Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

DERMATITIS ATOPIK
TIPE ANAK

Preseptor Dian Mardianti dr., SpKK,


FINS-DV
Kelompok XLVI-A & XLV
Presentan:
Kania Deba Alaya 4151141449
Dilita Triani Putri 4151141008
Faritsi Nurul Tsani 4151141485
Amalia Prarizkahati 4151141507
Partisipan:
Najmah Nur Islami
4151141457
Rizkia Alifa Fitriani
4151141443
Dara Fuji Rahayu 4151141447
Heppy Ennitasari 4151141480

Keterangan Umum
Nama
: An. SC
Suku bangsa : Sunda
Usia : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat
: Asrama Pusdik Letpasus Jl. Saptamarga K24
Batujajar, Kab. Bandung Barat
Pendidikan
Ayah
: Sarjana
Pendidikan Ibu : Diploma
Pekerjaan Ayah: TNI-AD
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Status marital : Menikah, dengan 2 anak

Keluhan Utama
(Aloanamnesis)
Bruntus-bruntus kemerahan pada leher, kedua lipat
siku, punggung, dan kedua lipat lutut yang terasa gatal.

Penjabaran Keluhan Utama


Sejak 6 bulan yang lalu bruntus-bruntus kemerahan di leher,
kedua lipat siku, punggung, dan kedua lipat lutut yang berukuran
kira-kira sebesar telapak tangan bayi timbul kembali dan terasa
gatal kembali terutama saat berkeringat sehingga Os sering
menggaruknya. Sejak 3 bulan yang lalu, karena sering digaruk
bruntus-bruntus kemerahan tersebut melebar menjadi berukuran
kira-kira sebesar telapak tangan orang dewasa dan gatal
bertambah berat. Sejak 2 bulan yang lalu, karena keluhannya
tersebut Os mengobati keluhannya dengan membeli krim Ezerra di
apotek dan dioleskan sebanyak 3-4x sampai saat ini. Keluhan gatal
dirasakan membaik namun kelainan kulitnya tidak pernah sembuh.
Keluhan tersebut sering kambuh + 2-3 kali dalam sebulan hingga
saat ini.

Perjalanan Penyakit
Sejak Os berusia 4 bulan, timbul papul-papul eritema pada
kedua pipi yang berukuran sebesar kepala jarum pentul sehingga
Os sering menggaruknya. Karena sering digaruk, sejak Os berusia
6 bulan papul-papul eritema pada kedua pipi membesar menjadi
plak eritema sebesar telapak tangan bayi. Karena keluhan
tersebut, Ibu Os membawanya ke dokter anak di klinik dekat
rumah lalu diberi salep dengan kemasan seperti odol yang
berwarna putih, tidak lengket dan tidak berbau yang dioleskan 2x
sehari selama seminggu. Keluhan dirasakan membaik dan tidak
pernah kambuh lagi.
Sejak 3 tahun yang lalu, bruntus-bruntus kemerahan
serupa timbul pada kedua lipat siku dan kedua lipat lutut yang
terasa gatal terutama saat berkeringat. Sejak 2 tahun yang
lalu, timbul bruntus-bruntus kemerahan serupa pada leher dan
punggung berukuran sebesar kepala jarum pentul yang terasa
gatal dan Os sering menggaruknya, karena sering digaruk sejak
1 tahun yang lalu bruntus-bruntus kemerahan tersebut
menjadi berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp 500.

Sejak lahir kulit kepala Os berketombe. Sejak


Os berusia 2 bulan timbul papul eritema
berskuama halus pada dahi, alis, lipat hidung, dan
belakang telinga yang sering digaruk oleh Os.
Keluhan tersebut tidak diobati dan sembuh
dengan sendirinya.

Faktor Etiologi, Predisposisi, dan


Presipitasi
Os mengalami eksim pertama kali saat usia 2 bulan pada kedua pipi,

dan keluhan timbul kembali ketika usia 3 tahun pada kedua lipat siku dan
lipat lutut. Os sering mengeluhkan gatal-gatal pada badan sehingga sering
menggaruknya. Os memiliki kulit yang kering dan nampak seperti sisik ikan.
Riwayat asma atau bersin-bersin saat pagi hari dan cuaca dingin disangkal.
Os mengaku gatal dirasakan bertambah berat bila berkeringat. Apabila
Os mengkonsumsi susu formula, telur, udang, kulit ayam, dan ikan laut yang
tidak segar akan muncul bruntus-bruntus kemerahan pada kulit dan terasa
gatal. Keluhan juga timbul apabila Os menggunakan pakaian berbahan bulu,
berbaring di karpet berbahan bulu, dan menggendong kucing atau anjing.
Ibu Os mempunyai riwayat kaligata ketika cuaca dingin dan alergi makanan
laut terutama yang tidak segar. Ayah Os mempunyai riwayat bersin-bersin
pada pagi hari dan kaligata ketika cuaca dingin. Kakak Os yang berusia 12
tahun juga memiliki riwayat kaligata ketika cuaca dingin.

Keluhan bruntus-bruntus kemerahan serupa tidak ada


pada kulit kepala, dahi, alis, lipat hidung, dan belakang
telinga. Os mandi dua kali sehari dengan memakai sabun
lalu menggunakan handuk sendiri dan setelah itu memakai
baju sendiri yang sudah dicuci dan disetrika. Ibu Os
mengaku menyapu rumah setiap hari, mengepel 3 hari
sekali dan mengganti sprei serta sarung bantal 3 hari
sekali. Os tidur dengan kakaknya dalam satu tempat tidur.
Os tidak pernah bermain atau mengorek-ngorek tanah.

Riwayat Pengobatan
Sejak bayi, Os berulang kali berobat ke dokter anak di
klinik dekat rumahnya, lalu diberi salep dalam kemasan
seperti odol, berwarna putih, tidak lengket, dan tidak
berbau yang dioleskan 2x sehari selama 7 hari. Keluhan
dirasakan membaik namun tidak pernah sembuh.
Sejak keluhan timbul kembali 3 tahun yang lalu, Os
berobat baik ke dokter umum maupun dokter kulit di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dustira dan diberikan krim
betamethasone yang dioleskan 2x sehari selama 7 hari,
sirup cetirizine yang diminum sendok teh sebanyak 2x
sehari apabila gatal, dan pelembab kulit yang dioleskan 2x
sehari. Setelah melakukan pengobatan, keluhan dirasakan
membaik namun tidak pernah sembuh.

Anamnesis Tambahan
Riwayat batuk-batuk lama, penyakit maag,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kencing manis disangkal.

Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tanda Vital

: TD= 100/70 mmHg

N = 80x/menit R=

20x/menit
S = 36, 8 C
Status Gizi

: BB = 24 Kg
TB = 120 cm (Normoweight)

Lanjutan
Kepala

: Simetris

Mata

: Konjungtiva

: tidak anemis

Sklera
HERTOG sign

: tidak ikterik
: -/-

DENNISE MORGAN fold: +/+


Mulut dan THT : Tidak ada kelainan

Lanjutan
Leher
Thoraks

: Tidak ada kelainan


: Bentuk dan gerak simetris
Jantung : Bunyi jantung I dan II murni regular,
murmur (-), gallop (-)
Paru
: VBS kanan = kiri,
ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen : Datar lembut, BU (+) normal
NT epigastrium (-)
Hepar dan Lien : tidak teraba
Ekstremitas
: Tidak ada kelainan

Status Dermatologikus
Distribusi : regioner
Ad regio
: leher sisi depan, kedua lipat siku, punggung, kedua
lipat lutut.
Lesi
: multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, bentuk
tidak teratur,
plakat, batas sebagian besar tidak tegas,
menimbul, kering.
Efloresensi : plak eritema, plak hiperpigmentasi dengan skuama
halus di
atasnya, dan likenifikasi terutama di
kedua lipat siku dan kedua lipat
lutut.

Dennie-Morgan Infraorbital Fold

Leher sisi depan

Kedua lipat siku

Kedua lipat siku

Kedua Lipat Lutut

Kedua Lipat lutut kanan dan kiri

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan khusus :
- White dermografisme (+)
- Pemeriksaan KOH: hifa (-), spora (-)

White dermatography sign

10

10

Resume
Seorang anak berumur 6 tahun, yang merupakan anak kedua dari dua
bersaudara dengan kedua orangtua berpendidikan tinggi, bersosial ekonomi
cukup diantar ibunya dengan keluhan utama plak eritema, plak
hiperpigmentasi dengan skuama halus di atasnya dan likenifikasi meliputi
leher, lipat siku kanan dan kiri, punggung, lipat lutut kanan dan kiri yang
sering digaruk.
Dari anamnesis diketahui saat Os lahir kulit kepalanya berketombe.
Sejak Os berusia 2 bulan timbul papul eritema berskuama halus pada dahi,
alis, lipat hidung, dan belakang telinga yang sering digaruk oleh Os, keluhan
tidak diobati lalu sembuh sendiri.
Sejak Os berusia 4 bulan, timbul papul eritema pada kedua pipi yang
berukuran sebesar telapak tangan bayi dan sering digaruk oleh Os. Sejak 3
tahun yang lalu, keluhan serupa timbul kembali pada kedua lipat siku dan
kedua lipat lutut yang terasa gatal terutama saat berkeringat sehingga sering
digaruk. Sejak 2 tahun yang lalu, timbul bruntus-bruntus kemerahan serupa
pada leher dan punggung berukuran sebesar kepala jarum pentul yang terasa
gatal terutama saat berkeringat sehingga dan sering digaruk, karena sering
digaruk sejak 1 tahun yang lalu bruntus-bruntus kemerahan tersebut
menjadi berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp 500. Hingga saat ini,
keluhan tersebut sering hilang timbul + 2-3 kali dalam sebulan.

Sejak 6 bulan yang lalu bruntus-bruntus


kemerahan di leher, kedua lipat siku, punggung, dan
kedua lipat lutut
yang berukuran kira-kira sebesar
telapak tangan bayi timbul kembali dan terasa gatal
kembali terutama saat berkeringat sehingga Os sering
menggaruknya. Sejak 3 bulan yang lalu, karena sering
digaruk bruntus-bruntus kemerahan tersebut melebar
menjadi berukuran kira-kira sebesar telapak tangan
orang dewasa dan gatal bertambah berat.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Kepala : HERTOG sign : -/DENNISE MORGAN fold: +/+
Thoraks dan abdomen tidak ada kelainan

Status Dermatologikus
Distribusi : regioner
Ad regio
: leher sisi depan, kedua lipat siku, punggung, kedua
lipat lutut.
Lesi
: multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, bentuk
tidak teratur,
plakat, batas sebagian besar tidak tegas,
menimbul, kering.
Efloresensi : plak eritema, plak hiperpigmentasi dengan skuama
halus di
atasnya, dan likenifikasi terutama di
kedua lipat siku dan kedua lipat
lutut.

Diagnosa
Diagnosa Banding
Dermatitis atopik tipe anak
Dermatitis atopik dengan dermatitis seboroik

Diagnosa Kerja
Dermatitis atopik tipe anak

Usul Pemeriksaan Lanjutan


Pemeriksaan laboratorium :
- Pemeriksaan darah rutin
Skin prick test
Pemeriksaan serologis : IgE serum

Penatalaksanaan
Umum
Menghindari faktor pencetus (contoh: debu dan udara dingin)
Hindari untuk menggaruk luka
Konseling kepada orang tua pasien mengenai cara pengobatan
yang benar
Pasien mandi menggunakan sabun dengan pH netral
Khusus
Topikal :
- Krim triamcinolone acetonide 0,1% dioleskan 2-3x/hari selama 7
hari.
- Natural moisturizing factor (urea 10%)
Sistemik :
- Prednison 2 x 2 tab (dosis 12-24 mg/hari)
- Cetirizine 1 x 1 tab (bila gatal)

Resep
R/ krim triamcinolone acetonide 0,1% tube No. I (15 gr)
uc
R/ krim urea 10% tube No. I
uc
R/ Prednison tab 5 mg No. XVIII
2 dd 2 p.c
R/ Cetirizine tab 10 mg No. X
1 dd 1

Prognosis
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanationam
: dubia

PEMBAHASAN

Keterangan umum
Kasus ini dilaporkan karena; dari keterangan umum diketahui Os seorang
anak perempuan berusia 6 tahun yang merupakan anak kedua dari dua
bersaudara dengan kedua orangtua berpendidikan tinggi dan bersosial
ekonomi cukup. Os datang diantar ibunya dengan bruntus-bruntus
kemerahan pada leher depan, kedua lipat siku, punggung, dan kedua
lipat lutut yang terasa gatal.
Bruntus-bruntus kemerahan yang terasa gatal pada tempat tersebut
merupakan predileksi dari dermatitis atopik tipe anak. Predileksi tersebut juga
terdapat pada kelainan kulit lain seperti dermatitis seboroik, dermatofitosis, dan
skabies.

Dermatitis atopik (DA) adalah dermatitis endogen yang penyebabnya


tidak diketahui secara pasti dengan perjalanan penyakit bersifat
kronik residif diturunkan secara genetik yang mengenai sekelompok
orang dengan riwayat hipersensitivitas baik pada dirinya sendiri
maupun keluarga yang sedarah. Dermatitis atopik dibagi menjadi 3;
DA tipe infantil (2bln-2th), DA tipe anak (2-10 th), tipe remaja atau
dewasa (13-30 th).
Predileksi DA tipe infantil adalah wajah (kedua pipi yang tersebar
simetris) dan lesi dapat meluas ke dahi, kulit kepala, telinga, leher,
pergelangan tangan, dan tungkai terutama dibagian volar atau
fleksor. Pada tipe infantil predileksi terbanyak mengenai wajah
karena ASI yang tidak dibersihkan setelah menyusui akan menempel
di pipi bayi, dan ASI bersifat asam sehingga akan mengiritasi kulit
pipi yang menyebabkan rasa gatal. Umumnya awitan DA tipe infantil
terjadi pada usia 2 bulan karena mulai timbulnya sensasi gatal.
Predileksi DA tipe anak adalah fosa kubiti, fosa poplitea, fleksor
pergelangan tangan, kelopak mata dan leher yang tersebar simetris.

Keterangan umum
Os seorang anak perempuan berusia 6 tahun
Menurut Fitzpatrick, perbandingan kejadian DA antara laki-laki dan
perempuan adalah 1 :1,3
Pada penelitian di Hannover Jerman prevalensi dermatitis atopik
terjadi pada anak usia sekolah yaitu 5-9 tahun. Menurut data
kunjungan pasien baru di Poliklinik Departemen IK Kulit dan Kelamin
RSCM periode 2005-2007 terjadi pada kelompok usia 0-14 tahun.

Sejak Os berusia 4 bulan, timbul papul-papul


eritema pada kedua pipi yang berukuran sebesar kepala
jarum pentul sehingga Os sering menggaruknya. Karena
sering digaruk, sejak Os berusia 6 bulan papul-papul
eritema pada kedua pipi membesar menjadi plak eritema
sebesar telapak tangan bayi. Karena keluhan tersebut,
Ibu Os membawanya ke dokter anak di klinik dekat rumah
lalu diberi salep dengan kemasan seperti odol yang
berwarna putih, tidak lengket dan tidak berbau yang
dioleskan 2x sehari selama seminggu. Keluhan dirasakan
membaik dan tidak pernah kambuh lagi.
Keluhan tersebut kemungkinan adalah suatu DA tipe infantil yang
perjalanan penyakitnya kronik residif. Umumnya awitan DA
terjadi pada usia 2 bulan karena pada usia tersebut rangsang
sensorik untuk sensasi gatal sudah ada. DA
tipe infantil
umumnya hanya dapat membaik atau berkelanjutan menjadi tipe
anak seperti yang terjadi pada pasien ini.

Pada pasien DA, keluhan gatal dirasakan terus menerus


karena ambang gatal lebih tinggi dibanding normal
karena adanya gangguan sawar kulit sehingga kulit
cenderung kering (xerosis kutis). Pada pasien ini, rasa
gatal juga bertambah ketika berkeringat sehingga dapat
didiagnosis banding dengan dermatitis seboroik dan
tinea corporis, namun rasa gatal pada dermatitis
seboroik dan dermatomikosis tidak terus menerus,
biasanya dirasakan terutama bila pasien berkeringat.

Perjalanan Penyakit
Sejak 3 tahun yang lalu, bruntus-bruntus kemerahan
serupa timbul pada kedua lipat siku dan kedua lipat lutut yang
terasa gatal terutama saat berkeringat. Sejak 2 tahun yang
lalu, timbul bruntus-bruntus kemerahan serupa pada leher dan
punggung berukuran sebesar kepala jarum pentul yang terasa
gatal dan Os sering menggaruknya, karena sering digaruk
sejak 1 tahun yang lalu bruntus-bruntus kemerahan tersebut
menjadi berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp 500.
Sejak 6 bulan yang lalu bruntus-bruntus kemerahan di
leher, kedua lipat siku, punggung, dan kedua lipat lutut yang
berukuran kira-kira sebesar telapak tangan bayi timbul
kembali dan terasa gatal kembali terutama saat berkeringat
sehingga Os sering menggaruknya. Sejak 3 bulan yang lalu,
karena sering digaruk bruntus-bruntus kemerahan tersebut
melebar menjadi berukuran kira-kira sebesar telapak tangan
orang dewasa dan gatal bertambah berat. Keluhan tersebut
sering kambuh + 2-3 kali dalam sebulan hingga saat ini.

Menurut Fitzpatrick, perjalanan penyakit DA bersifat kronik residif. Reaksi yang


terjadi pada DA adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1, yaitu alergen yang masuk
kedalam kulit akan ditangkap oleh sel penyaji antigen (APC), diproses dan disajikan
kepada TH2, berikatan dengan kompleks reseptor sel T (TCR), sehingga mampu
mengeluarkan IL-4 dan membantu sel B memproduksi IgE yang menempati
reseptor di sel mast.
Bila IgE berikatan dengan alergen yang sama, akan memacu degranulasi sel mast
dan melepaskan berbagai mediator seperti histamin, kinin, bradikinin, tripsin,
papain, leukotriene B4, dan prostaglandin. Mediator tersebut menimbulkan
vasodilatasi, reaksi inflamasi, rasa gatal dan menifestasi inflamasi pada kulit.
Rasa gatal pada pasien DA disebabkan karena berkurangnya volume seramid karena
adanya mutasi pada gen seramid sehingga TEWL (trans epidermal water loss)
meningkat 2-5 kali dari orang normal yang akan meningkatkan penguapan air.
Seramid berasal dari lapisan lemak antarsel yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea
dan komponen protein dari keratin pada stratum korneum yang menjaga
kandungan air dalam kulit. Kerusakan barrier kulit akan memudahkan masuknya
alergen dan iritan.

Perjalanan Penyakit
Sejak lahir kulit kepala Os berketombe. Sejak Os berusia 2
bulan timbul papul eritema berskuama halus pada dahi, alis,
lipat hidung, dan belakang telinga yang sering digaruk oleh
Os. Keluhan tersebut tidak diobati dan sembuh dengan
sendirinya.
Keluhan tersebut adalah suatu dermatitis seboroik pada bayi.
Menurut Fitzpatrick, manifestasi dermatitis seboroik pada bayi dapat
berupa craddle cap, leiner disease, dan napkin area. Dermatitis seboroik
pada bayi terjadi karena hormon androgen dari Ibu yang masih
tinggi ketika bayi baru lahir dan akan sembuh dengan sendirinya.

Faktor Etiologi, Predisposisi,


Presipitasi
Os mengalami eksim pertama kali saat usia 2 bulan pada kedua
pipi, dan keluhan timbul kembali ketika usia 3 tahun pada kedua lipat
siku dan lipat lutut. Os sering mengeluhkan gatal-gatal pada badan
sehingga sering menggaruknya. Os memiliki kulit yang kering dan
nampak seperti sisik ikan. Riwayat asma atau bersin-bersin saat pagi
hari dan cuaca dingin disangkal.
Os mengaku gatal dirasakan bertambah berat bila berkeringat.
Apabila Os mengkonsumsi susu formula, telur, udang, kulit ayam, dan
ikan laut yang tidak segar akan muncul bruntus-bruntus kemerahan
pada kulit dan terasa gatal. Keluhan juga timbul apabila Os
menggunakan pakaian berbahan bulu, berbaring di karpet berbahan
bulu, dan menggendong kucing atau anjing. Ibu Os mempunyai
riwayat kaligata ketika cuaca dingin dan alergi makanan laut
terutama yang tidak segar. Ayah Os mempunyai riwayat bersin-bersin
pada pagi hari dan kaligata ketika cuaca dingin. Kakak Os yang
berusia 12 tahun juga memiliki riwayat kaligata ketika cuaca dingin.

Faktor etiologi dari DA tidak diketahui dengan pasti,


namun dapat diturunkan secara genetik, sehingga
genetik merupakan faktor predisposisi interna pada DA.
Jika kedua orangtua menderita sindroma atopik, maka
81% anaknya berisiko menderita DA. Apabila hanya salah
satu orangtua menderita sindroma atopik, maka risiko
menderita DA menjadi 59% yang termasuk ke dalam
kriteria Hanifin Rajka.

Kriteria Hanifin-Rajka
Kriteria Mayor

Kriteria Minor

History of flexural dermatitis


Onset under the age of 2 years
Presence of an itchy rash
Personal history of asthma
History of dry skin
Visible flexural dermatitis

Dry skin
Icthyosis
Palmar hyperlinearity
Keratosis pilaris
Type 1 allergy and increased serum IgE
Hand and foot dermatitis
Cheilitis
Nipple eczema
Incerase presence of S. aureus and H.
simplex
Perifollicular keratosis
Pityriasis alba
Early age of onset
Recurrent conjunctivitis
Dennie-Morgan inf

Kriteria William
1. Harus ada: Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada anak kecil)
2. Ditambah 3 atau lebih tanda berikut:
Riwayat perubahan kulit/kering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian anterior
dorsum pedis, atau seputar leher (termasuk kedua pipi pada anak <10
tahun)
Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopi pada anak <4 tahun
pada generasi-1 dalam keluarga)
Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
Dermatitis fleksural (pipi, dahi, dan paha bagian lateral pada anak <4 tahun
Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak dinyatakan pada anak <4tahun)

Riwayat Pengobatan
Sejak bayi, Os berulang kali berobat ke dokter anak di klinik dekat
rumahnya, lalu diberi salep dalam kemasan seperti odol, berwarna
putih, tidak lengket, dan tidak berbau yang dioleskan 2x sehari selama 7
hari. Keluhan dirasakan membaik namun tidak pernah sembuh.
Sejak keluhan timbul kembali 3 tahun yang lalu, Os berobat baik
ke dokter umum maupun dokter kulit di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS
Dustira dan diberikan krim betamethasone yang dioleskan 2x sehari
selama 7 hari, sirup cetirizine yang diminum sendok teh sebanyak 2x
sehari apabila gatal, dan pelembab kulit yang dioleskan 2x sehari.
Setelah melakukan pengobatan, keluhan dirasakan membaik namun
tidak pernah sembuh.
Patogenesis DA berdasarkan reaksi hipersensitivitas tipe 1 sehingga pengobatan
secara kausal adalah kortikosteroid baik topikal maupun sistemik dengan efek
antinflamasi yaitu antieritema, vasokonstriksi, antipruritus, antiproliferasi
(antimitotik) dan imunosupresan yaitu menghambat proliferasi sel limfosit T,
imunitas seluler, dan ekspresi gen, namun tetap saja perjalanan penyakitnya
bersifat kronik residif.

Pengobatan hanya dapat mengurangi gejala, keluhan


dapat membaik namun kelainan kulit tidak pernah
sembuh. Ketika Os bayi, obat yang diberikan
kemungkinan adalah krim kortikosteroid karena setelah
diobati keluhan membaik dan tidak pernah kambuh
kembali. Pada pasien ini diberikan krim Bethametason
yaitu kortikosteroid yang poten karena sudah kronikresidif, lokasinya berada pada kulit yang cukup tebal, dan
sudah terdapat likenifikasi

Anamnesis Tambahan
Riwayat batuk-batuk lama, penyakit maag, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung dan kencing manis disangkal.
Hal ini menunjukan bahwa Os tidak memiliki kontraindikasi
terhadap pengobatan yang akan digunakan yaitu kortikosteroid.

Status Dermatologikus
Distribusi : regioner
Ad regio
: leher sisi depan, kedua lipat siku, punggung, kedua
lipat lutut.
Lesi
: multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, bentuk
tidak teratur,
plakat, batas sebagian besar tidak tegas,
menimbul, kering.
Efloresensi : plak eritema, plak hiperpigmentasi dengan skuama
halus di
atasnya, dan likenifikasi terutama di
kedua lipat siku dan kedua lipat
lutut.

Status Dermatologikus
Pada status dermatologikus ditemukan adanya kelainan
kulit yang terdapat pada leher sisi depan, lipat siku kanan
dan kiri, punggung, lutut kanan dan kiri. Penyebaran lesi
tersebut sesuai dengan predileksi dermatitis atopik.
Pada efloresensi didapatkan plak eritema dan
hiperpigmentasi dengan skuama halus diatasnya dan
likenifikasi karena pada dermatitis atopik terjadi
peradangan disertai hiperkeratosis akibat proliferasi
keratinosit. Jika pasien terus menggaruk lukanya maka
akan timbul erosi, ekskoriasi, likenifikasi bahkan timbul
krusta.

Pemeriksaan Penunjang
White dermatographism test merupakan goresan pada
kulit penderita dermatitis atopik akan menyebabkan
kemerahan dalam waktu 5 menit diikuti dengan
vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih
dalam waktu 5 menit
Pada Os dilakukan pemeriksaan KOH karena untuk
mencari infeksi yang diakibatkan jamur. Pada Os tidak
ditemukan hifa atau spora sehingga kemungkinan tinea
korporis dapat disingkirkan

Diagnosa Kerja
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah dermatitis atopik
tipe anak karena pasien berusia 6 tahun dan telah
memenuhi kriteria Hanafin-Rajka.
Kriteria mayor (harus terdapat 3): riw. dermatitis fleksura,
onset pertama kali <2 tahun, pruritus, riw. kulit kering,
dermatitis fleksura yang terlihat
Kriteria minor (harus terdapat 3 atau lebih): kulit kering,
ikhtiosis, onset pada usia dini, dennie-morgan infraorbital
fold, terasa gatal bila berkeringat, alergi terhadap makanan,
white dermatographism

Usul Pemeriksaan
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan eosinophilia,
karena pada dermatitis atopik terbentuk mediator-mediator
yang menginduksi proliferasi eosinophil dan eosinophil ini
yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan jaringan
Pada pasien dermatitis atopik perlu dilakukan pemeriksaan
skin prick test untuk mengetahui alergen-alergen apa yang
berpotensi menimbulkan keluhan.
Pada pasien dermatitis atopik perlu dilakukan pemeriksaan
IgE serum oleh karena pada dermatitis atopik terjadi reaksi
hipersensitivitas tipe 1 yang menyebabkan peningkatan
titer IgE. 70-80% IgE meningkat pada pasien dermatitis
atopik.

Penatalaksanaan
Umum
Menghindari faktor pencetus. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kontak dengan alergen, karena DA bersifat
kronik residif jika pasien terkena paparan alergen
Hindari untuk menggaruk luka. Hal ini bertujuan untuk
mencegah komplikasi infeksi sekunder yang
diakibatkan luka akibat garukan
Pasien mandi menggunakan sabun dengan pH netral
bertujuan untuk menjaga kelembapan kulit supaya
tidak kering

Penatalaksanaan
Khusus (Topikal)
Krim triamcinolone acetonide 0,1%
Natural moisturizing factor (urea 10%)
Triamcinolone acetonide merupakan kortikosteroid potensi sedang
sehingga pemberiannya harus dalam bentuk salep agar
penetrasinya lebih lama dan efeknya lebih otimal. Pemberian salep
triamcinolone acetonide ini dipilih karena pasien masih anak-anak,
lesi pada kulit yang cukup tebal, dan pasien memiliki kulit yang
kering.
Natural moisturizing factor (urea) diberikan sebagai pelembab pada
kulit, dipilih karena merupakan standar BPJS.

Penatalaksanaan
Khusus (Sistemik)
Prednison; merupakan kortikosteroid sistemik kerja
sedang, diberikan karena merupakan standar BPJS.
Cetirizine; merupakan obat anti-histamine generasi II
(non-sedatif) yang memiliki efek untuk mengurangi rasa
gatal sehingga mengurangi frekuensi garukan yang
dapat memperburuk penyakit. Antihistamin non sedatif
ini memiliki keunggulan yaitu mencegah migrasi sel
inflamasi.

Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah hormon yang disekresi di dalam tubuh oleh
kelenjar suprarenal
Efek kortikosteroid:
Glukokortikoid; mempengaruhi metabolisme glukosa dengan peningkatan
gluconeogenesis sehingga dapat mengakibatkan glukosa dar lemak dan
protein
Mineralokortikoid; mempengaruhi metabolism mineral yaitu kortikosteroid
dapat menyebabkan retensi Na dan eksresi K

Efek kerja kortikosteroid:


Antinflamasi; antieritema, vasokonstriksi, antipruritus, antiproliferasi
(antimitotic)
Imunosupresan; menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas seluler, dan
ekspresi gen

Efek samping kortikosteroid topikal:

Atrofi
Strie atrofise
Telangiektasis
Purpura
Dermatosis akneformis
Hipertrikosis setempat
Hipopigmentasi
Dermatitis perioral
Menghambat penyembuhan ulkus
Infeksi mudah terjadi dan meluas
Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur

Efek samping kortikosteroid sistemik:


Lokasi

Macam efek
samping

Loka
si

Macam efek
samping

Lokasi

Macam efek
samping

Lokasi

Macam efek sampign

HPA axis

Krisis adrenal
(atrofi korteks
adrenal
sehingga tidak
dapat
mengatasi
stress)

Kulit

Striae fibrosis,
hirsutisme,
hipotrofi,
erupsi
akneformis,
purpura,
telangiektasis

Tulang dan
sendi

Gangguan
pertumbuhan
(anak),
osteoporosis,
scoliosis, nekrosis
avaskular

Sistem
imunitas

Rentan terhadap infeksi,


reaktivasi, tb dan
herpes simpleks,
keganasan

Metabolism
e

Hiperglikemia,
hyperlipidemia,
perlemakan
hati,
katabolisme
protein,
perubahan
Cushingoid

Mata

Katarak,
glaucoma

Saluran cerna

Ulkus gaster,
hipersekresi asam
lambung,
pankreatitis, lieti
regional, colitis
useratif

Lain-lain

Sindrom Cushing,
gangguan menstruasi,
pseudotumor serebri,
nyeri kepala, impotensi,
hyperhidrosis, flushing,
perubahan kepribadian,
nafsu makan
bertambah

Kardiovask
ular

Kenaikan
terkanan
darah, gagal
jantung

Dara
h

Kenaikan Hb,
Eritrosit,
leukosit, dan
limfosit
retensi
natrium,

Otot

Miopati
panggul/bahu,
hipotrofi, fibrosis

Prognosa
Qua ad vitam: ad bonam, karena DA tidak
menyebabkan kematian
Qua ad functionam: dubia ad bonam, dikhawatirkan
terjadi efek samping akibat pemakaian kortikosteroid
topikal jangka panjang
Qua ad sanationam: dubia, karena DA bersifat kronikresidif jika Os terpapar dengan alergen

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai