AINUL YAQIN
ANJING HU AKBAR
sumber: Tempo, Selasa,
12 Oktober 2004
:
(217 :2 )
: ......
......
Wajib atas setiap muslim memelihara eksistensi
keislamannya dan menjaga dari segala hal yang merusak,
membatalkan, atau memutuskan keislamannya yaitu
kemurtadan. Dan semoga Allah senantiasa melindungi
kita semua dari hal-hal diatas. .Murtad itu ada tiga
klasifikasi yaitu murtad keyakinan, murtad tindakan, dan
murtad ucapan.
)
(
Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tidak
bertambah petunjuknya maka tidak bertambah dari sisi
Allah kecuali jauhnya (HR. Al-Dailami)
Pengertian Sekularisme
dari kata Sekular yang berasal dari bahasa Latin saeculum
yang bermakna ganda yakni ruang dan waktu. Istilah ruang
kemudian menunjuk pada pengertian di sini, di dunia atau
keduniaan/kebendaan, sedangkan waktu menunjuk pada
kekinian (al Attas: Islam and Secularism, page: 16)
Sekularisasi artinya pembebasan dari agama (Secularization
the deliverance of man first from religion) (al Attas: Islam
and Secularism, page: 17)
Sekularisasi juga bermakna pelepasan diri dari ikatan
agama atau pemisahan antara urusan dunia dan akhirat
(Harvey Cox, The Secular City, hal 2)
Sekularisme adalah aliran atau sistem doktrin dan praktik
yang menolak segala bentuk yang diimani dan diagungkan
oleh agama; atau pandangan bahwa masalah keagamaan
(ukhrawi/surgawi) harus terpisah sama sekali dari masalah
kenegaraan (urusan duniawi).
Pengertian Liberalisme
Istilah Liberalisme berkaitan dengan kata Libertas
(bhs. latin) yang artinya kebebasan (A. Heuken SJ:
Ensiklopedi Gereja).
Liberalisme sebagai istilah diartikan sebagai sebuah
ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah
nilai yang utama (sumber: Wikipedia Ensiklopedi
Online)
'Liberalisme' juga didefinisikan sebagai suatu etika
sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan
(Coady, C. A. J)
Prinsip dasar liberalisme adalah keabsolutan dan
kebebasan yang tidak terbatas
Cakupan Liberalisme
Faham liberalisme memasuki berbagai bidang
antara lain:
07/10/16
12
A. PROBLEM SEJARAH
1. Eropa mengalami zaman pertengahan atau disebut juga
Abad kegelapan (The dark Eges) dimulai sejak
runtuhnya Imperium Romawi tahun 476 M s/d masa
renaissance (lahir kembali) abad ke-14
a.
ISLAM LIBERAL
Berpijak pada:
Relatifisme (menganggap semua kebenaran
subyektif), menolak klaim kebenaran agama,
menolak fatwa aliran sesat dll.
Skeptisisme (meragukan kebenaran) menjadikan
keraguan sebagai pijakan berfikir meragukan
Mushaf Utsmani, meragukan al-Hadits,
Dan bahkan agnostisisme (pengingkaran atas
adanya kebenaran) manusia tidak mampu
mencapai kebenaran menolak hukum Tuhan
Dalam Studi kritik Quran pertama kali yang perlu dilakukan adalah
kritik historisitas Quran. Adalah Muhammad saw seorang figur yang
saleh dan berhasil mentransformasikan nalar kritisnya dalam berdialektika
dengan realitas Arab. Namun setelah Muhammad saw wafat, generasi
pasca-Muhammad terlihat tidak kreatif. Jangankan meniru kritisisme dan
kreatifitas Muhammad dalam memperjuangkan perubahan realitas
zamannya, generasi pasca-Muhammad tampak kerdil dan hanya
membebek pada apa-apa saja yang asalkan dikonstruk Muhammad. Dari
sekian banyak ketidakkreatifan generasi pasca-Muhammad yang paling
mencelakan adalah pembukuan Quran dengan dialek Quraisy oleh
Khalifah Ustman Ibn Affan yang diikuti dengan klaim otoritas mushafnya
sebagai mushaf terabsah dan membakar mushaf-mushaf milik sahabat
yang lain. Imbas dari sikap Usman yang tidak kreatif ini adalah terjadinya
militerisme nalar Islam untuk tunduk mensakralkan Quran produk
Quraisy
(Pengantar Redaksi Jurnal Justisia Fakultas Syariah IAIN Semarang
edisi 23 th XI)
Pandangan Troeltsch:
Dalam semua agama termasuk Kristen selalu
mengandung elemen kebenaran dan tidak satu
agama pun yang memiliki kebenaran mutlak (dimuat
dalam buku Chistianity and Other Religions, edited
by JohnHick and Brian Hebblethwaite)
Pandangan Ulil Abshar Abdalla:
Semua agama sama. Semuanya menuju jalan
kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar.
(Gatra 21 Desember 2002)
45
46
: :
Ihya Juz I, dar al-Marifah, 1982 hal.59
(Tanwirul Qulub)
Implementasi
al-Tawassuth, al-tawazun, wa al-itidal
1. Keseimbangan antara dalil aqli dan naqli dengan
menempatkan dalil aqli di bawah dalil naqli
2. Dalam memahami sifat Allah tidak tathil
(mengingkari sifat-sifat Allah seperti yang dilakukan
oleh kaum muatthilah) , tidak tajsim
(menggambarkan Allah mempunyai organ tubuh
seperti kaum mujassimah), dan tidak tasybih
(menyerupakan Allah dengan makhluk seperti kaum
musyabbihah)
3. Berpegang teguh pada al-Quran dan al-sunnah
dengan mengikuti pemahaman al-salaf al-shaleh
4. Bersikap toleran pada masalah-masalah furuiyah