ILMU ANESTESI
ANESTESI UMUM
PENDAHULUAN
Jenis Anestesi
Anestesi Umum
Definisi
tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali
(reversibel)
WHO : keadaan tidak sadar yang disertai hilangnya
rasa sakit di seluruh tubuh, melalui pemberian obat
- obatan anestesi yang digunakan selama prosedur
pembedahan dan tindakan medis tertentu
Tujuan
menghilangkan rasa nyeri pada waktu pembedahan
(analgesia), menghilangkan ingatan (amnesia),
membuat tidur (narkosis), dan melemaskan otot
agar pembedahan berjalan baik (relaksan)
Farmakologi Obat
Anestesi
Anestesi Umum
Parenteral
Inhalasi
Distribusi
Anestesi Inhalasi
Pernafasan paru-paru
alveoli darah otak
Jar yg mempunyai aliran darah >>
dan lebih cepat cepat jenuh
dengan obat anestesi Otak
tekanan parsial zat anestesi di
dalam otak akan cepat meningkat
dan pasien cepat kehilangan
kesadaran, tidak nyeri, refleks (-)
Biotransformasi
Sebagian gas anestetik dimetabolisir
oleh hepar dengan sistem oksidasi
sitokrom P450
Obat anestesi inhalasi yang baik
adalah yang metabolisme <<,
metabolit yang toksik dapat
mengganggu hati dan ginjal.
Eliminasi
Terutama lewat paru-paru
Sisa metabolisme yang larut air
dikeluarkan lewat ginjal
Anestesi Inhalasi
Berdasarkan kemasannya:
Derivat eter.
Dietil eter
Metoksifluran
Enfluran
Isofluran
2. Gas
Nitrous oksida (N2O)
Siklopropan
Halotan
Cairan berwarna, baunya yang
enak dan merangsang jalan napas
sering digunakan sebagai induksi
anestesi kombinasi dengan N2O
Efek farmakologi
a. SSP
Depresi SSP di semua
komponen otak (pusat
kesadaran, sensorik, motorik)
Vasodilatasi PD otak CBF
ICP kraniotomi
b. Kardiovaskular
Depresi langsung pd SA node dan miokard,
relaksasi otot polos, inhibisi baroreseptor
hipotensi dan ggg irama jtg (bradikardi, VES,
VT, VF)
c. Respirasi
Pada konsentrasi >> depresi pusat nafas
cepat, dangkal VT dan vol nafas semenit
d. Ginjal
RBF dan GFR
Ekskresi bromid (ggg fx ginjal akumulasi)
e. Otot rangka
Potensisasi dengan pelumpuh otot non depol.
SC max 1 vol% (relax perdarahan)
f. Hati
Me aliran darah pd lobulus
sentral hati nekrosis sel hati
hepatitis post halothane
Metabolisme scr oksidatif dan
reduktif hepar kerja keras KI:
px ggg fx hepar dan pernah dpt
halotan < 3 bln
g. Suhu tubuh
me suhu tubuh
h. Metabolisme glukosa
Menghambat pelepasan insulin
gula darah
Dosis
1. Induksi = 2 3% bersama N2O
2. Pemeliharaan
Nafas spontan = 1 2,5%
Nafas kendali = 0,5 1%
Kontra indikasi
1. Ggg fx hati dan ggg irama jantung
2. Kraniotomi
Enfluran
Cair, tidak berwarna, tidak iritatif, berbau agak
harum, tidak eksplosif, lebih stabil dibandingkan
dengan halotan dan induksinya lebih cepat
dibandingkan dengan halotan
Biotransformasi
Hanya 2-8% metabolisme di hati, >> keluar utuh
lewat respirasi.
Pemulihan sangat cepat.
Efek farmakologi
a. SSP
Dosis > twitching (tonik-klonik) pada otot
muka dan anggota gerak terutama bila pasien
mengalami hipokapnea tidak dianjurkan pd
px yang mempunyai riwayat epilepsi
Vasodilatasi PD otak pd dosis < tdk
menimbulkan ICP dapat untuk op.
intrakranial
b. Kardiovaskular
Secara kualitatif efeknya sama dengan halotan
Kombinasi dengan adrenalin 3 kali lebih aman
dibanding halotan
c. Respirasi
Depresi respirasi ~ dosis
Iritasi mukosa jalan nafas (-)
d. Ginjal
RBF dan GFR diuresis
Fluorida anorganik hati-hati pd px dgn ggg fx
ginjal
e. Otot rangka
Menurunkan tonus otot rangka melalui
mekanisme depresi pusat motorik pada
serebrum
Potensisasi dengan pelumpuh otot non depol.
f. Hati
Ggg fungsi hati yang ringan
yang sifatnya reversibel
g. Uterus
Depresi tonus otot uterus,
namun respon uterus terhadap
oksitosin tetap baik selama
dosis enfluran rendah
Dosis
1. Induksi = 2 3% bersama N2O
2. Pemeliharaan
Nafas spontan = 1 2,5%
Nafas kendali = 0,5 1%
Kontra indikasi
1. Ggg fx ginjal
Isofluran
Cair, tidak berwarna, cukup iritatif terhadap
jalan nafas, induksi dan pemulihan relatif cepat
Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan melalui udara
ekspirasi
Hanya 0,2% dimetabolisme, konsentrasi
metabolit <<
Efek farmakologi
a. SSP
Kelainan EEG (-)
Vasodilatasi PD otak (-), perubahan
sirkulasi serebrum (-), autoregulasi CBF
tetap stabil, me konsumsi O2 otak
pilihan anestesi pada kraniotomi
b. Kardiovaskular
Depresi miokard dan PD lebih ringan, TD dan
nadi relatif stabil pilihan pd px yg
menderita kelainan kardiovask.
c. Respirasi
Depresi respirasi ~ dosis
d. Ginjal
RBF dan GFR diuresis
e. Otot rangka
Menurunkan tonus otot rangka melalui
mekanisme depresi pusat motorik pada
serebrum
Potensisasi dengan pelumpuh otot non depol.
f. Hati
ggg fx hati (-)
Dosis
1. Induksi = 2 3% bersama N2O
2. Pemeliharaan
Nafas spontan = 1 2,5%
Nafas kendali = 0,5 1%
Desfluran
Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan
melalui ekspirasi
Hanya < 0,1% dimetabolisme tubuh
Efek farmakologi
Hampir sama dgn isofluran, tetapi
menimbulkan rangsangan jalan
nafas tidak bisa untuk induksi
Simpatomimetik takikardi (tp TD
tetap normal)
Kontra indikasi
1. Pd px yg sensitif terhadap drug
induced hyperthermia
2. Hipovol berat
3. Hipertensi intrakranial
Sevofluran
Cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak iritatif
terhadap jalan nafas baik untuk induksi
Induksi dan pemulihan paling cepat
Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan melalui udara
ekspirasi
Hanya 2-3% dimetabolisme metabolit <<
b. Kardiovaskular
Aritmia (-)
Tahanan vask. dan curah jantung sedikit TD
sedikit
< atau tidak menyebabkan perubahan aliran darah
koroner aman untuk px PJK atau yg mempunyai
resiko penyakit jantung iskemik
c. Respirasi
Depresi respirasi ~ dosis
d. Hepar dan ginjal
Hepatotoksisitas (-). Me aliran darah ke hepar
paling << dibanding enfluran dan halotan
Ggg fx ginjal (-)
e. Otot rangka
Efek lebih lemah dibandingkan dengan isofluran
f. Uterus
Kontraksi uterus spontan dapat dipertahankan
Dosis
1. Induksi = 3 5% bersama N2O
2. Pemeliharaan
Nafas spontan = 2 3%
Nafas kendali = 0,5 1%
Kontra indikasi
1. Hati-hati pd px yg sensitif drug induced
hyperthermia
2. Hipovolemik berat
3. Hipertensi intrakranial
Efek Farmakologis
a. SSP
Analgesia, hipnotik (-)
Efek perubahan TIK <<
b. Kardiovaskular
TD tetap stabil
c. Respirasi
Iritasi epitel jalan nafas (-) dapat diberikan pd px asma
(resiko spasme bronkus -)
d. Gastrointestinal
Pengaruh thdp tonus dan motilitas (-)
e. Ginjal, pengaruh (-)
f. Otot rangka
Relaksasi (-)
g. Uterus
Kontraksi uterus tidak terpengaruh
h. Hematopoietik
Jangka lama anemia megaloblastik
Penggunaan klinik
Selalu dikombinasikan dengan
oksigen dengan perbandingan N2O :
O2 = 70 : 30 (untuk pasien normal),
60 : 40 (untuk pasien yang
memerlukan tunjangan oksigen yang
lebih banyak), atau 50 : 50 (untuk
pasien yang beresiko tinggi)
N2O hanya bersifat analgesia
lemah selalu dikombinasikan
degnan obat lain yang berkhasiat
sesuai dengan target trias
anestesia yang ingin dicapai.
Nitrou
s
Halotan
Oksida
0
-*
0
0
0
-*
Enfluran
Isofluran/
Desfluran
Sevoflura
n
--*
++*
--*
0
+
--*
0
0
--
-*
---*
--*
--*
--
0
+
+
+
-
0
0
++
++
-
0
++
+
+
-0
+
+
-
0
+
+
-
--
--
+
0
++
+
++
++
+
+
+
+
Obat Anestesi
Intravena
Kegunaan:
Induksi
Rumatan anestesi
Sebagai tambahan pada
analgesi regional
Contoh Obat:
Thiopental,
Ketamin,
Propofol dan
Fentanil.
Thiopental
Pentothal, thiopentone
Dalam bubuk, dalam ampul 500 mg
atau 1000 mg
Dosis dan cara pemakaian :
Untuk induksi, dibuat larutan dalam
akuades atau NaCl 0,9% dengan
konsentrasi 2,5% atau 5%. Dosis
untuk induksi adalah 4-5 mg/kgBB
diberikan IV perlahan.
Propofol
Diprivan, recofol, safol
Sediaan cairan emulsi lemak
berwarna putih susu
Berisi 20 ml/ampul dengan kepekatan
1% (1 ml = 10 mg), tidak larut dalam
air dan bersifat asam.
Suntikan intravena menyebabkan
nyeri
Khasiatnya hipnotik murni, tidak
mempunyai efek analgetik maupun
relaksasi otot.
Ketamin
Dosis bolus untuk induksi intravena
ialah dalam larutan 1% 1 2 mg/kgBB
pelan-pelan dan untuk intramuskular
5 10 mg
Ketamin dikemas dalam cairan
bening, bersifat agak asam dan
disimpan dalam vial berwarna cokelat
Kepekatan 1% (1 ml = 10 mg), 5% (1
ml = 50 mg) dan 10% (1 ml = 100
mg).
Opioid
Morfin, petidin, fentanil, sufentanil
Opioid tidak mengganggu
kardiovaskular, sehingga banyak
digunakan untuk induksi pasien
dengan kelainan jantung.
Fentanil
Dosis analgesia, 1-2 g/kgBB (IM)
dan untuk induksi anestesia 100200 g/kgBB intravena.
OBAT PELUMPUH
OTOT
Penggunaannya :
Untuk fasilitas intubasi pipa
endotrakeal
Relaksasi otot pada reposisi fraktur
tertutup atau dislokasi sendi.
Menghilangkan spasme laring
Relaksasi lapangan operasi terutama
pada operasi yang berlangsung
singkat.
Penggunaannya :
Untuk fasilitas intubasi pipa
endotrakeal
Membuat relaksasi lapangan operasi
Menghilangkan spasme laring dan
reflex jalan nafas
Memudahkan nafas kendali
Mencegah fasikulasi otot akibat
suksinilkolin
Stadium Anestesi
Untuk melakukan anestesi inhalasi
dengan aman perlu untuk mengetahui
kedalaman anestesi. Salah satu penyebab
kematian selama anestesi adalah terlalu
dalamnya anestesi yang dilakukan.
Kedalaman anestesi ini dibagi dalam 4
tahap (stadium atau stage) :
Tahap 1 (analgesia)
Tahap 2 (eksitasi)
Tahap 3 (pembedahan)
Tahap 4 (paralisis)
Tahap 1 (analgesia):
dimulai dari saat induksi sampai
hilangnya kesadaran.
Tahap 2 (eksitasi) :
dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai nafas menjadi teratur
(otomatik). Pasien sering merontaronta, menahan nafas, batuk, dan
muntah.
Tahap 3 (pembedahan) :
dimulai saat pernafasan mulai teratur
Tahap 4 (paralisis) :
kelumpuhan total otot diafragma,
nafas berhenti, pupil dilatasi
maksimal, penderita di ambang
kematian.
TERIMA
KASIH
SAVE THE WORLD
WITH
OUR HAND