Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI

TAWASSUL DENGAN
BENAR
Oleh: Muhyiddin Abdussomad

IFTITAH



Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya

akan

Sesungguhnya

Kuperkenankan

bagimu.

orang-orang

yang

menyombongkan diri dari menyembah (berdoa


kepada) ku, akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina. (Al Mukmin, 60)

IFTITAH
Ada banyak cara yang bisa dilakukan ketika
berdoa, di antaranya adalah:
1) Meminta langsung kepada Allah SWT tanpa
melibatkan siapapun.
2) Memilih tempat yang mulia misalnya di Kabah,
Masjid, makam para nabi dan wali.
3) Menyebut orang yang dimuliakan Allah SWT
seperti nabi, para wali dan orang shalih. atau
4) Menjadikan amal shalih sebagai wasilah agar
keinginannya
dikabulkan,
misalnya
bersedekah, shalat hajat, agar hajatnya
dikabulkan Allah SWT.

Definisi Tawassul

Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau


terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah
dengan menyebut nama seorang nabi atau wali
untuk memuliakan (ikram) keduanya. (Al-Hafizh
al-Abdari, al-Syarh al-Qawim, hal. 378).

Mahallul Ikhtilaf
Sebenarnya,
seorangpun

sebagai
yang

sebuah
dapat

doa,

tidak

membantah

keabsahan tawassul. Dalil-dalil yang sharih


telah

menegaskan

tentang

kebolehan

tawassul. Dalam tata cara berdoa sangat


dianjurkan untuk berdoa di tempat dan waktu
yang mustajabah. Anjuran ini sama artinya
dengan menjadikan tempat atau waktu itu
sebagai wasilah agar doa seorang muslim

Mahallul Ikhtilaf
Dalam tiga kategori tawassul yang telah
disebutkan
bahwa

sebelumnya,

ulama

sepakat

menjadikan amal shalih sebagai

sarana tawassul adalah dibenarkan. Dalil dalil


dari Al Quran dan Al Hadits sudah sangat
tegas menyatakan kebolehannya. Ketika Allah
SWT menjanjikan balasan yang lebih bagi
orang yang bershadaqah, maka di dalamnya
ada kebolehan untuk menjadikan shadaqah
sebagai wasilah untuk mendapatkan balasan-

Mahallul Ikhtilaf
Yang dipermasalahkan adalah tawassul
dengan orang atau tempat yang mulia.
Ada tuduhan bahwa perbuatan ini adalah
syirik, menyekutukan Allah SWT dengan
yang lainnya. Tidak boleh tawassul
dengan orang mulia ketika ia masih hidup
apalagi setelah meninggal dunia. Begitu
pula tidak boleh bertawassul dengan
tempat-tempat

mulia

seperti

makam

TABAYYUN




Hai
orang-orang
yang
beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan (wasilah) yang mendekatkan diri
kepada-Nya. (QS. Al-Maidah : 35).

TABAYYUN
Al-Hafizh Ibn Katsir mengartikan al wasilah
pada ayat ini dengan pengertian yang
sangat umum. Beliau mengatakan:

Wasilah adalah segala sesuatu yang


dapat menjadi sebab sampai pada tujuan.
(Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 2/50).

Nabi SAW mengajarkan


tawassul

.(




Ya Allah aku memohon dan memanjatkan doa
kepada-Mu dengan Nabi kami Muhammad, Nabi
pembawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya
aku memohon kepada Tuhanku dengan engkau
berkait dengan hajatku agar dikabulkan.

Sahabat Nabi bertawassul


kepada Nabi setelah beliau wafat
Hadits riwayat Ibn Abi Syaibah, Al-Baihaqi dan lain-lain:
Diriwayatkan dari Malik Al-Dar, bendahara Khalifah Umar bin AlKhaththab, bahwa musim paceklik melanda kaum Muslimin pada
masa Khalifah Umar. Maka seorang sahabat (yaitu Bilal bin AlHarits Al-Muzani) mendatangi kuburan Rasulullah dan
mengatakan:

Hai Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah untuk umatmu


karena sungguh mereka benar-benar telah binasa. Kemudian
orang ini bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan beliau
berkata kepadanya: Sampaikan salamku kepada Umar dan
beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka, dan katakan
kepadanya bersungguh-sungguhlah melayani umat. Kemudian
sahabat tersebut datang kepada Umar dan memberitahukan apa
yang dilakukannya dan mimpi yang dialaminya. Lalu Umar
menangis dan mengatakan: Ya Allah, saya akan kerahkan

Sahabat Nabi beristighatsah


Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam
Al-Adab Al-Mufrad:

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar , bahwa


suatu ketika kaki beliau terkenal mati rasa, maka
salah seorang yang hadir mengatakan kepada
beliau: Sebutkanlah orang yang paling Anda
cintai! Lalu Ibn Umar berkata: Ya Muhammad.
Maka seketika itu kaki beliau sembuh.

Ikhtitam
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa tawassul dengan
segala bentuknya adalah usaha yang dilegitimasi oleh
syara. Dengan catatan, seorang mukmin yang bertawassul, tetap berkeyakinan bahwa:

Doa hanya ditujukan kepada Allah semata, karena para


Nabi dan para wali tidak mampu mendatangkan
bahaya dan menciptakan manfaat, tetapi kita
memohon kepada Allah dengan berkah mereka seraya
berharap terwujudnya apa yang kita inginkan.

IKHTITAM
Amal shalih yang dilakukan, atau para nabi dan para wali
yang disebut tidak lain hanyalah sebab dikabulkannya
permohonan hamba karena kemuliaan dan ketinggian
derajat mereka. Ketika seorang nabi atau wali masih
hidup, Allah yang mengabulkan permohonan hamba.
Demikian pula setelah mereka meninggal, Allah juga yang
mengabulkan permohonan seorang hamba yang bertawassul dengan mereka, bukan nabi atau wali itu
sendiri. Sebagaimana orang yang sakit pergi ke dokter
dan meminum obat agar diberikan kesembuhan oleh
Allah, Sedangkan dokter atau obat hanyalah sebab
kesembuhan. Jika obat adalah contoh sabab di (sebabsebab alamiah), maka tawassul adalah sabab syari

Anda mungkin juga menyukai