Anda di halaman 1dari 54

TUGAS KOMPRE SARAF

SOMESTESIA

Pembimbing:
dr. Muttaqien P., Sp.S

Oleh:
Nurul Apriliani
G4A015019
Fitriani Nurnadziah G4A015020

SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
PURWOKERTO

2016

BAB I
PENDAHULUAN

sistem

sensorik

mengintegrasikan
untuk
menentukan
reaksi
yang
harus
dilakukan tubuh.
jenis perasaan: somatostesia dan
viserostesia.

Somestesia: perasaan yang dirasakan


pada bagian tubuh yang berasal dari
sematopleura, yaitu kulit, tulang, dan
jaringan pengikat.

Viserostesia: perasaan yang dirasakan


pada bagian tubuh yang tumbuh dari
viseropleura, seperti usus, paru, limpa,
dan sebagainya

Somestesia

perasaan
yang
menyakiti atau perasaan protopatik
dan perasaan yang diperlukan untuk
mengatur diri sendiri atau perasaan
propioseptif.
Protopatik rasa nyeri, suhu dan rasa
Propioseptif rasa gerak, getar, sikap
dan rasa halus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Anatomi dan Fisiologi


Perasaan Protopatik

Alat perasa: ujung-ujung susunan saraf


aferen.

1. Penyaluran impuls nyeri

Impuls nyeri oleh nosiseptor ganglion radiks


posterior medula spinalis ganglion spinale.
Melalui serabut-serabut radiks posterior yang
menyusun bagian lateralnya, impuls tsb sebagian
tiba di nukleus proprius setingkat dengan radiks
posterior dan sebagian pada tingkat satu atau
dua segmen lebih tinggi atau bawah.
Nukleus proprius merupakan sekelompok
neuron yang menghubungkan medula spinalis
dengan nukleus ventro-postero-lateralis dan
ventro-postero-medialis talami sisi kontralateral.
Serabut-serabut nukleus proprius itu dinamakan
traktus spino-talamikus.

Dari kornu posterius mereka menyilang garis tengah


melalui daerah di bawah substansia grisea sentralis.
Serabut-serabut nukleus proprius kedua sisi yang
melintasi daerah itu dikenal sebagai komisura alba.
Selanjutnya serabut-serabut tersebut berjalan di
funikulus anterolateralis kontralateral dan secara
berangsur-angsur menuju ke rostral, sehingga pada
tingkat 3 atau 4 segmen diatas tingkat mereka
menyilang garis tengah, mereka terkumpul di dekat
bagian tepi funikulus antero-lateralis. Daerah inilah
yang terkenal sebagai jaras spino-talamik. Pada
tingkat servikal serabut-serabut spinotalamik yang
berasal dari tungkai menduduki bagian lateral. Yang
berasal dari tingkat torakal terkumpul dalam daerah
tengah dan yang terkumpul dalam bagian medial
merupakan serabut spinotalamik yang berasal dari
bagian brakio-servikali

Pada tingkat medula oblongata jaras


spinotalamik terletak di sebelah dorso-lateral dari oliva
inferior. Di pons ia berada di daerah antara lemnikus
medialis
dan
brakium
konyungtivum
dan
di
mesensefalon di atas ujung dorsal lemnikus medialis,
dekat bagian kolikulus superior.
Lebih ke rostral serabut-serabut spinotalamik
tidak terkumpul lagi sebagai suatu berkas, karena
secara bertahap-tahap mereka mengakhiri perjalannya
di sepanjang nukleus ventro-postero-lateralis dan
ventro-postero-medialis di diensefalon.
Impuls nyeri yang berasal dari kulit wajah dan
mukosa mulut dan hidung disalurkan oleh nervus
trigeminus. Neuron kedua yang membawakan impuls
tersebut menyusun jaras trigemino-talamik yang
menggambung pada traktus spinotalamikus pada
tingkat mesensefalon.

Oleh inti-inti talamus tersebut di atas impuls nyeri


dipancarkan ke girus post-sentralis (daerah
somatosensorik primer) dan juga ke daerah yang
terletak di bawah girus pre dan post sentralis
(daerah
somatosensorik
sekunder)
untuk
penyadaran dan pengenalan sepenuhnya akan
perasaan nyeri.
Proyeksi pada daerah somatosensorik primer
diatur secara somatotopik. Impuls nyeri yang
berasal dari suatu titik tertentu pada kulit
disampaikan kepada sel di bagian superior daerah
somatosensorik primer dan impuls nyeri yang
datang dari lengan diterima oleh sel di bagian
tengah, sedangkan yang berasal dari kulit kepala
tiba di bagian inferior daerah somatosensorik
primer.

Ujung-Ujung Serabut Saraf Aferen Yang


Merupakan Reseptor Di Dalam Kulit

2. Penyaluran impuls suhu


Impuls
suhu
disalurkan
ke
daerah
somatosensorik primer dan sekunder melalui
serabut-serabut yang tergabung pada traktus
spinotalamikus
dan
talamokortikalis.
Tergantung pada sifat perangsangan dan alat
perasa suhu yang digalakkan maka perasaan
suhu yang disadarkan dapat berjenis panas
atau dingin. Jika intensitas dirangsang dingin
atau panas besar sekali, maka ujung-ujung
serabut aferen bebas atau yang berbentuk
sisir (alat Ruffini) ikut terangsang dan
perasaan yang disadarkan berjenis nyeri.

Bukti-bukti telah didapat bahwa memang


ada
serabut-serabut
yang
khusus
menyalurkan impuls suhu saja dan serabutserabut yang khusus menyalurkan impuls
nyeri saja. Kedua jenis serabut itu
merupakan komponen yang menyusun
traktus
spino-talamikus
dan
talamokortikalis. Demikian juga sel-sel pada daerah
somatosensorik primer, ada yang khusus
menerima impuls suhu dan ada pula yang
khusus menerima impuls nyeri

3. Penyaluran impuls raba


Penyaluran impuls raba sedikit berbeda
dengan apa yang digambarkan diatas.
Serabut yang menyalurkan impuls terebut
sebagian tergabung dalam traktus spinotalamikus/talamo-kortikalis,
sebagaimana
terlukis diatas, tetapi sebagian mengiluti
perjalanan serabut aferen yang menyusun
traktus kuneatus dan grasilis. Impuls raba
yang disalurkan melalui serabut spinotalamik/talamo-kortikal menelurkan perasaan
diraba yang bersifat umum, yaitu merasa
diraba tanpa mengenal tempat yang diraba.

Sebaliknya,
impuls
raba
yang
dihantarkan
oleh
serabut
traktus
kuneatus dan grasilis mewujudkan
perasaan raba yang mempunyai sifat
lokalisasi dan diskriminasi, yaitu merasa
diraba pada suatu daerah pada tubuh
dan
juga
dapat
membedakan
intensitasnya. Maka dari itu, sering
dikatakan bahwa impuls raba tersebut
mencakup unsur perasaan tekan juga

Penyaluran impuls protopatik dan propioseptif

Dasar Anatomik dan Fisiologik


Perasaan Propioseptif

Rangsang yang bersifat penekanan, penarikan dan peregangan


terhadap alat perasa propioseptif yangberada pada otot,
tendon, dan persendian mengakibatkan dicetuskannya impuls
propioseptif. Alat perasa proprioseptif teresbut tidak lain dari
ujung serabut saraf aferen yang berbentuk susis kecil dan
dikenal sebagai alat Pacini.
Impuls proprioseptif disalurkan ke ganglion spinale dan
disampaikan kepada nukleus Goll serta Burdach dan sebagian
ke nukleus kuneatus laterali oleh akson-akson ganglion spinale,
yang dikenal sebagai funikulus grasilis dan funikulus kuneatus.
Inti Goll dan burdach merupakan kelompok neuron kedua yang
menyusun lintasan impuls proprioseptif. Setelah impuls
proprioseptif perifer diterima oleh kedua inti tersebut, maka
selanjutnya impuls proprioseptif disalurkan oleh akson kedua
inti itu ke inti ventro-posterior medial di ensefalon. Akson
tersebut tampak sebagai serabut yang meninggalkan inti, lalu
menuju ke ventral dan membelok ke medial untuk menyilang
garis tengah dan kemudian membujur untuk menuju ke rostral.

Pada potongan melintang batang otak, serabutserabut yang menuju ke talamus itu menyusun
suatu berkas yang dikenal sebagai lemniskus
medialis. Di medula oblongata bagian tengah
dan depannya ia menduduki daerah di samping
garis tengah dan diapit oleh oliva inferior. Di
pons ia tampak sebagai berkas yang berbaring
di lantai tegmentum pontis dan di mesensefalon
lemnikus medialis terlihat di sebelah bawah dan
lateral nukleus ruber, seperti bentuk koma
dengan ekornya ke atas yang mengarah ke
kolikulus.

Penataan topik yang didapati pada funikulus dorsalis,


di mana bagian medial (grasilis) dan leteral
(kuneatus) secara berturut-turut menyalurkan impuls
proprioseptif dari kaki, tungkai bawah, tungkai atas
dan selanjutnya dari toraks, tangan, lengan bawah,
lengan atas dan leher, dilanjutkan juga pada
lemniskus medialis. Di tingkat medula oblongata
daerah lemniskus bawah dan lateral mengandung
juluran yang berasal dari nukleus grasilis dan bagian
tengah dan atas lemniskus medialis mengandung
juluran nukleus kuneatus. Selanjutnya di pons dan
mesensefalon, penataan topik tersebut tetap
terpelihara, dan pengertian bahwa di pons lemniskus
medialis
berbaring
sehingga
lapisan
bawah
mengandung serabut-serabut yang berasal dari
nukleus kuneatus dan lapisan atasnya terdiri dari
serabut-serabut yang berasal dari nukleus grasilis.

Impuls yang disalurkan oleh lemniskus medialis diterima oleh


nukleus
ventro-postero-medialis
talami,
yang
akan
mencetuskan impuls untuk diproyeksikan ke daerah
somatosensorik primer. Impuls proprioseptif yang berasal dari
tingkat leher dan kepala disalurkan oleh saraf otak ke nukleus
mesensefali nervi trigemini. Dari situ serabut trigeminotalamik yang menggabung pada lemniskus medialis di tingkat
mesensefalon membawa impuls proprioseptif ke inti venteropostero-medialis talami yang selanjutnya akan diteruskan
kepada sel-sel korteks somatosensorik. Juga penghantaran
impuls proprioseptif bersifat proyeksi dari titik ke titik.
Sebagian dari impuls proprioseptif diterima oleh nukleus
kuneatus lateralis. Inti ini meneruskan impuls ke serebelum
yang mengolahnya, sehingga kelola koordinasi antar gerakan,
dan sikap masing-masing bagian tubuh dapat dilaksanakan.

Bagian perifer susunan


somestesia

Karena perubahan yang terjadi dalam masa embrional, maka pola


pokok dari penataan bagian perifer susunan somestesia mengalami
sedikit perubahan juga. Pola pokok bagian perifer susunan
somestesia
merupakan
pokok
bagian
perifer
susunan
somatosensomotik. Tiap segmen medula spinalis mempunyai
serabut eferen (radiks ventralis) dan serabut aferen (radiks
dorsalis). Kedua serabut tergabung dalam satu berkas yang
dinamakan saraf spinal. Tiap saraf spinal menyarafi otot dan kulit
tertentu. Susunan otot dan kuli tmaupun pada medula spinalis
didapati penataan dalam segmen-segmen. Segmen medula spinalis
servikal 5 misalnya menyarafi otot yang tergolong miotoma C.5 dan
menerima impuls somestesia dari bagian kulit yang tergolong
dalam dermatoma C.5 juga. Pola pokok masih tetap seperti semula
pada bagian toraks dan abdomen. Tetapi pada bagian lengan dan
tungkai, pola pokok mengalami perubahan, karena dermatoma dan
miotoma disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan
terlaksananya gerakan-gerakan kompleks.

Karena penggeseran-penggeseran miotoma dan dermatoma maka


pola segmenetasi tidak tampak lagi dengan jelas pada bagian lengan
dan tungkai. Sesuai dengan perubahan tersebut beberapa saraf
spinal pada tingkat servikotorakal dan lombo-sakral saling jalinmenjalin. Dan pada tempat yang lebih jauh dari jalinan tersebut,
beberapa cabang dibentuk, yang menjadi berkas induk dari berbagai
saraf perifer. Oleh karena itu, tiap saraf perifer dari tungkai dan
lengan mengandung serabut dari beberapa saraf spinal.
Kerumitan dalam persarafan lengan dan tungkai dapat terlihat juga
pada bagian yang memperlihatkan dermatoma-dermatoma tubuh.
Pada sesisi tubuh digambarkan penataan dermatoma dan pada sisi
lainnya terdapat kawasan sensorik saraf perifer. Yang terdapat pada
tingkat serviko-torakal dinamakan pleksus brakialis oleh karena saraf
perifer yang berinduk pada pleksus tersebut menyarafi lengan. Pada
tingkat lumbo-sakral terdapat pleksus lumbo-sakralis yang
memberikan saraf perifer untuk tungkai.

1. Saraf perifer yang berinduk


pada pleksus brakialis
Pleksus brakialis dibentuk oleh belahan anterior saraf spinal
C.5,6,7 dan 8 serta hampir seluruh saraf spinal T.1. cabang dari C.5
dan C.6 membentuk trunkus superior, saraf spinalis C.7 merupakan
trunkus medius dan cabang dari C.8 dan T.1. membentuk trunkus
inferior.
Ketiga trunkus terletak di fosa supraklavikularis sedikit distal dari
muskulus skalenus anterior. Cabang-cabang tersebut saling jalinmenjalin. Cabng-cabang anterior trunkus superior dan medius
(C.5.6 dan C.7) kemudian tergabung menjadi satu berkas yang
dinamakan fasikulus lateralis. Cabang anterior trunkus medius
(C.7) dan trunkus inferior (C.8 dan T.1) membentuk fasikulus
medialis. Cabang-cabang posterior ketiga trunkus tersebut dia atas
menyusun fasikulus postrior. Fasikulus-fasikulus dinamakan
medialis, dan posterior karena kedudukan masing-masing terhadap
arteria subklavia. Ketiga trunkus terletak di samping batang leher,
sedangkan ketiga fasikulus berada di daerah aksila.

Ketiga fasikulus merupakan berkas induk dari saraf perifer


untuk lengan dan tangan, yaitu n.radialsi (berindudk pada
fasikulus posterior), n. Muskulokutaneus (berinduk pada
fasikulus lateralis), n. Medianus (berinduk pada gabungan
fasikulus lateralis dan medialis) dan akhirnya n. Kutaneus
medialis brakii serta n.ulnaris (berinduk pada fasikulus medialis).
Secara praktis, persarafan sensorik untuk lengan dan
tangan dapat difikirkan sebagai berikut. Untuk lengan atas dan
bawah, separuh bagian lateralnya diurus oleh semua serabut
yang terkandung dalam fasikulus posterior dan oleh serabut
yang berasal dari fasikulus lateralis. Separuh bagian medial
lengan atas dan bawah disarafi oleh serabut sensorik yang
bferasal dari fasikulus medialis melulu. Untuk tangan,
persarafan sensosrik dari 3/5 bagian tengah diurus oleh serabutserabut yang berasal dari gabungan fasikulus lateralis dan
medialis (n.medianus). hanya bagian lateral kulit yang menutupi
ibu jari dipersarafi oleh serabut yang berasal dari fasikulus
posterior (n.radialis). sedangkan 2/5 bagian medial dari tangan
diurus oleh serabut-serabut yang paling panjang yang
terkandung dalam fasikulus medialis (n.ulnaris).

2. Saraf perifer yang berinduk


pada pleksus lumbo-sakralis

Pleksus lumbosakralis terdiri atas pleksus lumbalis dan


pleksus sakralis. Bagian pertama disusun oleh cabang
anterior saraf spinal L.1,2,3 dan sebagian dari L.4. saraf
perifer yang berinduk pada pleksus lumbalis ialah n.
Kutaneus
femoralis
leteralis,
n.
Femoralis,
n.
Genitofemoralis,
dan
n.
Obturatorius.
Nervus
iliohipogastrikum dan n. Ilioinguinalis tidak berasal dari
pleksus lumbalis. Melainkan mereka merupakan cabang
langsung dari saraf spinal L.1.
Pleksus sakralis disusun oleh cabang anterior saraf spinal
L.4. s.d. S.3. Anyaman saraf itu terletak di atas m. Piriformis
pada permukaan dalam tulang pelvis. Saraf perifer kutan
yang berasal dari pleksus sakralis ialah n.gluteus superior
dan interior, n.kutaneus femoralis posterior dan n.iskiadikus.

Saraf perifer kutan yang mengurus kulit daerah inguinal


ialah n.ilioinguinalis (cabang saraf spinal L.1), sedangkan
daerah kutan tungkai atas lainnya disarafi oleh n.kutaneus
femoralis lateralis dan n.kutaneus femoralis anterior
(cabang-cabang pleksus lumbalis). Persarafan kutan tungkai
bawah, sebagian (bagian medial) diurus cabang-cabang
pleksus lumbalis dan sebagian (bagian lateral dan posterior)
diurus oleh cabang-cabang pleksus sakralis.
Seluruh kulit kaki, kecuali yang menutupi maleolus medialis
diurus oleh cabang-cabang pleksus sakralis. Pada
hakikatnya n.iskiadikus merupakan kelanjutan pleksus
sakralis. Pada fosa poplitea ia bercabang dua, yang satu
dinamakan n.tibialis dan yang lain n.peroneus komunis,
cabang-cabang kutan n.tibialis adalah kutaneus surae
medialis, n.plantaris dan n.plantaris medialis. Cabangcabang kutan n.peroneus komunis ialah n.kutaneus surae
lateralis, n.peroneus profundus dan superfisialis, n.kutaneus
dorsalis pedis intermedius dan n.kutaneus dorsalis pedis
medialis.

Dermatoma dan kawasan saraf tepi


pandangan dari depan

Gambar 4. Dermatoma dan kawasan


saraf tepi pandangan dari belakang

Gangguan Sensorik Negatif

Gangguan sensorik superfisial atau


gangguan eksteroseptif yang negatif
merupakan salah satu manifestasi
sindrom neurologik. Secara singkat
gangguan sensorik negatif itu disebut
sebagai defisit sensorik.

Gambar 5. Pola-pola hipestesia

Hemihipestesia ialah hipestesia yang dirasakan sesisi


tubuh saja. Ditinjau dari sudut patofisiologi, maka
keadaan ini terjadi karena korteks sensorik primer tidak
menerima
impuls
sensorik
dari
belahan
tubuh
kontralateral.
Hipestesia alternans: hipestesia pada belahan wajah
ipsilateral terhadap lesi yang bergandengan dengan
hipestesia pada belahan badan (=bagian tubuh di bawah
kepala) kontralateral terhadap lesi. Lesi yang mendasari
pola defisit sensorik itu menduduki kawasan jaras
spinotalamik dan traktus spinalis nervi trigemini di
medula oblongata.
Hipestesia tetraplegik: hipestesia pada seluruh tubuh
kecuali kepala dan wajah. Defisit sensorik itu timbul
akiabt lesi transversal yang memotong medula spinalis di
tingkat servikal. Jika lesi itu menduduki segmen medula
spinalis di bawah tingkat T.1, maka defisit sensorik yang
terjadi dinamakan hipestesia paraplegik.

Hipestesia selangkangan atau saddle hypesthesia:


hipestesia pada daerah kulit selangkangan. Lesi
yang mengakibatkannya merusak kauda ekuina.
Hemihipestesisa
sindrom
Brown
Sequard:
hemihipestesia pada belahan tubuh kontralateral
terhadap hemilesi di medula spinalis.
Hipestesia yang terjadi akibat lesi di radiks
posterior dikenal sebagai hipestesia radikular atau
hipestesia dermatomal. Dalam hal itu daerah yang
hipestetik ialah dermatoma yang disarafi oleh
serabut-serabut radiks posterior yang terkena lesi.
Hipestesia perifer: hipestesisa pada kawasan saraf
perifer yang biasanya mencakup bagian-bagian
beberapa dermatoma.

Sindrom Defisit Sensorik

Sebagaimana sudah disinggung diatas,


defisit sensorik dapat menjadi salah
satu gejala suatu sindrom atau
manifestasi tunggal suatu proses
patologik. Pada umumnya defisit
sensorik
ikut
menyusun
suatu
gambaran penyakit, seperti yang
diuraikan di bawah ini.

a. Defisit sensorik pada


sindrom thrombosis serebri

Akibat penyumbatan pada a.lentikulostriata sesisi


terjadi infark yang menduduki krus posterior
kapsula interna sehingga seluruh serabut
piramidal yang mengurus gerakan voluntar
belahan tubuh kontralateral tidak berfungsi lagi.
Selain
serabut-esrabut desendens itu, infark
dapat melibatkan juga ujung belakang krus
posterior juga, yang dilintasi seluruh serabut
penghantar impuls sensorik belahan tubuh
kontralateral. Karena itu, maka terjadilah
hemiplegia dan hemihipestesia kontralateral
terhadap infark.

b. Defisit sensorik pada


sindrom Wallenberg

Akibat penyumbatan sesisi pada a.serebei posterior


inferior terjadi infark di korpus restiforme ipsilateral
berikut kawasan lintasan spinotalamik dan traktus
spinalis nervi trigemini. Ini berarti bahwa hipestesia
ditemukan pada belahan wajah ipsilateral dan pada
belahan badan kontralateral. Itulah yang dikenal
sebagai hemihipestesia alternans. Karena kerusakan
lainnya terdapat ataksia ipsilateral (akibat kerusakan
pada jaras spinoserebelar), vertigo (akibat lesi di inti
vestibular), tanda-tanda Horner ipsilateral (akibat
kerusakan pada substansia retikularis lateralis),
kesukaran menelan karena paresis otot-otot penelan
(akibat kerusakan pada radiks n.glosofaringeus).

Gambar 6. Gangguan somestesia


pad sindrom Wallenberg

c. Defisit sensorik pada


siringobulbi

Siringobulbi adalah lubang sempit yang memanjang


dari kawasan lintasan spinotalamik dan traktus
spinalis N.V ke lokasi traktus solitarius di medula
oblongata. Lubang patologi itu merusak daerah
ventro-medial dari korpus restiforme, yang ikut
tercakup oleh infark bilamana a.serebeli posterior
inferior tersumbat. Oleh karena itu sindrom
siringobulbi
menyerupai
sindrom
Wallenberg.
Walaupun demikian mula timbul yang cepat dalam
waktu yang singkat adalah sesuai dengan lesi
vaskular (=sindrom Wallenberg) dan yang lambat
dalam waktu berbulan-bulan berkorelasi dengan
proses degenerasi (=sindrom siringobulbi).

d. Defisit sensorik pada sindrom


tetraplegia atau paraplegia

Karena trauma, gangguan spinovaskular, proses auto-imunologik atau


pun proses maligne, satu atau beberapa segmen medula spinalis rusak
sama sekali. Lesi yang seolah-olah memotong medula spinalis dinamakan
lesi transversal.
Akibat lesi transversal di segmen servikal atas (C.3 atau C.4) impuls
motorik tidak dapat disampaikan kepada motoneuron yang berada di bawah
C.3 atau C.4; lalu impuls sensorik dari permukaan badan di bawah
dermatom C.3 atau C.4 tidak dapat disampaikan kepada korteks sensorik
primer.
Ini
berarti
bahwa
keempat
anggota
gerak
lumpuh
(=tetraplegia=kuadriplegia) dan mulai dari dermatoma C.3/C.4 ke bawah
badan anestetik atau hipestetik (hipestesia tetraplegik). Karena impuls
asendens dan desendens lainnya juga tidak dapat disampaikan kepada
tempat tujuannya, maka perasaan ingn kencing dan berak hilang serta daya
untuk mengosongkan kandung kemih berikut rektum pun lenyap.
Bilamana lesi transversal berada di bawah intumesensia
servikobrakalis, maka timbullah paralisis kedua tungkai (paraplegia) yang
disertai hipestesia pada permukaan badan di bawah tingkat lesi (hipestesia
paraplegik).

e. sensorik pada sindrom


Brown Sequard

Lesi di medulla spinalis dapat memusnahkan belahan segmen


medula spinalis sesisi saja. Itulah yang dikenal sebagai
hemilesi.
Sebagai contoh kasus medula spinalis yang dilanda hemilesi
mutlak di tingkat T.6 (gambar). Adanya hemilesi di tingkat T.6,
maka belahan badan kontralateral dari dermatoma T.6 ke
bawah kebal terhadap rangsangan protopatik. Pada belahan
badan ipsilateral di bawah miotoma T.6 terdapat kelumpuhan
UMN. Kerusakan pada funikulus dorsalis sesisi mengakibatkan
hilangnya perasaan akan getaran, gerakan dan sikap anggota
gerak pada tubuh sisi ipsilateral. Pada belahan badan yang
lumpuh itu sebenarnya terdapat gangguan serebelar juga,
karena terputusnya jaras spinoserebelar dorsalis dan ventralis
di sisi ipsilateral. Tetapi karena adanya kelumpuhan, maka
gangguan serebelar tidak dapat diungkapkan.

Gambar 7. Bagan hemilesi yang


mendasari sindrom Brown Sequard

f. Defisit sensorik pada


sindrom radikulopatia

Radikulopatia berarti radiks posterior


dan anterior yang dilanda proses
patologik. Gangguan itu dapat terjadi
setempat atau menyeluruh.
Tergantung pada sifat proses patologik,
dapat
mengakibatkan
nyeri
dan
kelumpuhan, yang dapat diiringi oleh
parestesia.

g. Defisit sensorik akibat


lesi di pleksus brakialis

Lesi
di
pleksus
brakialis
yang
mengganggu serabut-serabut yang
berasal dari saraf spinal C.5 dan C.6
dikenal sebagai lesi pleksus brakialis
atas.
Lesi pleksus brakialis bawah adalah lesi
yang mengganggu serabut-serabut
yang berasal dari saraf spinal C.8 dan
T.1.

h. Defisit sensorik pada


sindrom neuritis/neuropatia

Manifestasi neuritis dan neuropatia


terdiri atas kelumpuhan LMN, nyeri dan
defisit sensorik itu sekaligus dirasakan
oleh pasien.

Gangguan Sensorik
Positif

Gangguan sensorik positif ialah nyeri.


Perangsangan yang menghasilkan nyeri
bersifat destruktif terhadap jaringan yang
dilengkapi dengan serabut saraf pengantar
impuls nyeri (serabut nyeri). Jaringan itu
dinamakan secara singkat dengan jaringan
peka-nyeri. Jaringan atau bangunan yang
tidak dilengkapi dengan serabut nyeri tidak
menghasilkan nyeri bilamana dirangsang,
misalnya diskus intervertebral.

Nyeri neuromuskuloskeleral
non-neurogenik

Nyeri yang dirasakan pada anggota gerak


dapat disebut nyeri neuro muskuloskeletal.
Scbagian dari nyeri itu adalah nyeri yang
bangkit akibat proses palologik di jaringan
yang dilengkapi dengan serabut nyeri.
contohnya:
artralgia
(akibat
proses
patologik di persendian), mialgia (akibal
proscs patologik di otot) dan entesialgia
(akibal proses palologik di tendon. fasia,
jaringan miofasial dan periosteum).

Nyeri neuromuskuloskelelal
neurogenik

Jenis nyeri ncuromuskuloskclctal lainnya ialah


nyeri akibat intasi langsung terhadap serabut
sensorik perifer. Nyeri itu dikcnal sebagai
nyeri neurogcnik, yang memiliki dua ciri
khas: (1) nyerinya menjalar scpanjang
kawasan distal saraf yang bersangkulan dan
(2) pcnjulurun nyeri itu berpangkal pada
bagian saraf yang mengalami iritasi Serabut
sensorik perifer menyusun radiks posterior,
saraf spinal pleksus, fasikcl dan segcnap
saraf perifer.

Nyeri radikular

Radiks anterior dan posteriorbergabung


menjadi
satu
berkas
diforamen
intervertebrale berkasitu dinamakan syaraf
spinal.Kawasan
sensorik
setiap
radiks
posterior
adalah
dermatoma.
Pada
permukaan thoraks dan abdomen dermatoma
itu selapisdemi selapis, sesuai dengan urutan
radiks posterior pada Tetapi pada permukaan
lengan dan tungkai kawasan radiks posterior
pada segmen-segmen medula spinalis C.3 C.4 dan T.3 sampai T.12 .

Brakialgia

Nyeri yang terasa menjalar sepanjang


lengan dinamakan brakialgia. Nyeri itu
dapat timbul akibat lesi iritatif di radiks
posterior C.4 sampai T.1 atau akibat lesi
iritatif pada pleksus brakialis atau pada
fasikulus yang merupakan pangkal dari
segenap saraf perofer dari lengan. Lesi
iritatif itu dapat berupa
peradangan
(rematik), trauma, neoplasma, aneurisma,
fraktur tulang dan sebagainya.

Iskialgia

Nyeri yang terasa sepanjang tungkai


dinamakan iskialgia. Ditinjau dari arti
katanya, maka iskialgia adalah nyeri
yang terasa sepanjang N.iskiadikus.
Iskialgia timbul akibat perangsangan
serabut-serabut sensorik yang berasal
dari radiks posterior L.4 sampai dengan
S.3. dan ini dapat terjadi pada setiap
bagian N.iskiadikus sebelum ia muncul
pada permukaan belakang tungkai.


Gangguan Somestesia pada Neuritis

Polineuritis
Segenap saraf perifer terutama pada
bagian distal keempat ektremitasdapat
mengalami gangguan akibat infeksi,
intoksikasi,
proses
imunopatologik,
defisiensi makanan dan sebagainya.
Istilah yang digunakan untuk keadaan
itu lalah polineuritis.

Mononeuritis

Gangguan
somestesia
akibat
mononeuritis
umumnya
bersifat
negatif, yakni anestesia/hipestesia atau
parestesia. Pola defisit sensorik itu
sesuai dengan pola kawasan saraf
perifer.

Neuritis pada lengan


Gangguan somestesia akibat neuritis n.radialis

Gangguan somestesia akibat neuritis n.ulnaris


Gangguan somestesia akibat neuritis n. Medianus
Gangguan somestesia akibat neuritis n.
Muskulokutaneus
Neuritis pada tungkai

Gangguan somestesia akibat neuritis n. Iskiadikus


Gangguan somestesia akibat neuritis n. kutaneus
femoralis lateralis
Gangguan somestesia akibat neuritis n. peroneus
komunis
Gangguan somestesia pada kawasan sensorik n. tibialis

Gangguan Somestesia
Psikogenik

Karena konflik mental, seseorang dapat


memperoleh gangguan somestesia
yang memiliki arti emosional. Pada
umumnya gangguan ini merupakan
suatu jenis konversi histerik.

BAB III
KESIMPULAN

Jenis perasaan dibedakan menjadi dua yakni somatostesia dan


viserostesia.
Somestesia adalah perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh
yang berasal dari sematopleura, yaitu kulit, tulang, dan jaringan
pengikat.
Somestesia mencakup perasaan yang menyakiti atau perasaan
protopatik dan perasaan yang diperlukan untuk mengatur diri
sendiri atau perasaan propioseptif.
Integrasi perasaan protopatik dan propioseptif dalam tingkat yang
lebih sempurna memungkinkan terwujudnya perasaan luhur.
Gejala sensorik dapat diklasifikasikan dalam 5 golongan, yaitu
hilang perasaan kalau dirangsang (anestesia), perasaan terasa
berlebihan jika dirangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul
secara spontan, tanpa adanya perangsangan (parestesia), nyeri,
gerakan yang canggung serta simpang siur.

Anda mungkin juga menyukai