Anda di halaman 1dari 13

Sejarah

Bahasa
Indonesia
OLEH:
LIANA SHINTA DEWI

Bahasa
Melayu
Transformas
i

Bahasa
Indonesia

Mengapa Bahasa Melayu

Menjadi lingua franca;

Toleransi kesalahan sangat tinggi;

Mudah menyerap bahasa asing.

Sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak


mengenal tingkat tutur;

Distribusi cukup luas (Alex dan Achmadi, 2010:


8; Wibowo, 2011: 5).

Kedudukan dan Fungsi


Bahasa Indonesia

Bahasa Nasional

Lambang Kebanggaan
nasional;
Lambang identitas
nasional;

Alat pemersatu
masyararakat;

Alat perhubungan
antarbudaya.

(Wibowo, 2011: 711)

Bahasa Negara

Bahasa resmi negara;

Bahasa pengantar di
lembaga pendidikan;

Bahasa resmi dalam


perhubungan tingkat
nasional.

Ragam Bahasa: Variasi bahasa yang


timbul karena perbedaan pemakaian
Berdasar daerah:

Dialek Jawa

Dialek Melayu

Dialek Batak

dll.

Berdasar sarana:

Ragam lisan

Ragam tertulis

Berdasar suasana:

Ragam santai

Ragam resmi

Berdasar bidang:

Ragam ilmu

Ragam sastra

Ragam perundangundangan

Ragam surat kabar

dll.

Perbedaan ragam lisan dan tulis


Ragam Lisan

Ragam Tulis

Muncul lebih dulu

Muncul kemudian

Menghendaki tatap muka dengan


lawan bicara

Tidak menghendaki tatap muka


dengan lawan bicara

Dibantu oleh gerak, mimik,


pandangan, atau anggukan

Dibantu oleh unsur-unsur


gramatikal
(S, P, O, K)

Terikat pada situasi, kondisi, ruang,


dan waktu

Tidak terikat pada situasi, kondisi,


ruang, dan waktu

Dipengaruhi tinggi rendah, panjang


pendek, dan keras lemahnya suara

Dipengaruhi oleh tanda baca

Bahasa yang digunakan dalam


keperluan ilmiah adalah ragam
tulis. Dalam kaitannya dengan hal
ini, dikenal adanya pembakuan
bahasa. Nantinya, pembakuan
bahasa akan memunculkan ragam
tersendiri yaitu ragam baku.

Ragam Baku/ Ragam


Ilmiah
Ragam bahasa yang diharapkan
oleh pemakainya sebagai ragam
bahasa yang tidak menyimpang
dari kaidah-kaidah tata bahasa
yang ada, keseragaman dalam
pemakaian bahasa

Fungsi bahasa baku:


Pemersatu

(menghubungkan)

Pemberi

kekhasan
(membedakan dari bahasa lain)

Pembawa

kewibawaan
(berkaitan dengan pemerolehan
bahasa baku)

Kerangka

acuan

Ciri bahasa baku

Menggunakan ucapan yang tidak diwarnai oleh ucapan


daerah atau dialek tertentu;
Contoh: Gue males banget buat pergi.

Menggunakan kaidah EYD;


Contoh: Saya akan pergi ke Ambon.

Pemakaian fungsi gramatik dan fungsi sintaktik secara


eksplisit dan konsisten;
Contoh: Menghilang (P) dari rumah (K). (?)
Seharusnya: Ia/Anto (S) menghilang (P) dari rumah
(K).

Pemakaian awalan me- dan ber- secara konsisten;


Contoh: Ibunya dagang pakaian.
Seharusnya: Ibunya berdagang pakaian

Pemakaian kata penghubung bahwa atau karena


(bila ada) secara konsisten;
Contoh: Dia mengatakan anaknya hilang.
Seharusnya: Dia mengatakan bahwa anaknya hilang.

Pemakaian partikel lah, -kah, dan pun (bila ada)


secara eksplisit dan konsisten;
Contoh: Bawa buku ini!
Seharusnya: Bawalah buku ini!

Pemakaian kata depan secara tepat;


Contoh: Di kenai Dikenai

Pemakaian aspek (sudah, telah, akan, hendak,


sering, sedang, dan sebagainya) di depan pelaku
tindakan dalam kalimat pasif harus tepat;
Contoh: Sepedamu aku kembalikan nanti.
Seharusnya: Sepedamu akan aku kembalikan nanti.

Memakai konstruksi kalimat yang padat dan rapat;


Contoh: Anaknya yang sangat kurus, berambut
panjang, dan sering sakit telah meninggal.
Seharusnya: Anaknya meninggal.

Tidak menggunakan konstruksi yang bersifat


kedaerahan;
Contoh: Bajunya bagus (Klambine apik)
Seharusnya: Baju ini bagus.

Menghindari pemakaian unsur-unsur leksikal yang


terpengaruh oleh unsur-unsur bahasa dialek atau
bahasa sehari-hari;
Contoh: Aku suka sama gaya bahasamu.
Seharusnya: Aku menyukai gaya bahasamu.

Menghindari pemakaian unsur-unsur ketatabahasaan


(seperti imbuhan) yang berasal dari bahasa daerah.
Contoh: Aku ngecat dinding rumah.
Seharusnya: Aku mengecat dinding rumah.

Anda mungkin juga menyukai