Anda di halaman 1dari 69

Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I.

Koordinator Bidang Dakwah


Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

BIODATA PEMATERI

FOKUS KAJIAN

A. Tinjauan Historis Lahirnya Paham-Paham


Keberagaman (Syiah, Khawarij, Mutazilah, dan
Ahlussunnah Wal-Jamaah)

B. Konsep Bermadzhab dan Penelusuran


terhadap Kelompok-Kelompok yang Mengklaim
sebagai Penganut Aswaja.

A. Tinjauan Historis Lahirnya Paham-Paham


Keberagaman

1)
2)
3)
4)

Syiah
Khawarij
Mutazilah
Ahlussunnah Wal-Jamaah

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

Primordialisme kesukuan
yang merupakan warisan
jahiliyah.
Perebutan kepemimpinan.
Persinggungan dengan
pengikut agama lain.
Penerjemahan materi-materi
filsafat.
Mengkaji permasalahanpermasalahan yang sulit
dipahami oleh akal.
Metode Penafsiran terhadap
ayat-ayat mutasyabihat.
Istinbath al-Ahkam.

HALAMAN 169

Syiah adalah kelompok


yang mendukung Ali RA
secara khusus, meyakini
kepemimpinan dan
kekhilafahannya secara
nash dan wasiat, baik
secara jelas maupun
samar. Mereka juga
meyakini bahwa hak
kepemimpinan ini tidak
lepas dari keturunannya.
Jika kepemimpinan itu
lepas, maka disebabkan
karena kezhaliman dari
selainnya (Ali), atau
karena taqiyyah dari Ali.






,
,


.(4-2 : )

Syiah adalah pengikut Amirul


Mukminin (Ali bin Abi Thalib) AS atas
dasar mencintai dan meyakini
kepemimpinannya sesudah Rasul SAW
tanpa terputus (oleh orang lain). Tidak
mengakui kepemimpinan (imamah)
orang sebelumnya (Ali) sebagai
pewaris kedudukan khalifah dan hanya
meyakini Ali sebagai pemimpin, bukan
mengikuti salah satu dari orang-orang
sebelumnya (Abu Bakar, Umar dan
Utsman).
al-Mufid, Awail al-Maqaalaat, hal. 2-4.

Penamaan Syiah dengan Rafidhah dinyatakan sendiri oleh


pembesar mereka (al-Maqdisi, al-Bihar, hal. 68, 96, 97).
Dirawikan, mereka mendatangi Zaid bin Ali bin al-Husain,
sambil berkata, Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakar dan
Umar, dengan demikian kami akan bergabung
bersamamu. Zaid menjawab, Mereka berdua adalah
sahabat kakek saya. Saya tak akan bisa berlepas diri dari
mereka, bahkan akan selalu bergabung dan berloyalitas
dengannya. Lalu mereka berkata, Jika demikian, kami
menolakmu.
Mereka lalu diberi nama Rafidhah, artinya golongan
penolak. Adapun orang-orang yang berbaiat dan setuju
dengan Zaid diberi nama Zaidiyyah. (Syaikh Abdullah alJibrin, at-Taliqat ala Matni Lumatil Itiqad, hal. 108)

Akar
Perpecahan
Imam pertama
Ali, kemudian
Hasan bin Ali,
lalu Husain bin
Ali. Namun
mereka berbeda
pendapat
mengenai
pengganti Imam
Husain, menjadi
dua kelompok:
Pertama,
imamah beralih
kepada Ali, putra
Husain bin Ali.
Kedua, imamah
beralih kepada
Muhammad bin
Hanafiyah, putra
Ali bin Abi
Thalib.
Berdasarkan
perbedaan antara
kedua kelompok
ini, muncullah
sekte-sekte
dalam Syiah.

1. Kaisaniyah (diambil dari nama bekas


budak Imam Ali, bernama Kaisan)
Mempercayai kepemimpinan Muhammad
bin Hanafiyah.

2. Zaidiyah
Mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin
Husain bin Ali, setelah kepemimpinan Husain
bin Ali.
Merupakan sekte Syiah moderat, karena
mengakui keabsahan khilafah Abu Bakar,
Umar bin Khattab dan meyakini bahwa
imamah tidak harus dengan nash, tapi boleh
dengan pemilihan.

3. Ghulat
Kelompok ekstrem yang berlebih-lebihan
dalam memuji Ali bin Abi Thalib.

Karabiyah: Mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah


tidak mati, tetapi hanya gaib dan akan kembali di akhir zaman
sebagai Imam Mahdi.
Hasyimiyah: Mempercayai bahwa Muhammad bin
Hanafiyah telah meninggal, namun jabatan imamah beralih
kepada anaknya, Abu Hasyim.
Jarudiyah, menganggap Nabi Muhammad telah menentukan
Ali sebagai imam, tapi melalui isyarat (menyinggung) atau alwashf (menyebut keunggulannya dibanding yang lain).
Sulaimaniyah, menganggap bahwa pemimpin dipilih dengan
sistem musyawarah dan tidak harus yang terbaik di antara
kaum muslimin.
Badriyah atau Shalihiyah, berpandangan sama dengan
Sulaimaniyah, tapi dalam masalah Utsman, mereka berdiam
diri atau tawaqquf.
As-Sabaiyah, menganggap Ali jelmaan dari Tuhan atau
bahkan Tuhan itu sendiri, Ali masih hidup dan diangkat ke
langit, sedang yang terbunuh orang lain yang diserupakan.

Telah lama
punah.

Berkembang
sampai saat
ini di Yaman
(bagian utara),
Sawahil,
Tabaristan,
dan Najran
(selatan Saudi
Arabia)

Telah punah

Al-Ghuraiyah, menganggap Ali manusia biasa, tetapi dialah


yang seharusnya menjadi utusan Allah, bukan Muhammad.
4. Imamiyah
Meyakini bahwa Nabi Muhammad telah
menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai
imam pengganti dengan jelas dan tegas.
Tidak mengakui kepemimpinan Abu
Bakar, Umar, maupun Utsman.
Meyakini bahwa imam pertama adalah
Ali bin Abi Thalib, kemudian secara
berturut-turut: Hasan, Husain, Ali bin
Husain, Muhammad al-Baqir dan Jafar
ash-Shadiq. Kemudian setelah itu,
mereka berbeda pendapat mengenai
pengganti Jafar.

Ismailiyah, meyakini bahwa jabatan imamah tersebut pindah


kepada anak Jafar ash-Shadiq yang bernama Ismail.
Itsna Asyariyah (Dua Belas Imam), meyakini bahwa jabatan
imamah tersebut pindah kepada anak Jafar ash-Shadiq yang
bernama Musa al-Kazhim.

Merupakan
sekte terbesar
Syiah saat ini,
berkembang di
Iran dan diikuti
beberapa
kalangan di
Indonesia.

Syahadat Syiah

Shalat Syiah

Adzan dan Shalat Syiah


(Indonesia)

Secara bahasa: khawarij bentuk


plural dari kharijah, artinya kelompok
yang menyempal.
Secara istilah: orang-orang yang
menyatakan keluar dari
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
setelah peristiwa tahkim (arbitrase).
Menurut al-Syahrastani, setiap orang
yang menyempal dari pemimpin sah
yang sudah disepakati umat itu
dinamakan khawarij, baik pada masa
sahabat di era al-Khulafa al-Rasyidun
maupun pada masa sesudah mereka
di era Tabiin dan para pemimpin lain
sepanjang masa.

1. Azariqah

Akar Perpecahan
Semua kalangan
Khawarij sepakat
bahwa mereka
harus keluar
(kharaja kharijkhawarij) dari
kepemimpinan
yang sebenarnya
diakui oleh
mayoritas kaum
muslimin. Namun
mereka
berpendapat
mengenai hukum
orang yang
berbeda keyakinan
dengan mereka. Di
antara mereka ada
yang berpendapat
ekstrim, ada pula
yang memiliki
sikap dan
pemikiran
moderat.

Orang yang berbeda keyakinan dengan mereka, bukan hanya tidak mukmin, namun juga musyrik, halal untuk diperangi dan
dibunuh.
Wilayah orang yang berbeda keyakinan adalah dar al-kufr (wilayah kaum kafir), karena itu hartanya boleh diambil, anakanak dan kaum wanitanya boleh ditawan dan boleh dijadikan budak.
Anak-anak orang yang berbeda keyakinan dengan mereka kekal di neraka, karena dosa ayahnya.
Berkayakinan bahwa para nabi bisa saja berbuat dosa besar dan kecil.

2. Najdat
Tidak berpendapat anak pihak yang berbeda keyakinan boleh dibunuh.
Keberadaan imam (pemimpin) bukan kewajiban syariat, namun kewajiban atas dasar maslahat (jika kaum muslimin dapat
saling memberi nasihat dan menebarkan kebaikan, maka tidak diperlukan imam)
Menjadi kelompok pertama Khawarij yang meyakini konsep taqiyyah (menampakkan diri bukan Khawarij demi menjaga
keselamatannya).

Telah
punah.

Sempat berkembang
pesat hingga dapat
menguasai Bahrain,
Hadhramaut, Yaman,
dan Thaif, namun
saat ini telah punah.

3. Shafariyah
Berbeda pendapat mengenai pelaku dosa besar: Pertama, menganggap bahwa dosa yang tidak ada sanksinya (had), tidak
menjadikan pelakunya dihukumi sebagai pezina, pencuri, atau pelaku qadzaf, selain yang ada sanksinya, maka pelakunya
kafir. Kedua, berpendapat bahwa pelaku dosa tidak dinilai kafir.
Tidak berkeyakinan bahwa pihak yang tidak sependapat boleh dibunuh, tidak berkeyakinan bahwa wilayah mereka dar alharb (zona perang), tidak berkeyakinan bahwa wanita dan anak-anak boleh ditawan, namun yang diperangi hanya markas
pemerintah.

Telah
punah.

4. Ajaridah
Membiarkan (tidak menyerang) pihak yang berseberangan jika diketahui sebagai orang yang bertakwa, karena itu, mereka
tidak mewajibkan jihad terus menerus.
Tidak berkeyakinan harus keluar dari wilayah yang dihuni pihak yang berseberangan, meski hal itu lebih utama.
Tidak berpendapat bahwa harta pihak yang berseberangan boleh diambil hartanya.
Tidak boleh membunuh orang yang tidak memerangi mereka.

5. Ibadhiyah
Sekte paling moderat di antara sekte Khawarij lain dan lebih dekat dengan kelompok Aswaja.
Berkeyakinan, pihak berbeda bukan musyrik dan bukan mukmin, namun kafir (kufur) nikmat, bukan kufur akidah.
Tidak boleh membunuh pihak yang berbeda, wilayah mereka adalah dar Islam (wilayah Islam), kecuali markas pemerintah,
namun mereka tidak menyatakan bahwa markas itu harus diserang.
Bila terlibat perang dengan kelompok muslim lain, harta mereka tidak dianggap ghanimah, kecuali kuda dan
persenjataannya.
Boleh menikah dengan seseorang dari pihak berbeda, boleh saling memberikan kesaksian, dan saling mewarisi.

Telah
punah.

Karena moderasinya,
berkembang sampai kini
di Aljazair, Tunisia,
Libia, Zanjibar, Tanzania,
dan Omman. Mereka
memiliki ulama-ulama
dan pendapat-pendapat
fikih yang baik.

Secara bahasa, Mutazilah berasal dari


kata itazala, yaitu memisahkan diri.
Istilah ini diambil berdasarkan sejarah
awal kemunculan kelompok ini, yakni
sejak pemisahan diri tokoh Mutazilah
bernama Washil bin Atha, dari majelis
Hasan al-Bashri.
Kelompok ini biasa disebut pula dengan
Ashab al-Adl wa al-Tauhid (penyokong
keadilan dan monoteisme), dan sering
pula dijuluki dengan kelompok

Kemunculan benih Mutazilah:

Sejak pemisahan diri (itazala-yataziluitizalan) orang-orang yang awalnya berpihak


pada Ali, yang memisahkan diri dari urusan
politik, kemudian berubah menjadi keyakinan
akidah.
Sejak pemisahan diri Washil bin Atha dari
forum kajian dan pemahaman Hasan alBashri, terutama dalam hal kedudukan di
antara dua kedudukan (manzilah baina almanzilatain).
Versi Mutazilah, kemunculan mazhab mereka
lebih dulu dari masa hidup Washil bin Atha.
Mereka menyebut banyak nama Ahlul Bait
sebagai bagian dari tokoh mazhabnya.
Mereka juga mengklaim, Hasan al-Bashri pun
bagian dari kelompok Mutazilah.

1.
2.
3.

4.

5.

Prinsi Tauhid
Prinsip Adl
Prinsip al-Wad wa al-Waid (janji
dan ancaman)
Prinsip al-Manzilah baina alManzilatain (tempat di antara
dua tempat)
Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar








) .
.(80 1

Al-Sunnah adalah apa yang telah


diajarkan oleh Rasulullah SAW
(meliputi ucapan, perilaku serta
ketetapan beliau). Sedangkan alJamaah adalah segala sesuatu yang
telah menjadi kesepakatan para
sahabat Nabi SAW pada masa
Khulafaur Rasyidin yang empat, yang
telah diberi hidayah (mudahmudahan Allah memberi rahmat
kepada mereka semua). (AlGhunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, juz
I, hal. 80)

209 )
78-77 / 1

.(

Barangsiapa yang ingin


mendapatkan kehidupan
yang damai di surga, maka
hendaklah ia mengikuti aljamaah (kelompok yang
menjaga kebersamaan).
(HR. al-Tirmidzi (2091), dan
al-Hakim (1/77-78) yang
menilainya shahih dan
disetujui oleh al-Hafizh alDzahabi).

. . .



.

Hendaklah diketahui bahwa


Ahlussunnah adalah mayoritas
umat Muhammad SAW. Mereka
adalah para sahabat dan golongan
yang mengikuti mereka dalam
prinsip-prinsip akidah. . .
Sedangkan al-jama'ah adalah
mayoritas terbesar (al-sawad ala'zham) kaum Muslimin.
(Syaikh Abdullah al-Harari (13281429 H/1910-2008 M), Izhhar
al-'Aqidah al-Sunniyyah bi-Syarh
al-'Aqidah al-Thahawiyyah, (Beirut:
Dar al-Masyari', 1997), hlm. 14-15.)

Dari Anas bin Malik RA, berkata:


"Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: "Sesungguhnya umatku
tidak akan bersepakat pada
kesesatan. Oleh karena itu, apabila
kalian melihat terjadinya
perselisihan, maka ikutilah
kelompok mayoritas.
(HR. Ibn Majah (3950), Abd bin
Humaid dalam Musnad-nya (1220)
dan al-Thabarani dalam Musnad alSyamiyyin (2069). Al-Hafizh alSuyuthi menilainya shahih dalam alJami' al-Shaghir (1/88).)

HIJAU: Dominasi Islam

HIJAU: Ahlussunnah wal jamaah. MERAH: Syiah. BIRU: Khawarij

PROSENTASE PEMELUK ASWAJA

Dalam buku Ensiklopedi Kristen Internasional (Tahu


2000)
Pemeluk Aswaja
: 1.002.000.000 jiwa
Pemeluk Katholik
: 1.057.000.000 jiwa
Perbedaan antara pemeluk Aswaja dan Pemeluk
Katholik:
55.000.000

Adapun Ahlussunnah Wal-Jamaah


adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits
dan ahli fikih. Merekalah yang
mengikuti dan berpegang teguh
dengan sunnah Nabi SAW dan sunnah
Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka
adalah kelompok yang selamat (alfirqah al-najiyah). Mereka mengatakan,
bahwa kelompok tersebut sekarang ini
terhimpun dalam madzhab yang
empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi,
Syafii, Maliki dan Hanbali.
Hadlratusysyaikh KH. Muhammad
Hasyim Asyari (1287-1336 H/1871-1947),
Ziyadat Taliqat (hal. 23-24)

Ikhtishar Perbedaan Ajaran antar


Kelompok

:


.

:

: :




:

:
. .
.

:

:
: :







:





.
.

.

:
: : :
:
:
.

:.
.

Fiqh

Imam Abu
Hanifah

Imam Malik
Imam
Syafii
Imam
Ahmad bin Hanbal

Tauhid

Tashaww
uf

Imam Abu Hasan AlAsyari


Imam
Abu Manshur AlMaturidi
Imam Junaid Al-Baghdadi (w.
297 H)

Imam al-Ghazali
(450-505 H)

Mengambil jalan
tengah antara:
a. Rasionalis ekstrem
(Mutazilah) dengan
literalis ekstrem
(Khawarij Salafi/Wahabi)
b. Syii dan Nashibi
c. Jahmiyah dan
Musyabihah,.
d. dll

Seseorang tidak boleh


mengatakan itu halal
atau haram, kecuali ia
telah mengetahui
dalilnya. Sedangkan
mengetahui dalil itu
didapat dari al-Quran,
Hadits, ijma atau qiyas
(Ar-Risalah, 1/39)

Ahli Nazhar (nalar) dalam


ilmu akidah ini pertama kali
berpegangan dengan ayatayat al-Quran, kemudian
dengan hadits-hadits
Rasul SAW, lalu dalil-dalil
rasional dan argumentasiargumentasi analogis.
(Abu Hamid al-Ghazali, arRisalah al-Ladunniyah, hal. 244)




,

,




)(59 :

As-Safaraini dan Murtadha al-Zabidi


menyebutkan, sebagaimana pendapat alSubki, secara empiris, Ahlussunnah wal
Jamaah (Aswaja) terbagi menjadi tiga
kelompok:
1. Ahl al-Hadits, metode pendekatannya
untuk membaca teks disebut dengan
Atsariyah (Literalis).
2. Ahl al-Nazhar al-Aqli, metode
pendekatannya untuk membaca teks
disebut dengan Nazhariyah Aqliyah
(Rasionalis).
3. Ahl al-Wijdan wa al-Kasyf, atau Shufiyah
(Tasawwuf).

Al-Safaraini,
Lawami alAnwar, 1/73

Al-Zabidi, Ithaf
al-Sadah, 2/6-7

Karakter
Atsariyah
(Literalis)

Al-Quran dan Sunnah Nabi dipahami


secara literal (harfiah), tanpa banyak
penafsiran dan pentakwilan.
Karena literalismenya, Ibnu Taimiyah
terjebak dalam paham tajsim dan tasybih.
Selain meyakini Rukun Iman dan
Rukun Islam, juga meyakini Rukun
Tauhid, yaitu:
Rububiyah (Allah sebagai
Pencipta)
Uluhiyah (Allah sebagai Yang
Disembah)
dan Asma wa Shifat (nama dan
sifat Allah).
Orang ber-tawassul dalam doa
dianggap musyrik, karena tak
mengakui Allah sebagai satusatunya yang disembah (tak
memenuhi Tauhid Uluhiyyah).

Karakter
Nazhariyah
Aqliyah
(Rasional)

Menggunakan ilmu kalam dan


manthiq (logika) untuk menjelaskan
nas atau dalil al-Quran dan Sunnah.
Fungsi rasionalitas ini untuk
menerjemahkan dan menafsirkan
wahyu, bukan mempertanyakan
wahyu itu sendiri. Karena itu, bila akal
tidak mampu menjelaskan wahyu,
maka akal harus tunduk dan
mengikuti wahyu.
Ayat-ayat tajsim (Allah bertubuh)
atau tasybih (Allah serupa makhluk)
harus ditafsirkan secara majazi
(kiasan) dan bukan literal.
Tidak meyakini adanya Rukun
Tauhid.

Karakter
Shufiyah

Tidak ada perbedaan signifikan


dengan kelompok Atsariyah dan
Nazhariyah Aqliyah. Sisi
perbedaan dengan kelompok lain
adalah orientasi mereka yang
berusaha keras untuk
memaksimalkan ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah.
Tidak meyakini adanya Rukun
Tauhid.
Cara-cara yang ditempuh para
murabbi dari kelompok ini berbedabeda. Maka muncullah istilah yang
dikenal dengan thariqah (tarekat)
yang tidak menyalahkan satu sama
lain.

PERKEMBANGAN

Salafi Yamani

Atsariyah

Salafi/Wahabi
Salafi Haraki

Metode yang ditempuh oleh


kelompok-kelompok dakwah,
seperti Hizbut Tahrir (HT),
Jamaah Tabligh (JT), Ikhwanul
Muslimin (IM), Majelis Tafsir alQuran (MTA), dan sebagainya.

Asyari
Dianut oleh Nahdhatul
Ulama (NU)

Nazhariyah
Aqliyah
Maturidi

Shufiyah

Thariqah Dasuqiyah
Thariqah Syadziliyah
Thariqah Qadiriyah
Thariqah Tijaniyah
Thariqah Rifaiyah
Dan lain-lain

Dianut oleh nahdhiyin (warga NU), baik struktural


maupun kultural. Dalam mengamalkan
tashawwuf, NU mengikuti cara tashawwuf dan
thariqah Imam Ghazali dan Syaikh Junaid alBaghdadi. NU memiliki lembaga bernama
Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah AnNahdliyyah.

Sekilas tentang Wahabi

Muncul pada abad XIII di Jazirah Arabia melalui Muhammad


bin Abdul Wahhab, bersamaan dengan berdirinya negara
Saudi pertama, pengikutnya disebut Wahabi.
Menurut Syech Ahmad Zaini Dahlan, Wahabi adalah gerakan
separatis yang muncul pada masa pemerintahan Sultan Salim
III (1204-1222H).
Sebagian tidak menyukai istilah Wahabi, dan lebih menyukai
istilah Salafi, karena penamaan tersebut salah dari sisi
bahasa, karena ayahnya (Abdul Wahhab) tidak menyebarkan
dakwah ini.
Menurut al-Buthi, penamaan Salafi sebagai kelompok atau
mazhab, adalah bidah.

Ajaran dan Dasar Berpikir

Mengklaim memiliki tujuan memurnikan tauhid dan


menjauhkan umat dari kemusyrikan.
Menganggap, selama 600 tahun umat manusia dalam
kemusyrikan dan dia datang sebagai mujaddid (pembaharu)
yang memperbaharui agama mereka.
Pembacaan harfiah (Literalisme/Atsariyah) Wahabi atas
sumber-sumber ajaran Islam menghasilkan:

Pemahaman ekstrim, kaku, dan keras.


Penolakan terhadap rasionalisme, tradisi, dan beragam khazanah
intelektual Islam.
Paham mujassimah dan musyabbihah.

Di Indonesia

Ide Ibn Abdul Wahhab diduga pertama kali dibawa oleh beberapa ulama
asal Sumatera Barat pada abad ke-19 (1803 1832) .
Inilah gerakan Salafi pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal
dengan gerakan Kaum Padri, salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku
Imam Bonjol.
Ide pembaruan ini secara relatif juga memberikan pengaruh pada gerakangerakan Islam modern yang lahir kemudian, seperti Muhammadiyah,
PERSIS, dan Al-Irsyad.
Kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah serta pemberantasan TBC
(Takhayul, Bidah, Churafat), kemudian menjadi isu mendasar yang diusung
gerakan ini. Meski nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya
mengambil, apalagi menjalankan, ide-ide gerakan purifikasi ibn Abd alWahhab.

SALAFI YAMANI DAN


SALAFI HARAKI

Adalah para dai salafi alumni


Madrasah Salafiyah Muqbil
bin Hadi al-Wadi (w. 2002),
yang terletak di desa
Dammaj, kota Sadah,
Yaman, beserta pihak-pihak
lain dari kalangan dai atau
penuntut ilmu, yang sepakat
dengan metode dakwah
Muqbil.

Menolak metode pergerakan, karena dianggap bidah dan


merupakan praktik fanatisme (hizbiyah).
Madrasah Salafiyah di Yaman terkenal paling keras sikapnya
terhadap ahli bidah dan kelompok-kelompok menyimpang.

Salafi Yamani di Indonesia dulu ditokohi


oleh Jafar Umar Thalib, seorang ustadz
dari Malang yang kemudian menjadi
pimpinan PP Ihyaus Sunnah Degolan,
Yogyakarta dan pendiri Laskar Jihad
Kini Jafar sudah dianggap bukan
komunitas Salafi Yamani lagi.

Sekarang ditokohi oleh Muhammad


Umar as-Sewed, pimpinan Pesantren
Dhiyaus Sunnah di Kecapi Cirebon.
Tokoh Salafi Yamani yang lain adalah
Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor),
Ahmad Fais Asifuddin (Solo), dan Abu
Nida (Yogyakarta).

Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor)


Menyatakan: Asyariyyah Musyrik!

SALAFI-WAHABI ABDUL QADIR


YAZID JAWWAS MENYATAKAN
ASYARIYAH MUSYRIK!!!

Kelompok yang menggunakan metode


pergerakan dalam berdakwah
Disebut pula Sururi atau Sururiyah,
diambil dari nama perintis Salafi
Haraki, yakni Muhammad Surur bin
Nayef Zainal Abidin, seorang mantan
tokoh Ikhwanul Muslimin asal Suriah
yang pernah tinggal di Arab Saudi.
Salafi Haraki identik dengan dua organisasi, yaitu al-Muntada alIslami dan Jamiyah al-Turats al-Islami.
Metode haraki, meski tidak sama persis, serupa dengan metode
yang ditempuh jamaah-jamaah dakwah Islam, seperti Ikhwanul
Muslimin (IM), Hizbut Tahrir (HT), Jamaah Tabligh (JT), Negara
Islam Indonesia (NII).

Kelompok Salafi Lain:


Selain Salafi Yamani dan
Haraki, ada kelompokkelompok lain seperti:
Salafi Jihadi
Salafi Wahdah Islamiyah
Salafi Turatsi
Salafi Ghuraba
Salafi Ikhwani
Salafi Hadadi
Salafi Turaby
dan sebagainya.

Ketika seseorang
duduk di Majlis Salafi
Turatsi, ustadz-ustadz
as-Shafwah
mengatakan haram
hukumnya bermajelis
dan bertaklim dengan
Salafy Yamani.

Ketika seseorang duduk


dengan Salafy Wahdah
Islamiyyah, maka pemukapemuka Salafy Wahdah
mengatakan Salafiyyin
aliran Turatsi itu hizbi
antek PKS dan Ikhwanul
Muslimin yang termasuk
72 golongan yang masuk
neraka jahanam.

Anda akan tercengang jika membaca web site ini


http://sunnisalafi.blogspot.com/2009/03/pembesar-turotsikuwait-bersama-rafidhi.html

Ketika

seseorang hadir di
taklim kelompok Salafy
Sururi, ustad-ustadznya
mengatakan bahwa
Salafy Wahdah Islamiyyah
adalah khawarij maaf anjing-anjing neraka yang
menggunakan sistem
berhala.

Ketika seseorang berkumpul


bersama Salafy Yamani,
ustadz-ustadz Salafy Yamani
mengatakan bahwa Salafy
Sururi, Salafy Haraki, Salafy
Turatsi, Salafy Ghuraba,
Salafy Wahdah Islamiyyah,
Salafy Persis, Salafy Ikhwani,
Salafy Hadadi, Salafy Turaby,
kesemuanya bukan salafy
tapi salaf-i (salafi imitasi)
yang khawarij, bidah, dan
hizbi.

Jafar Umar Thalib mengatakan bahwa Abdul Hakim Abdat


(Salafy Turatsi) itu ustadz otodidak yang bukan pakar
hadits, tapi pakar hadats (najis). Silakan lihat di

Muhamad
Umar
As
Seweed (pemimpin Salafy
Yamani
pasca
Jafar
Umar)
mengatakan
bahwa Jafar Umar Thalib
itu
ahli
bidah
dan
khawarij.
Bahkan
kelompok
as-Seweed
menyusun buku dengan
judul Pedang tertuju di
Leher Jafar Umar Thalib,
yang artinya Jafar Umar
Thalib halal dibunuh.

As
Seweed
juga
berseteru
dengan
Salafi
al-Shafwah.
Perseteruan
itu
dapat Anda lihat di
http://www.salafy.or.id/print.
php?id_artikel=557
dan
http://www.scribd.com/doc/1
2229113/Persaksian-UstadzMuhammad-Umar-asSewedTentang-Yayasan-AlSofwah

Abdul Hakim Abdat (Salafy


Turatsi) mengatakan bahwa
Salafy Wahdah Islamiyyah
itu sesat menyesatkan dan
melakukan dosa besar
(hanya) dengan mendirikan
yayasan/organisasi, sedang
organisasi adalah hizbi.
Salafi ini juga dianggap
sesat oleh yang lain,
sehingga sampai terbit buku
Nasihat Ilmiah untuk
Wahdah Islamiyyah.

Sedang Salafy Wahdah


Islamiyyah mengatakan
bahwa Salafy Yamani
dan Abdul Hakim Abdat
(yang mengharamkan
organisasi) itu salafysalafy primitif dan
terbelakang yang hanya
cocok hidup di jaman
purba atau pra sejarah.

Perseteruannya dapat Anda lihat di


http://ashthy.wordpress.com/

Perpecahan salafi menjadi


beberapa kelompok
antara lain: kelompok AlSofwah dan Al-Haramain
Jakarta; Imam Bukhari
Solo, al-Furqan Gresik,
Islamic Center Bin Baaz
dan Jamilurahman asSalafy Jogya; FKAWJ &
Lasykar Jihad Jakarta;
Dhiyaus Sunnah Cirebon.

-Ini

belum
termasuk
kelompok
salafi
yang
telah di-tahdzir (diberi
peringatan oleh ustadz
mereka) dan kemudian
bertaubat, tetapi tidak
bergabung dengan salafi
"asli" dan membentuk
kelompok-kelompok
sendiri, yang saling sesat
menyesatkan,
bahkan
saling mengkafirkan.

Allah SWT
menjaga
pengikut
Ahlussunnah
Wal-Jamaah
dari sikap
saling
mengkafirkan.

Anda mungkin juga menyukai