Keeper (Penapis


Pelayanan)
Prinsip Gate Keeper : dibuka seluas-luasnya, tetapi harus
memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan.
Pengecualian pada wilayah DTPK terutama pada masa
transisi ( 2 tahun)
Pengembangan Standar Pelayanan Primer Faskes
Pemerintah dan swasta (Input: fasillitas, SDM dan alat;
Proses: SOP; Output: indikator kinerja) pada daerah kota
besar, standar dan DTPK
Proses kredensialing dan akreditasi pelayanan primer
Pelayanan terstruktur dan berjenjang (Rujukan)
Cara pembayaran pelayanan primer (kapitasi ?, FFS ?) 15

PENGEMBANGAN SISI SUPPLY (3)


KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

2. Penguatan Pelayanan Sekunder dan Tersier:


DO pelayanan sekunder dan tersier
Jenis pelayanan:
sekunder (Rumah Sakit Sekunder (Kelas D dan C),
tersier (Kelas B dan A)
dokter praktek spesialis,
klinik utama, Balkesmas, dll)

Pengembangan standar pelayanan faskes sekunder


dan tersier pemerintah dan swasta

16

PENGEMBANGAN SISI SUPPLY (4)


KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Proses dan akreditasi pelayanan sekunder dan tersier


Cara pembayaran pelayanan sekunder dan tersier
(INA-CBGs)
Sistem Rujukan (vertikal dan rujukan balik)
Pengembangan Sistem Rujukan transfer knowledge
(pembinaan Tenaga Medis dokter)
Pengembangan Sistem IT dan Telemedicine:
Tele Radiologi dan
Tele Kardiologi

17

KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA

PENGEMBANGAN SISI SUPPLY (5)

3. Kemenkes sedang menyusun Rencana Aksi


Pengembangan Pelayanan Kesehatan yang mencakup:
Pemenuhan kebutuhan Faskes, SDM, Obat dan
Alkes
Pengembangan Standar Fasilitas Kesehatan,
Standar Tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan,
Standar Obat dan Alat Kesehatan,
Penguatan sistem rujukan,
Kebutuhan anggaran diarahkan th 2013 sampai
pencapaian ideal.
4. Perlu didorong partisipasi pihak swasta dan pemerintah
daerah penyediaan fasilitas kesehatan
18

1. Menyusun Roadmap pemenuhan


tempat tidur
(2012

2013

2014)
2.
Perbaikan Kerusakan
Puskesmas (sedang-berat-Ringan)
3.
Pengembangan Sistem
Informasi pada Sistem Rujukan
(ex; teleradiologi, SPGDT)
19

Prioritas Perhitungan Kebutuhan


Biaya Fasyankes
1. Kesehatan Rujukan
- Pemenuhan TT Rumah Sakit
2. Kesehatan Dasar
- Renovasi Puskesmas yang Rusak berat-sedang ringan
3. Pengembangan Sistem Informasi pada Sistem Rujukan

20

Asumsi Kebutuhan TT
berdasarkan Ratio 1 :
1.000

Memperhatikan
Disparitas sebaran kekurangan TT
Geografis yg sulit (DTPK)
Akses transportasi belum mendukung

100.000 TT

Grafik Kelebihan & Kekurangan TT


per-Propinsi

Disparitas penyebaran TT

Pengembangan Sistem Informasi


pada Sistem Rujukan
Membangun Transactional System untuk
mendukung UC, melalui :
1. Data Dictionary
2.Pengembangan Model Rujukan
keterkaitan Person, Provider dan Buyer

3. Master Patient Index


4. Regional Data Warehouse

JENIS-JENIS RUJUKAN

Perlu Standarisasi dan


Pembenahan Sistem Rujukan
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

RESTRUKTURISASI

PELAYANAN KESEHATAN

Sistem Kesehatan di Provinsi

ak tur
d
Ti ruk
st
r
ary
m
Te
i
Pr re
a

da
ry
Se
co
n

tr

Tertiary

Secondary

re
Ca
lf
Se

Ca
re

rs
e
T

r
tu
k
u

Rujukan Kewenang
an

Primary Care

Tertiary Care
Self Care

26

Regionalisasi Pelayanan Kesehatan

27

Implementasi Sistem Rujukan :

Contoh mapping sistem rujukan


(GIS):
RS Pertamina
Klayan

RSD
INDRAMAYU

RS TANGKIL
RSIA SUMBER
KASIH

RS GUNUNG DJATI
RSUD
ARJAWINANGUN

RST CIREMAI

RS SUMBER WARAS

RS PELABUHAN

RS PUTRA
BAHAGIA

RSD
RSD
MAJALENGK
MAJALENGK
RS MITRA PLUMBON
AA
RS MEDIMAS
Anjung MIGAS Lepas pantai
Penghasil MIGAS Pertamina
Industri
Rotan

Industri kue

Industri Batik Trusmi


PINTU TOL YANG ADA

RSUD WALED

RSD
KUNINGAN

Contoh mapping sistem rujukan


(GIS):

bd
dr
bp

Puskesma
Puskesma
ss

Puskesma
Puskesma
ss

kln
Puskesma
Puskesma
ss

dr
dr

Puskesma
Puskesma
ss

dr
Puskesma
Puskesma
ss

Puskesma
Puskesma
ss

Puskesma
Puskesma
ss

Puskesma
Puskesma
ss

Puskesma
Puskesma
ss

Puskesma
Puskesma
ss

Alur Pembinaan Yankes Rujukan Prov


1 TIM PEMBINA YANKES PROV ( 5
SUBTIM)

TIM PEMBINA YANKES


PROV

RS RING 1

RS RING 2

DINKES Prov
RS Tipe A
FK /PT
ORG PROFESI

DINKES
KB/KT

2 TIM PEMBINA YANKES KAB/KoTa


(..SUBTIM)
TIM PEMBINA YANKES
KAB/KOTA

PUSKESMAS
DTP

PUSKESMAS
PONED

DINKES KAB/KOTA
RS RING 1 / RING 2
ORG PROF
PT
RS KL C/D

3 TIM PEMBINA KECAMATAN


PUSKESMAS DTP/PONED
RS KL C/D DAN IBI RANTING

TIM PEMBINA YANKES


KECAMATAN

PUSKESMAS

PUSTU

POLIN
DES

4 TIM PEMBINA PUSKESMAS


DR , BIDAN, PERAWAT DAN ASS
APOTEKER PUSKESMAS

KLINIK, DR KELUARGA
PELAYANAN KES
PRIMER

POSKES
DES

BP
SWASTA

BPS

DR
PRAKTEK

REKOMENDASI (1)
Sinergi Implementasi Kebijakan Pusat-Daerah
A

Penganggaran
honor SDM
Kesehatan di
daerah

Ketersediaan TT sebagai
Fasyankes dan distribusi
serta penganggaran daerah

Komitmen
Pemerintah
Pusat &
Daerah

Operasionalisasi
kelanjutan bantuan RS dari
Pemerintah Pusat

Regionalisasi
Sistem
Rujukan,
ditetapkan
oleh Perda

33

REKOMENDASI (2)
Pemetaan Pelayanan Kesehatan Dasar : Upaya promotif dan
preventif, tergabung dalam Gate Keeper (dokter penapis)
(tenaga kesehatan lain dalam transisi diperkenankan)
Regionalisasi sistem rujukan tiap daerah kab/kota perlu
komitmen pemerintah daerah (perda/ pergub)
Mengumpulkan data utilisasi Faskes (BOR, BTO, NDR, Alos)
efisiensi pemenuhan TT (1 TT berbanding 1000 Penduduk
untuk wilayah nya, terintegrasi dengan Program Jaminan
Kesehatan Nasional
Pemetaan seksama pada daerah yang belum memiliki faskes
Buat Jejaring RS dalam sistem jenjang rujukan, koordinasi
rutin, evaluasi utilisasi kasus rawat jalan dan rawat inap,
kasus yang dirujuk, karena RS adalah konsep pelayanan
kesehatan rujukan
Upayakan promotif dan preventif sebagai wujud CSR kepada
masyarakat berupa penyuluhan kesehatan KIE, kerjasama
34
dengan sarana fasilitas kesehatan lainnya

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

KEBIJAKAN
PERUMAHSAKITAN
1. Perijinan dan Penetapan Kelas RS (Permenkes
147/2010 dan Permenkes 340/ 2010)
2. Penetapan RS Pendidikan (Permenkes 1069/2008)
3. Akreditasi 2012
4. Keselamatan Pasien (Permenkes 1691/ 2011)
5. PPI
6. PPRA

TANTANGAN RS DI MASA MENDATANG


Pelayanan Kesehatan melampaui batas
negara (Globalisasi)

RUMAH
SAKIT
DI
INDONESIA

Teknologi Kesehatan
semakin maju

Tingkat Pendidikan & Ekonomi


Masy. meningkat

Kompetisi LN Akes : ramah; Keterbukaan


Informasi; Harga bersaing, Kemasan menarik

BEBERAPA
BEBERAPA PERATURAN
PERATURAN YANG
YANG BERKAITAN
BERKAITAN
DENGAN
DENGAN PERUMAHSAKITAN
PERUMAHSAKITAN
1.
2.
3.
4.
5.

UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
6. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah,
Pemerintah, Pemda Propinsi & Pemda Kab/Kota
7. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
8. Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
9. Surat Edaran Dirjen Bina Yanmed No. OT.01.01/III/2009 tentang
Penetapan Kelas RS
10. Permenkes No 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan RS
11. Permenkes No 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi RS

37

PROSES ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

PERIZINAN RS
Setiap penyelenggara RS wajib memiliki izin
(Pasal 25 Undang-Undang no 44 tahun 2009 ttg Rumah Sakit)
PERMENKES No 147/MENKES/PER/I/2010 tentang PERIZINAN RS

Permohonan izin mendirikan & izin operasional RS


diajukan menurut jenis & klasifikasi RS
(Pasal 3 ayat 1 No 147/MENKES/PER/I/2010 tentang PERIZINAN RS)

Kelas RS

Pemberi IZIN

Rekomendasi

Kls A & RS
PMA/PMDN

Menteri Kesehatan

Dinas Kesehatan Prop

Kls B

Pemda Prop

Dinas Kes Kab/kota

Kls C & D

Pemda Kab/kota

Dinas Kes Kab/kota

IJIN OPERASIONAL
Izin operasional
sementara

Izin operasional
tetap

diberikan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
Dapat diberikan kepada RS yang
belum mendapatkan klasifikasi RS
atau sedang proses Klasifikasi di
Kementerian Kesehatan namun ijin
operasionalnya sudah habis

berlaku untuk jangka


waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang kembali
selama memenuhi
persyaratan.

Izin operasional, RS harus memenuhi persyaratan yang meliputi :


a. sarana & prasarana
b. peralatan
c. sumber daya manusia dan
d. administrasi dan manajemen

KLASIFIKASI RS

PERMENKES NO 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI


RUMAH SAKIT

adalah pengelompokan kelas RS berdasarkan fasilitas


dan kemampuan pelayanan
Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas
dari Menteri.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus
tahapan pelayanan akreditasi kelas dibawahnya.

Langkah Peningkatan & Penetapan Kelas RS

Surat Permohonan dari Pemilik RS (Pemerintah/ Swasta)


ke Menteri Kesehatan RI c.q Ditjen Bina Pelayanan Medik
Surat Rekomendasi dari Dinkes Propinsi setempat
SK Menteri kesehatan tentang Penetapan kelas sebelumnya
Profil RS yg terakhir

Isi Instrumen
Self Assesment
Klasifikasi RS

Feed Back Hasil


Tinjauan Tim

Dikirim
ke Kementerian Kesehatan RI

Hasil diproses oleh


Kementerian
Kesehatan RI

SKORING

VISITASI
TIM Kementerian Kesehatan RI

Pengajuan
Kembali

Pembinaan oleh
Dinkes Prop., Pemda
& Kementerian
Kesehatan RI

Tidak

Lulus ?
Ya

SK Peningkatan /
Penetapan Kelas
oleh MENKES

Akreditasi 2012
Instrumen tahun 2012 (mengacu JCI edisi 4)
Fokus pada Keselamatan Pasien
Tambahan Penilaian 3 Program Pemerintah
(Menunjang Pencapaian MDGs:
Pengelolaan PONEK, TB dan HIV-AIDS)
Dimulai Juni 2012

STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT


I. KELOMPOK STANDAR PELAYANAN
BERFOKUS PADA PASIEN
7 BAB

II.KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RUMAH


SAKIT

6 BAB

sasaran
III.SASARAN6 KESELAMATAN
PASIEN RUMAH

SAKIT
3 sasaran

I.

Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien


Bab 1. Akses ke pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
(APKP)
Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Bab 6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
Bab 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

II.

Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit


Bab 1. Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan
(TKP)
Bab 4. Manajemen dan Keamanan Fasilitas (MKF)
Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

Instrumen Akreditasi Baru 2012 Diadopsi dari JCI


edisi 4
III. Sasaran Internasional Keselamatan Pasien(SIKP)
Sasaran I Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
Sasaran II Mengingkatkan Komunikasi yang Efektif
Sasaran III Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang
Perlu Diwaspadai
Sasaran IV Memastikan Lokasi pembedahan yang benar,
Prosedur yang benar, Pembedahan pada Pasien yang
benar
Sasaran V Mengurangi Risiko Infeksi Terkait
Perawatan Kesehatan
Sasaran VI Mengurangi Risiko Pasien Jatuh

Instrumen Tambahan
IV. Sasaran Millenium Development Goals (MDGs)
Sasaran I Penurunan Angka Kematian Bayi dan
Peningkatan
Kesehatan Ibu
Sasaran II Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III Penurunan Angka Kesakitan TB
* Penatalaksanaan Malaria
* Program PPRA

HASIL
PENILAIAN
AKREDITASI

Pratama
Madya
Utama
Paripurna

RS KHUSUS
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
RS khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan,umur, organ, jenis penyakit,
atau kekhususan lainnya.
Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit (revisi dalam proses)
Rumah Sakit Khusus hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dibidang kekhususannya dan
bidang lain yang menunjang kekhususan tersebut.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan diluar
kekhususannya hanya dapat dilakukan pada pelayanan
gawat darurat dan pelayanan medik umum rawat jalan.
48

JENIS RUMAH SAKIT


BERDASARKAN KEKHUSUSAN
PELAYANANNYA
No

RS Khusus

No

RS Khusus

1 RS Jiwa

11 RS THT

2 RS Kusta

12 RS Ginjal

3 RS Paru

13 RS Ketergantungan Obat

4 RS Mata

14 RS Rehab Medik

5 RS Orthopedi

15 RS Stroke

6 RS Penyakit Infeksi

16 RS Kulit Kelamin

7 RS Bersalin

17 RS Bedah

8 RS Jantung

18 RS Ginjal

9 RS Kanker

19 RS Otak

DASAR HUKUM
PENETAPAN RS PENDIDIKAN
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
Permenkes No. 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008
tentang Pedoman, Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
Permenkes RI No. 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit
Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit

* Koordinasi
Proses Koordinasi Perencanaan, Penyusunan
Kebijakan bersama
1. Kementerian Kesehatan,
2. Kementerian Pendidikan & Kebudayaan
3. Organisasi Profesi : ARSPI dan AIPKI
Pembentukan Board/ Komite merekomendasi Penerbitan
SK Penetapan RS Pendidikan setelah mempertimbangkan
Peninjauan Lap oleh Tim Penilai Penetapan RS Pendidikan
Tim Penilai Penetapan RS Pendidikan (unsur Kemenkes,
Kemendikbud, ARPI dan AIPKI

KEBIJAKAN PATIENT SAFETY


DI RUMAH SAKIT (Permenkes
1691/2011)

Rumah
Sakit
Wajib
melaksanakan:
sistem
keselamatan pasien
Rumah Sakit wajib menerapkan
standar Keselamatan Pasien RS
Rumah
Sakit
wajib
melaksanakan
7
langkah
menuju keselamatan pasien
Evaluasi
pelaksanaan
keselamatan
pasien
RS
dilakukan
melalui
program
akreditasi RS

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN


DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT
1.

Setiap RS & Fas. Yan Kes lainnya harus melaksanakan PPI

2.

Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dgn :


Pedoman Manajerial PPI di RS & Fas. Yan. Kes Lainnya (SK Menkes
no.270/Menkes/SK/III/2007)
Pedoman PPI di RS & Fas. Yan. Kes Lainnya(SK Menkes
no.382/Menkes/2007) serta
Pedoman PPI lainnya yang dikeluarkan oleh Kemkes RI (SE Dirjen
Bina Yanmed No.HK.03.01/III/3744/08 ttg Pembentukan Komite
PPI RS & Tim PPI RS

3.
4.

PPI merupakan instrumen akreditasi nasional


PPI merupakan bagian dari pasient safety
internasional.

4.

Direktur RS dan Fas. Yan. Kes lainnya membentuk :


1. Komite PPI
2. Tim PPI
dibawah koordinasi Direktur.

dalam

akreditasi

5. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yg


53
jelas.

PROGRAM PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)

Over-use
Pada infeksi ringan

Penggunaan
Antibiotik

Mis-use
Tidak ada sarana
Diagnostik

Resistensi

Under-use
Dukungan finansial (-)
WHO Global Strategy for containment of
antimicrobial Resietance. 2001
55

Pengendalian Resistensi Antimikroba


di Rumah Sakit

SKFT/ KOMDIK

DALIN

FARMASI
KLINIK

MIKROBIOLOGI
KLINIK

Identifikasi kesiapan 4 Pilar

KOMITMEN / KONSENSUS BERSAMA


56

KEBIJAKAN PPRA DI RS
:
1. Pembentukan Tim PPRA
2. Penyusunan kebijakan antibiotik RS (hospital antibiotic policy)
dan pedoman penggunaan antibiotik (antibiotic guideline)
3. Penanganan kasus infeksi berat/kompleks/ infeksi dengan
MDRO (Multi Drugs Resistant Organism), melibatkan
multidisiplin profesi, 4 pilar dan KPRS
4. Peningkatan pemahaman klinisi terhadap perkembangan
kuman resisten & penggunaan antibiotik secara bijak baik
untuk profilaksis bedah maupun untuk terapi penyakit infeksi
5. Penguatan peran mikrobiologi klinik dan peran farmasi klinik
6. Penguatan pencegahan & pengendalian infeksi (PPI) dalam
mencegah transmisi melalui penerapan standar precaution
yang baik dan benar

57

Anda mungkin juga menyukai