Anda di halaman 1dari 43

TUBERKULOSIS

Tuberkulosis

(TB)

penyakit

menular

disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Complex


:

Mycobacterium

Mycobacterium

tuberculosis

Bovis

dan

t.

),

Mycobacterium

Africanum terutama menginfeksi paru, dapat


juga mengenai organ lain

Sejarah

Catatan tentang TB sudah ada sejak zaman


purbakala, yaitu 4000 tahun SM
2 dokumen mencatat kasus TB pada
penduduk Mesir (circa 3400 SM). Didapatkan
kasus TB tulang dan kasus TB spinal disertai
abses m.psoas, terdapat pada mumi.
Catatan dari Cina (2 698 SM), kasus TB paru
dan TB ekstra paru.

Sejarah

Catatan lain yang diduga sebagai Tb paru pada


penduduk Indo-Aryan Hindu ( circa 1500 SM).
Dokumen tentang TB yang lebih lengkap dan
jelas berasal dari Yunani,
Asal kata phtisis diambil dari koleksi Hypocrates
yang menunjukkan beberapa tingkatan dan
bentuk kasus TB ( circa 400-375 SM)

ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis

Bentuk batang, ukuran 3 X 0,5 m (1-4, 0,3-0,6 m)

Obligat aerob

Sifat khusus : Asam lemak (asam mikolat), berikatan secara


kovalen

kepada

ikatan

peptidoglycan-polysaccharide

arabinogalactan tahan terhadap asam pada pewarnaan


disebut Basil Tahan Asam (BTA)

Sifat Khusus
Dinding sel Mycobacterium Tuberculosis
berhubungan dengan:

Daya tahan hidup kuman


Tahan pada pewarnaan
Resistensi /mutasi
Virulensi

Kuman TB :

Hidup beberapa jam tempat yang gelap


& lembab

Cepat mati sinar matahari : 5 menit ,


Pemanasan : 60o C : 20 mnt, 70o C : 5 mnt

Jaringan tubuh kuman dormant (tidur)


beberapa tahun

CARA PENULARAN

Kuman TB masuk tubuh


manusia melalui sal napas
menyebar dari paru ke
organ lain melalui sistem
peredaran darah, saluran
limfe atau penyebaran
langsung ke organ

KLASIFIKASI TB
I.

BERDASAR ORGAN YANG DISERANG


1. TB Paru : Kuman TB menyerang paru
a. TB Paru BTA +
- Sekurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA +
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA + dan foto rontgen
dada menunjukan gambaran TB aktif
b. TB Paru BTA
- sekurangnya 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA dan
rongent dada menunjukan gambaran TB aktif
2. TB Ekstra Paru : Kuman TB menyerang organ tubuh selain paru
a. TB Ekstra Paru Ringan
(TB : Kelenjar limpha, sendi, kelenjar adrenal dll)
b. TB Ekstra Paru Berat
(TB : Meningitis, usus, saluran kencing, kelamin, dll)

KLASIFIKASI TB
II.

BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN PENDERITA


1. Kasus Baru
Belum pernah diobati dengan OAT atau pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
2. Kambuh (Relaps)
Pernah diobati dengan OAT dan dinyatakan sembuh, kembali lagi dengan hasil
periksa dahak BTA +
3. Pindahan (Transfer in)
Sedang pengobatan TB pindah ke kabupaten lain
4. Penderita Lalai (Pengobatan setelah drop out/default)
Sudah berobat kurang satu bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih, datang kembali
berobat. Umumnya BTA +
5. Gagal
BTA + yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5
atau lebih.
6. Kronis
Hasil pemeriksaan masih BTA + setelah selesai pengobatan ulang kategori I

Risiko Penularan

Risiko tertular tergantung pada tingkat pajanan


dan percikan dahak

Risiko penularan tiap tahun ditunjukkan dengan


Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI),
yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi
TB selama satu tahun.

ARTI di Indonesia: 1-3%

DIAGNOSIS TB

Anamnesis

Pemeriksaan fisis

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : darah, dahak
Foto toraks
Uji Mantoux
Sitologi, histopatologi

ANAMNESIS
TB Paru
Gejala umum batuk 3 minggu
Gejala lain yang sering dijumpai
Dahak bercampur darah
Batuk darah
Sesak napas, nyeri dada
Badan lemah, nafsu makan , BB malaise,

keringat malam
demam

PEMERIKSAAN FISIS

Awal penyakit tidak dijumpai kelainan

Ronki

basah

didaerah

kelainan

terutama apeks paru

Stadium lebih lanjut proses penyakit


semakin luas kelainan yang ditemukan
semakin jelas

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Pemeriksaan darah
Darah rutin tidak spesifik
Lekosit normal atau sedikit
Limfosit
LED

Serologi, kurang bermakna untuk


menegakkan diagnosis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Dahak
Tujuan :

Menegakkan diagnosis dan klasifikasi

Menilai kemajuan pengobatan

Menentukan tingkat penularan

Dahak dikumpulkan diperiksa 3 kali


SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) atau setiap
pagi 3 hari berturut-turut

Dahak dikumpulkan / ditampung pada pot


bermulut lebar , berpenampang 6 cm atau
lebih dengan tutp berulir , tidak mudah
bocor atau pecah

FOTO TORAKS

Infiltrat

Kavitas

Efusi pleura , penebalan pleura, cincin


ektasis, destroyed lung atau lobus, lesi
milier,

Uji Tuberkulin
( Mantoux )

Intrakutan, 1 cc jarum no 26
0,0001 mg tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU
Dibaca 48-72 jam dianjurkan 72 jam
Positif : indurasi, vesikel, bula
> 10 mm pada gizi baik
> 5 mm pada gizi buruk
Hasil Positif : terinfeksi kuman TB
Positif palsu: infeksi MOTT, vaksin BCG
Negatif : benar atau anergi ( penyakit
sangat berat, malnutrisi, imunosupresi , penyakit
kronik,
kemoterapi)
Jika meragukan uji ulang

Histopatologi
Tuberkulosis

PRINSIP PENGOBATAN
1.

2.

3.

Penggunaan OAT
OAT harus dalam bentuk kombinasi beberapa jenis sesuai
Kategori pengobatan dalam jumlah cukup, dosis tepat dan sesuai
Kategori pengobatan.
Pengobatan dilakukan dengan Pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan dalam menelan obat
Pengobatan diberikan dalam dua tahap yaitu:
a. Tahap Intensif (awal)
OAT diberikan setiap hari dan perlu diawasi secara langsung.
Jika pengobatan diberikan secara tepat, penderita menular
menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu. Umumnya TB
BTA + menjadi BTA dalam 2 bulan
b. Tahap Lanjutan
Jumlah OAT lebih sedikit, tapi jangka waktu lebih lama.

REGIMEN PENGOBATAN
OAT PRIMER: Isoniasid (H), Ethambutol (E), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan
Streptomisin (S)
OAT LAIN: Na para amino salisilat, Kapreomisin, Mikasin, Kanamisin, sikloserin,
Etionamid, Rifapentin, Rifabutin
PADUAN OAT
1. OAT OBAT TUNGGAL
2. OAT KOMBIPAK
OAT disediakan dalam bentuk paket kombinasi (Paket Kombipak)
Tujuan: memudahkan dalam pemberian obat dan menjamin kelangsungan
pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa
pengobatan
3. OAT FIX DOS
Regimen dosis dalam bentuk kombinasi, tetapi di dalam tablet OAT sudah berisi
2,3 atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan

KODE STANDAR REGIMEN OBAT TBC


CONTOH: 2HRZS/4H3 R3
Artinya: Tahap intensif selama 2 bulan setiap hari dengan
Jenis OAT : HRZS
Tahap lanjutan: selama 4 bulan dengan OAT H
dan R 3 kali seminggu

REGIMEN PENGOBATAN DENGAN OAT KOMBIPAK


KATEGORI 1
a. Indikasi

b.

c.

Regimen
Artinya

Tahap
Pengobatan

: Penderita Baru TB Paru BTA +


Penderita Baru TB Paru BTA , rontgen paru +
Penderita TB Ekstra paru berat
: 2HRZE/4H3R3
: Tahap intensif 2 bulan setiap hari dengan HRZE,
diteruskan dengan Tahap Lanjutan 4 bulan dengan
diberi HR 3 kali seminggu.
Lama Terapi

Dosis per hari/kali


Tablet INH @
Kaplet.
Tablet.
300 mg
Rifampisin @
Pirazinamid
450 mg
@ 500 mg

Tablet.
Ethambutol
@ 250 mg

Intensif
(dosis harian)

2 Bulan

Lanjutan
(dosis
seminggu)

4 Bulan

3x

KATEGORI 2
a. Indikasi : Penderita Baru TB Paru BTA + yang sebelumnya pernah
diobati yaitu: Penderita Kambuh, Penderita Gagal dan
penderita setelah lalai.
b. Regimen : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
c. Artinya
: Tahap intensif 3 bulan terdiri dari 2 bulan dengan HRZES
setiap hari, dilanjutkan 1 bulan lagi dengan HRZE setiap
hari, diteruskan dengan Tahap Lanjutan 4 bulan dengan
diberi HRE 3 kali dalam 1 seminggu.
Tahap
Pengobatan

Intensif
(dosis harian)

Dosis per hari/kali


Lama Tablet INH
Kaplet.
Tablet.
Tablet.
Terapi @ 300 mg Rifampisin Pirazinamid Ethambutol
@ 450 mg
@ 500 mg
@ 250 mg
2 Bulan 1
1
3
3

Lanjutkan
1 Bulan 1
(dosis 3 x
seminggu)
Lanjutan
5 bulan 1
(dosis harian)

Vial
Streptomisin
@ 1,5 g
0,75

KATEGORI 3
a. Indikasi : Penderita Baru BTA dan rontgen positif ringan
Penderita TB Ekstra paru ringan
b. Regimen : 2HRZ/4H3R3
c. Artinya : Tahap intensif 2 bulan diberikan HRZ setiap hari
diteruskan Tahap Lanjutan 4 bulan dengan diberi HR 3 kali
dalam 1 seminggu.

Tahap
Pengobatan

Intensif
(dosis
harian)

Dosis per hari/kali


Lama Terapi Tablet INH @
Kaplet.
300 mg
Rifampisin @
450 mg

Tablet.
Pirazinamid
@ 500 mg

2 Bulan

Lanjutan
4 Bulan
(dosis
3x
seminggu)

OBAT SISIPAN
a. Indikasi : Jika pada akhir Tahap Intensif pengobatan dengan
Kategori 1 (Penderita Baru TB BTA +) atau Kategori 2
(Penderita BTA + pengobatan ulang) hasil pemeriksaan
dahak masih BTA +
b. Regimen : HRZE
c. Artinya : Pengobatan sisipan dengan HRZE setiap hari selama 1
bulan.

PENGOBATAN DENGAN OAT FDC


KEUNTUNGAN:

Mengurangi kesalahan peresepan karena OAT sudah dalam 1


sediaan

Mempermudah dalam pemberian dan penerimaan, jumlah lebih sedikit

Meninkatkan kepatuhan

Penderita tidak bisa pilih obat tertentu yang akan ditelan

Lebih mudah pengelolaan dan pembiayaan


KERUGIAN

Jika terjadi kesalahan peresepan dapat kelebihan atau kekurangan


dosis untuk semua jenis OAT

Jika terjadi efek samping sulit menentukan jenis OAT mana yang jadi
penyebabnya

PADUAN OAT FDC

Saat ini yang ada untuk:


- Regimen Kategori 1 dan Kategori 3 : 2(HRZE)/4(HR)3
- Regimen Kategori 2
: 2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3
Tablet
OAT-FDC
4FDC

2FDC

KOmposisi/Kandungan

Pemakaian

75
150
400
275

Tahap Intensif/awal dan


sisipan harian

mg INH
mg Rifampisin
mg Pirazinamid
mg Etambutol

150 mg INH
150 mg Rifampisin
Pelengkap Paduan Kategori 2:
Tablet Etambutol @ 400 mg
Injeksi vial streptomisin 750 mg
Aquabidest dan Spuit

Tahap Lanjutan 3 kali


seminggu

CONTOH :
Dosis pengobatan Regimen Kategori 1 dan Kategori 3: 2(HRZE)/4(HR)3
Berat Badan Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
(Kg)
(Tiap hari selama 2 bulan) 3 kali seminggu selama 4 bulan

30 37

2 tablet 4FDC

2 tablet 2FDC

38 54

3 tablet 4FDC

3 tablet 2FDC

55 70

4 tablet 4FDC

4 tablet 2FDC

Diatas 70

5 tablet 4FDC

5 tablet 2FDC

Contoh Dosis Pengobatan Regimen Kategori 2:


2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3

Berat
Badan
(kg)

Tahap Intensif
(Tiap hari selama 3 bulan
Setiap hari selama 2 Setiap hari selama 1 bulan
bulan

Tahap Lanjutan
(3 kali seminggu
selama 5 bulan)

30 37

2 Tab 4FDC
+ 500 mg
Streptomisin injeksi

2 tablet 4FDC

2 tablet 2FDC + 2
tablet etambutol

38 54

3 Tab 4FDC
+ 750 mg
Streptomisin injeksi

3 tablet 4FDC

3 tablet 2FDC + 2
tablet etambutol

55 70

4 Tab 4FDC
+ 1 g Streptomisin
injeksi
5 Tab 4FDC
+ 1 g Streptomisin
injeksi

4 tablet 4FDC

4 tablet 2FDC + 2
tablet etambutol

5 tablet 4FDC

5 tablet 2FDC + 2
tablet etambutol

Diatas 70

OBAT ANTI TBC


JENIS OAT

SIFAT

DOSIS YANG
DIREKOMENDASIKAN (mg/Kg)
Harian
3 X Seminggu

Isoniazid (H)

Bakterisid

5
(4-6)

10
(8-12)

Rifampicin (R)

Bakterisid

10
(8-12)

10
(8-12)

Pyrazinamid (Z)

Bakterisid

25
(20-30)

35
(30-40)

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

15
(15-20)

30
(20-35)

Streptomycin(S)

Bakterisid

15
(12-18)

15
(12-18)

ISONIAZIDA

Indikasi: Semua bentuk TB aktif


Kontraindikasi: hipersensitifitas, arthritis, kerusakan hati, kehamilan
(kecuali resiko terjamin)
Farmakodinamika
Bakterisid, sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik
akti (sedang berkembang). Mekanisme kerja: terganggunya sintesa
mycolic acid untuk pembentukan dinding bakteri
Farmakokinetika:
Cp mak 1-2 jam, T1/2 : 2-4 jam, metabolisme di hati (asetilasi dan
dehidrazinasi), Perlu perhatian untuk penderita penyakit hati dan Slow
acetylator of INH, Monitor hepatotoksik.
Ekskresi: 75-95% di kemih dalam 24 jam sebagai metabolit, sebagian
di liur dan tinja. Dapat melintasi placenta dan masuk ASI
INH Inhibitor kuat Cytochrom P-450 isoenzymes, pemakaian
bersamaan dengan obat lain dapat menimbulkan resiko toksis, karena
kadar obat darah meningkat. Perlu monitoring hepatotoksik bagi
penderita penyakit hati dan Slow acetylator of INH

ISONIAZIDA

Interaksi Obat;
Sebagai INH Inhibitor kuat Cytochrom P-450 isoenzymes, maka akan
meningkatkan kadar obat dalam darah jika diberikan bersamaan INH.
Seperti:
- Fenitoin, asam valproat, karbamasepin : obat ini dimetabolisme di
hati secara acetilasi, perhatian untuk asetilator lambat efek toksisitas
bisa lebih tinggi.
- Asetaminofen, hepatotoksik meningkat
- Teofilin, toksisitas teofilin meningkat
- Antasida, dapat menurunkan kadar INH
- Makanan menurunkan kadar INH

ISONIAZIDA

Efek Samping:
Neurologi: parestesia, neuritis perifer, insomnia, depresi, konvulsi dll
Hipersensitifitas: demam, menggigil, erupsi kulit (morbili, urtikaria) dll
Hepatotoksik: SGOT dan SGPT meningkat, bilirubinemia, hepatitis
dll
Metabolisme dan endokrin: defisiensi Vit B6, pelagra, glukosuria, dll
Hematologi: anemia, trombositopenia, agranulositosis dll
Saluran cerna: mual, muntah, sakit ulu hati, dll
Intoksikasi lain: sakit kepala, takikardia, mulut kering dll
Perhatian: Penderita sakit hati kronik, gagal ginjal, kehamilan

RIFAMPISIN

Indikasi: TB dalam kombinasi


Farmakodinamika:
Bakterisid, dapat membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh INH. Mekanisme kerja: menghambat sintesa enzim bakteri
Ribose Nukleotida Acid (RNA) polymerase

Farmakokinetika:
Cp mak 2-4 jam, T1/2 : 1,5-5 jam, terdistribusi ke seluruh jaringan dan
cairan tubuh, metabolisme di hati secara asetilasi, jadi metabolit aktif dan
tidak aktif, diekskresi di kemih, 50% nya dalam bentuk bebas, dapat
melintas plasenta

Rifampisin merupakan enzyme inducer kuat untuk Cytochrom P-450


isoenzymes, dapat menurunkan kadar obat dalam darah untuk obat yang
dimetabolisme oleh enzim tsb. Bila perlu dosis ditingkatkan 2 kalinya
dan diturunkan kembali 2 minggu setelah rifampisin dihentikan.

RIFAMPICIN
Interaksi Obat:
Sebagai inducer kuat Cytochrom P-450 isoenzymes, maka akan
menurunkan kadar obat dalam darah jika diberikan bersamaan
Rifampicin. Seperti:
- Amiodaron,Verapamil,
- Buspiron,
- Kloramfenikol, obat KB, diazepam, benzodiasepin
- Diltiazem
- Fluvastatin
- Gliburid, sulfonilurea
- Losartan dll
Perlu monitoring kadar dalam darah dan efek farmakologis

RIFAMPICIN

Efek Samping:
Saluran cerna: mual, muntah, kembung, diare anoreksia dll
SSP: rasa ngantuk, sakit kepala, pening, ataksia dll
Hipersensitifitas: demam, urtikaria, sariawan, hematuria dll
Hematologi: trombositopenia, anemia, leucopenia dll
Intoksikasi lain: proteinurea, gangguan menstruasi dll

PIRAZINAMID

Indikasi : TB (dalam kombinasi)


Kontraindikasi: hipersensitifitas, gangguan fungsi hati berat

Farmakodinamika :
Bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Mekanisme kerja: menghambat pembentukan asam
pyrazinamidase dari basil tuberculosis.

Farmakokinetika
Cp mak + 2 jam, T + 9 jam, dimetabolisme di hati dan diekskresi
dalam kemih
Efek Samping;
Hepatotoksis, anoreksia, gagal hati, muntah, mual, muntah, anemia,
Menghambat ekskresi asam urat dari ginjal menimbulkan
hiperurekimia perlu monitoring asam urat.

ETHAMBUTOL

Indikasi : TB (dalam kombinasi) dan jika diduga ada resistensi


Kontraindikasi: hipersensitifitas

Farmakodinamika
Bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah
resisten terhadap INH dan streptomisin. Mekanisme Kerja:
menghambat sintesis RNA pada kuman yang sedang membelah
sehingga tidak terbentuk mycolic acid pada dinding sel

Farmakokinetika
Cp mak 2-4 jam, lebih kuarng 40% terikat protein plasma, T : 3-4 jam
metabolisme di hati dengan 10% berubah jadi metabolit tidak aktif,
diekskresi melalui kemih

ETHAMBUTOL

Efek Samping
Gangguan penglihatan, jika terjadi segera dihentikan, buta
warna, penyempitan lapang pandang, sakit kepala, muntah
dll

Perhatian:
Perlu periksa fungsi mata sebelum pengobatan, ingatkan
penderita segera lapor jika ada gangguan mata. Tidak
dianjurkan untuk anak kurang 6 tahun. Diminum pada saat
perut isi.

STREPTOMISIN

Indikasi : TB (dalam kombinasi)


Kontraindikasi: Hipersensitifitas
Farmakodinamika
Bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang membelah.
Mekanisme Kerja: menghambat sintesa protein kuman dengan cara
mengikat RNA ribosomal
Farmakokinetika:
Cp mak 1-2 jam setelah i.m terdistribusi ke seluruh jaringan tubuh dan
cairan otak. T : 2-3 jam
Efek Samping:
Gangguan pendengaran dan ginjal
Perhatian: lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam, hentikan jika
sudah negatif

..Terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai