Anda di halaman 1dari 39

CASE REPORT

ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)


Anteroseptal Wall,
Onset 6 Jam KILLIP I

Pembimbing :
dr. Yusnita Debora, MB, Sp.An

Disusun oleh:
Anggun Chaerunnisa
CP
Dina Ikrama Putri
Seffia Riandini

PENDAHULUAN
Sindroma koroner akut (SKA) adalah istilah yang digunakan
untuk kumpulan simptom yang muncul akibat iskemia
miokard akut. Termasuk di dalam SKA adalah unstable
angina pektoris, infark miokard non elevasi segmen ST
(Non STEMI), dan infark miokard elevasi segmen ST
(STEMI).
Menurut WHO (2008), infark miokard akut merupakan
penyebab kematian utama di dunia. Sebanyak 7.200.000
(12,2%) kematian di seluruh dunia. Di Indonesia pada tahun
2002, penyakit infark miokard akut merupakan penyebab
kematian pertama, dengan angka mortalitas 220.000 (14%) (
Tahun 2007, jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani
rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah
239.548 jiwa
Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard
akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung

Rumusan Masalah
1. Bagaimana penegakan diagnosis SKA STEMI pada
pasien ?
2. Bagaimana tatalaksana pada pasien tersebut ?

Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penegakan diagnosis pada
pasienSKA STEMI
2. Untuk mengetahui tatalaksana pada pasien STEMI

PROFIL PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat: Banjarsari
No MR : 54057
Tanggal Masuk RS
: 17 Agustus 2016
Pukul Masuk RS : 19.29 WIB
Tanggal Masuk ICU : 17 Agustus 2016
Pukul Masuk ICU : 21.00 WIB

PASIEN DATANG KE RS
Sendiri / bisa jalan / tak bisa jalan, dituntun oleh keluarga /
dengan bed
Diantar oleh keluarga
: ya/tidak

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis, tanggal 19
Agustus 2016 jam 17.00 WIB di ruang ICU RSUD Jend. Ahmad Yani.
Keluhan Utama
: nyeri dada sejak 4 jam SMRS
Keluhan Tambahan: sesak nafas, keringat dingin, mual, cemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : dada kiri menjalar hingga ke punggung dan lengan kiri
Onset : muncul saat melakukan aktivitas ringan dan beristirahat
Progresi : semakin memberat
Kualitas : nyeri seperti terbakar dan tertindih benda berat
Kuantitas : nyeri terus menerus lebih dari 20 menit
Faktor yang memberat : Aktivitas
Faktor yang memperingan : tidak hilang dengan beristirahat

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Jend. Ahmad Yani


pada tanggal 17 Agustus 2016 dengan keluhan nyeri dada sejak
4 jam SMRS. Nyeri dada dirasakan seperti terbakar dan tertindih
benda berat, menjalar ke punggung dan lengan kiri disertai
keringat dingin dan rasa mual. Nyeri dada dirasakan berlangsung
terus-menerus, lebih dari 20 menit. Nyeri dada muncul saat
pasien sedang duduk dan riwayat sakit dada sebelumnya
disangkal. Pasien sebelumnya dibawa ke Puskesmas Banjarsari
dengan diagnosis chest pain ec angina pectoris dengan dispepsia
sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Ahmad Yani. Selama di
perjalanan menuju IGD, pasien tetap sadar, muntah disangkal.
Diakui sebelum nyeri dada, pasien menyangkal adanya nyeri
kepala, pusing, pingsan, sesak, mual atau kejang. Keluhan
lainnya seperti batuk, muntah, riwayat terbangun tengah malam
karena sesak disangkal. Adanya emosi atau gangguan pikiran
disangkal oleh keluarga pasien. Keluhan gangguan buang air
kecil, gangguan air besar dan trauma disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (+) sejak 4 tahun yang lalu tetapi tidak
pernah rutin minum obat dan jarang kontrol secara teratur.
Riwayat penyakit lainnya seperti diabetes melitus, dislipidemia,
stroke, penyakit vaskular perifer, riwayat PCI/CABG disangkal
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (+) diakui diderita oleh ayah pasien.

Riwayat Pengobatan
Pasien hanya mengkonsumsi obat untuk mengatasi darah tinggi
tetapi tidak rutin.
Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu,
dengan rata-rata 1 bungkus lebih tiap hari. Kebiasaan
mengkonsumsi teh, kebiasaan makan makanan berlemak, tinggi
garam, tinggi kolesterol disangkal oleh pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang.
Pasien tampak berbaring di bed pasien.
Status Nutrisi : Overweight
Berat Badan : 80 kg
Tinggi Badan : 176 cm
BMI : 25,8 kg/m2
Kesadaran

: Compos Mentis, GCS E4V5M6 = 15

Tanda Vital
Tekanan darah
: 180/110 mmHg
Nadi : 89 kali/menit
Pernafasan
: 36 kali/menit
Suhu : 35.6 C
SpO2 : 91 %

Status Generalis
Kulit :
warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup,
capillary refill kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
Kepala :
normosefali, rambut berwarna hitam dan putih, distribusi merata
Mata :
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL +/+, RCTL +/+, pupil
isokor 2,5 mm/2,5 mm
Hidung :
deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum (-), sekret (-/-)
Telinga :
Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-/-)
Mulut :
sudut bibir simetris, kering (-), sianosis (-), tidak terdapat deviasi lidah

Leher:
Inspeksi : tidak terdapat trauma maupun massa
Palpasi
: tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid,
tidak
terdapat deviasi trakea, tidak terdapat peningkatan JVP
Thoraks
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Palpasi
: iktus kordis tidak teraba
Perkusi
:
Batas atas kiri
: ICS II garis parasternal sinistra dengan bunyi
redup
Batas atas kanan : ICS II garis parasternal dekstra dengan bunyi
redup
Batas bawah kiri : ICS V 1 cm medial garis midklavikula sinistra
dengan bunyi redup
Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dekstra dengan bunyi
redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo
Inspeksi : dinding thoraks simetris pada saat statis maupun
dinamis, retraksi otot-otot pernapasan (-)
Palpasi : simetris, vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing
Abdomen
Inspeksi : perut datar, massa (-), pulsasi abnormal (-)
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Perkusi
: timpani pada seluruh lapang abdomen, asites (-)
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
(-), massa (-)
Ekstremitas
tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis (-/-)
akral hangat (+/+), edema (-/-)

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Darah Lengkap (17 Agustus 2016)

Leukosit : 17,3 x 103 /uL ()


Eritrosit : 5,56 x 106 /uL ()
Hemoglobin : 17,6 g/dL ()
Hematokrit : 51,3 % ()
MCV : 92,3 fL
MCH : 31,7 pg
MCHC : 34,3 g/dL
Trombosit : 249 x 103 /uL

Limfosit : 8 %
Monosit : 3,4 %
Neutrofil : 88,6 %

Interpretasi : leukositosis, eritrositosis, peningkatan kadar Hb

Kimia Klinik (17 Agustus 2016)


GDS : 168 mg/dL ()

EKG SERIAL
( 17 Agustus 2016)

Irama
: sinus rhythm
Laju QRS : 70x/menit
Aksis
: normal
Interval P-R : 2 KK
Gelombang P : < 3 KK
Komplek QRS : < 3 KK
ST segmen
: elevasi di lead V1-V4
Gelombang T : normal
Kesan EKG
: STEMI Anterior

EKG ( 18 Agustus 2016)

Irama
: sinus rhythm
Laju QRS : 83x/menit
Aksis
: normal
Interval P-R : 2 KK
Gelombang P : < 3 KK
Komplek QRS : < 3 KK
ST segmen
: elevasi di lead V1-V3
Gelombang T : normal

Kesan EKG
: STEMI Anteroseptal

EKG ( 19 Agustus 2016)

Irama
: sinus rhythm
Laju QRS : 87x/menit
Aksis
: normal
Interval P-R : 2 KK
Gelombang P : < 3 KK
Komplek QRS : < 3 KK
ST segmen
: elevasi di lead V1-V3
Gelombang T : normal
Kesan EKG
: STEMI Anteroseptal

EKG ( 20 Agustus 2016)

Irama
: sinus rhythm
Laju QRS : 82x/menit
Aksis
: normal
Interval P-R : 2 KK
Gelombang P : < 3 KK
Komplek QRS : < 3 KK
ST segmen
: elevasi di lead V1-V3
Gelombang T : normal
Kesan EKG
: STEMI Anteroseptal

Kimia Klinik (19 Agustus 2016)


Ureum
: 39 mg/dL
Kreatinin : 1,43 mg/dL
Kolesterol total : 161 mg/dL
Trigliserida
: 127 mg/dL
HDL
: 48 mg/dL
LDL
: 87,5 mg/dL

Interpretasi : dalam batas normal

Penanda Jantung (19 Agustus 2016)


Troponin I : > 32 ng/mL ()
CK-MB
: 55,32 ng/mL ()

Interpretasi terjadi peningkatan kadar Troponin I dan CKMB

Resume
Seorang laki-laki Tn. M berusia 48 tahun datang ke Instalasi Gawat
Darurat RSUD Jend. Ahmad Yani dengan keluhan nyeri dada kiri sejak
4 jam SMRS saat beristirahat. Nyeri menjalar ke punggung dan lengan
kiri yang dirasakan seperti terbakar dan tertindih benda berat. Nyeri
dirasakan semakin memberat, terus menerus dan tidak hilang dengan
beristirahat. Keluhan disertai sesak nafas, mual dan keringat dingin.
Riwayat hipertensi (+) sejak 4 tahun yang lalu tetapi tidak teratur
kontrol dan minum obat. Riwayat merokok (+) sejak 20 tahun yang
lalu dengan rata-rata 1 bungkus lebih tiap hari.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15, tekanan darah awal pada
saat diperiksa adalah 180/110 mmHg, pemeriksaan thoraks,
pemeriksaan abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis, eritrositosis
dan peningkatan kadar Hb. Glukosa gula darah dan penanda jantung
meningkat. Pemeriksaan profil lipid dalam batas normal. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan elevasi ST pada lead V1-V3
(anteroseptal).

DIAGNOSIS KERJA dan DIAGNOSA BANDING

1. ST Elevation
Myocardial
Infarction (STEMI)
Anteroseptal Wall
Onset 3 Jam
KILLIP I
2. Hipertensi Grade
II

PENATALAKSANAAN
I. ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
Anteroseptal Wall Onset 3 Jam KILLIP I
Dx : EKG, Penanda jantung
Tx :
Bed Rest
Hospitalisasi di ICU
Oksigen 4 L/menit
IVFD Ringer Laktat 12 tetes/menit
Aspirin 160 320 mg (kunyah) dilanjutkan dengan 1
x 80 mg per oral
Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg tab
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari
ISDN 5 mg sublingual

Bila diperlukan atau nyeri dada masih berlangsung dapat


diberikan nitrogliserin tab sublingual/intravena
Bila 3 dosis nitrogliserin tidak merespon, maka diberikan morfin
sulfat 1- 5 mg intravena, dapat diulang setiap 10 30 menit
Laxadin syrup 2 x C1
Inj. OMZ 40 mg x 1
Inj. Ondansentron 8 mg x 2
Alprazolam 0,5 mg tab 0-0-1
Inj. Arixtra 2,5mg/0,5 ml 1 x 1 SC (hingga 5 hari)
Cek elektrolit
Periksa rontgen thoraks PA
Kateter urin (cek tiap jam)
Mx : Tanda vital, EKG serial, nyeri dada
Ex :
-Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan
komplikasi yang mungkin terjadi
-Edukasi pasien untuk menghindari factor resiko terjadinya
komplikasi

Hipertensi Grade II
Dx : pengukuran tekanan darah, EKG
Tx : Amlodipin 1 x 10 mg, Diet rendah garam <3 gr/hari
Mx : monitoring tekanan darah target hingga TD dibawah 140/90 mmHg

PEMBAHASAN
KASUS

esis :
n pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeridada yang tipikal (angina t
tipikal (angina ekuivalen)
n tipikal tersebut didapat pada pasien Tn . J yaitu adanya nyeri dada berupa rasa
an yang menjalar ke lengan kiri dan punggung dan berlangsung menetap > 20 m
i mual, dan sesak nafas yang muncul saat istirahat
tu, terdapat faktor resiko yang didapat pada pasien tersebut, yaitu faktor resiko
apat dimodifikasi berupa adanya riwayat hipertensi, merokok dan overweight da
esiko yang tidak dapat dimodifikasi berupa jenis kelamin laki-laki dan riwayat
a hipertensi

ksaan Fisik
emeriksaan fisik khususnya leher dan thoraks tidak ditemukan kelainan yang be

ksaan Penunjang
emeriksaan darah rutin terdapat peningkatan leukosit menjadi 17,3 x 10 3 /uL

rjadi juga peningkatan kadar Hb (17,6 g/dL), eritrosit (5,56 x 10 6 g/dL)


n hematokrit 51,3 %
meriksaan glukosa darah pada pasien mengalami peningkatan yaitu 168 mg/dL,
adaan ini disebut hiperglikemia reaktif akibat adanya respon stress akut dari tub
da pemeriksaan EKG didapatkan adanya elevasi segmen ST di lead V1-V3, hal in
nunjukkan lokasi adanya infark yaitu di bagian anteroseptal
da pemeriksaan kimia klinik lainya seperti ureum dan kreatinin dalam batas
rmal pemeriksaan ureum kreatinin untuk mencari tahu komplikasi atau penya
nyerta lainnya
meriksaan profil lipid dalam bats normal faktor dislipidemia tidak ditemukan
da pemeriksaan penanda jantung ditemukan peningkatan Troponin I sebesar
ng/mL dari nilai normal < 0,1 ng/mL dan CK-MB sebesar 55,32 ng/mL dari nilai
rmal < 3,74 ng/mL Peningkatan marka jantung hanya menunjukkan adanya
krosis miosit, namun tidak dapat dipakai untuk menentukan penyebab nekrosis
osit tersebut (penyebab koroner/non koroner)

laksana

rah baring Tirah baring dilakukan disertai monitor EKG secara kontinyu untuk
mendeteksi kejadian iskemia dan aritmia pada pasien-pasien dengan gejala nyer
ada yang masih berlangsung
ksigen 4 L/menit via nasal kanul oksigen diberikan atas dasar bahwa
uplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama
npa mempertimbangkan saturasi oksigen arteri
spirin 320 mg, dikunyah
juan pemberiannya adalah untuk mencegah perkembangan sumbatan
trakoroner. Dosis yang diberikan adalah 160 sampai 325 mgdan dikunyah untuk
empercepat penyerapan
osorbid dinitrate (ISDN) 5 mg sublingual Keuntungan terapi nitrat terletak
ada efek dilatasi vena yang mengakibatkan berkurangnya preload dan volume
khir diastolik ventrikel kiri sehingga konsumsi oksigen miokardium berkurang
ada pasien yang tidak responsif dengan pemberian nitrat, dapat diberikan
nalgesia berupa morfin intravena. Morfin sulfat 1-5 mg intravena dapat diulang
etiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis
trat sublingual

opidogrel 300 mg (telan) dilanjutkan dengan 1x75 mg per oral Clopidogrel


rekomendasikan sebagai antiplatelet pengganti pada pasien-pasien yang alergi
pirin
FD Ringer Laktat 12 tetes/menit memenuhi kebutuhan cairan pasien
mberian antihipertensi seperti amlodipin menurunkan tahanan perifer dan
enurunkan tekanan darah
xadin sirup 2 x C 1 per oral mengurangi demand pasien selama hari
erawatan dalam proses ekskresi
meprazole inj. 40 mg x 1 mengurangi stress ulcer selama pasien dirawat
ndansentron inj. 8 mg x 1 digunakan untuk mengurangi rasa mual yang terjadi
da pasien. Digunakan apabila diperlukan
prazolam 0,5 mg tab antiansietas sesuai evaluasi selama perawatan
j. Arixtra (Fondaparinux) 2,5mg/0,5 ml 1 x 1 SC (hingga 5 hari) fondaparinux
gnifikan dalam menurunkan kejadian primary efficacy outcome (kematian atau
iokard Infark berulang)
anning untuk rontgen thoraks PA identifikasi komplikasi seperti edema paru
ut, dan penyakit penyerta
Planning untuk periksa elektrolit memantau bila terjadi asidosis

TINJAUAN PUSTAKA

efinisi

nfark Miokard Akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang
menyebabkan sel otot jantung mati.Aliran darah di pembuluh darah terhenti sete
erjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembul
arah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat a
arah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungs
antung, dikatakan mengalami infark
indrom koroner akut terdiri atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST
an IMA dengan elevasi ST
fark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang
udah ada sebelumnya

Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat diubah

Patogenesis

Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis yang kemud


uptur dan menyumbat pembuluh darah
Penyakit aterosklerosis ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam
dinding arteri.Lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga
diameter lumen menyempit.Penyempitan lumen mengganggu aliran darah ke dis
dari tempat penyumbatan terjadi
Penyempitan arteri koroner segmental banyak disebabkan oleh formasi plak
Kejadian tersebut secara temporer dapat memperburuk keadaan obstruksi
menurunkan aliran darah koroner, dan menyebabkan manifestasi klinis infark mi
etika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner, mak
erjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI).Perkembangan perlahan da
stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI karena dalam rentang waktu tersebut
dapat terbentuk pembuluh darah kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjad
arteri koroner tersumbat cepat
on STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebab
oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak.Erosi dan ruptur plak ateroma
menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.Pada Non STEMI
rombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen
arteri koroner

Gejala Klinik

Nyeri dada substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan
erkadang dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau
hanya rasa tidak enak di dada
Nyeri pada IMA biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada
hubungannya dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang denga
pemberian nitrogliserin
Nadi cepat dan lemah
asien sering mengalami diaforesis

Diagnosis

Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan anamnesis ny


dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST >2 mm, minimal pada 2
sandapan prekordial yang berdampingan atau >1 mm pada 2 sandapan ekstrem
Pemeriksaan enzim jantung terutama troponin T yang meningkat akan memperk
diagnosis

Pemeriksaan Fisik

Pasien tampak cemas dan tidak bisa beristirahat (gelisah) dengan ekstremitas p
disertai keringat dingin
Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak keringat merupakan
kecurigaan kuat adanya STEMI

Pemeriksaan Penunjang

emeriksaan petanda kerusakan jantung yang dianjurkan adalah creatinin kinase


CK)MB dan cardiac specific troponin (cTn) T atau cTn I, yang dilakukan secara se
cTn digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusa
tot skeletal karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB

CK-MB

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri
atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10 menit sejak kedatangan di IG
ebagai landasan dalam menentukan keputusan terapi reperfusi
ika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik untuk STEMI tetapi pasien tetap
imptomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serian dengan interval 5-1
menit atau pemantauan EKG 12 sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk
mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen ST

Tatalaksana

atalaksana pra RS
Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
Pemanggilan tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi
Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf
medis dokter dan perawat yang terlatih
Melakukan terapi reperfusi

Tatalaksana di ruang emergensi (tatalaksana umum)


Oksigen 4 L/menit via nasal kanul suplemen oksigen harus diberikan ada pasi
dengan saturasi oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dap
diberikan oksigen selama 6 jam pertama
Nitrogliserin Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan do
0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit
Morfin Morfin dapat diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang denga
interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Morfin diberikan pada pasien yan
tidak responsif dengan terapi tiga dosis nitrat sublingual

spirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
ektif pada spektrum sindroma koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase
ombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
spirin dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya diberikan peror
engan dosis 75-162 mg
lopidogrel Clopidogrel 300 mg (telan) dilanjutkan dengan 1x75 mg per oral
Clopidogrel direkomendasikan sebagai antiplatelet pengganti pada pasien-pasien
ang alergi aspirin. Kombinasi aspirin dan clopidogrel lebih superior dibandingkan
spirin sendiri dalam mengurangi mortalitas kardiovaskular, kejadian penyakit jan
ekuren, dan stroke pada pasien UAP atau NSTEMI
VFD Ringer laktat 12 tetes/menit memenuhi kebutuhan cairan pasien

atalaksana di ICU
Aktivitas pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama
Diet pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam
karena risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard
Sedasi pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan
periode inaktivitas dengan penenang. Pada pasien ini diberikan alprazolam 0,5 m
tab. Beberapa efek dari Alprazolam adalah anti cemas, hipnotik (membuat ngan
pelemas otot rangka dan anti kejang

aluran pencernaan (bowels) : istirahat di tempat tidur dan efek menggunakan


arkotik untuk menghilangkan rasa nyeri sering mengakibatkan konstipasi,
ehingga dianjurkan penggunaan kursi komod di samping tempat tidur, diet tingg
erat, dan penggunaan pencahar ringan secara rutin. Pada pasien ini digunakan
eberapa obat-obatan seperti laxadin syrup (untuk mengurangi demand pasien
elama hari perawatan dalam proses ekskresi), omeprazole inj. 40 mg x 1 diguna
ntuk mengurangi stress ulcer selama pasien dirawat, ondansentron inj. 8 mg x 1
igunakan untuk mengurangi rasa mual yang terjadi pada pasien (bila diperlukan
ntikoagulan pada pasien ini diberikan inj. Arixtra (Fondaparinux) 2,5mg/0,5 m
x 1. Merupakan terapi tambahan pada pasien STEMI yang ditangani dengan
ombolitik. Diberikan dengan dosis 2,5 mg 1x/hari. Dosis pertama diberikan seca
an dosis selanjutnya diberikan secara injeksi subcutan dilanjutkan hingga 8 hari
tau hingga pulang dari RS.

KESIMPULAN

egakkan diagnosa dari kasus ini didapatkan dari keluhan pasien yaitu adanya
ri dada berupa rasa tertekan yang menjalar ke lengan kiri dan punggung dan
langsung menetap > 20 menit disertai mual, dan sesak nafas yang muncul
t istirahat yang merupakan keluhan pada pasien dengan iskemia miokard
gan nyeri dada tipikal. Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan
g berarti, akan tetapi tekanan darah pasien 180/110 mmHg. Pada
meriksaan hematologi, didapatkan peningkatan leukosit (pada keadaan infark
okard, jumlah leukosit dan netrofil akan meningkat akibat respon dari stress
ut), eritrosit, Hb, dan Ht. Pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya elevasi
men ST di lead V1-V3, hal ini menunjukkan lokasi adanya infark yaitu di
ian anteroseptal. Pada pemeriksaan penanda jantung ditemukan peningkatan
onin I sebesar 32 ng/mL dari nilai normal < 0,1 ng/mL dan CK-MB sebesar
32 ng/mL dari nilai normal < 3,74 ng/mL. Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau
ponin I/T merupakan marka nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk
gnosis infark miokard

i pada pasien ini adalah sebagai berikut bed rest, oksigen 4 L/menit, IVFD
er Laktat 12 tetes/menit, aspirin 160 320 mg (kunyah) dilanjutkan dengan
0 mg per oral, clopidogrel dengan dosis awal 300 mg tab dilanjutkan dengan
pemeliharaan 75 mg/hari, ISDN 5 mg sublingual, bila diperlukan atau nyeri dad
h berlangsung dapat diberikan nitrogliserin tab sublingual/intravena, bila 3 dosis
gliserin tidak merespon, maka diberikan morfin sulfat 1- 5 mg intravena, dapat
ng setiap 10 30 menit, laxadin syrup 2 x C1, Inj. OMZ 40 mg x 1, Inj. Ondansen
x 2, alprazolam 0,5 mg tab 0-0-1, Inj. Arixtra 2,5mg/0,5 ml 1 x 1 SC (hingga 5 h
elektrolit, periksa rontgen thoraks PA, kateter urin (cek tiap jam)

THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai