CASE STUDY : AIR ASIA

Kelompok 3:
Adistra Widyanie
- 9114201305
Rino Manullang - 9114201325

Now Everyone Can Fly

Tantangan Air Asia (2001-2004)

Dimulai dari Des 2001 saat Tune Air mengakuisisi Air Asia dengan mewarisi

beban utang 40 juta RM dan karena serangan burung menyisakan 1 pesawat.

Jumlah penumpang selama Des 2001 ada 36000).
Juli 2002, perpindahan pusat bandara dari Subang International Airport ke
KLIA.
Agustus 2002, MAS meluncurkan program Supersaver (diskon 50% untuk
14000 kursi ekonomi penerbangan domestik).
Feb 2003, wabah SARS.
Maret 2003, dimulai perang IRAK.
Des 2003, MAS meluncurkan program kedua Supersaver.
Agustus 2004, MAS meluncurkan program ketiga Supersaver.
Now Everyone Can Fly

 Terlihat bahwa ada penurunan yang cukup signifikan ketika MAS meluncurkan

program Supersavernya yang kedua, dari 317 ribu kursi menjadi 203 kursi selama 2
bulan (-35%).
Ada peningkatan jumlah penumpang kurun waktu 3 tahun sejak Air Asia berdiri dari
36 ribu sampai 331 ribu kursi (820%).
Pencapaian selama 3 tahun pertama :
a. April 2002, peluncuran ticketless service
b. Mei 2002, peluncuran internet booking dan layanan online payment
c. Des 2003, terima penghargaan Asia Pacific Airline of The Year oleh CAPA dan
memulai penerbangan regional
d. Feb 2004, dimulai Thai Air Asia
e. April 2004, dimulai rute penerbangan ke Indonesia
f. Nov 2004, dimulai operasional Air Asia Indonesia
Now Everyone Can Fly

Strategi Air Asia:

- Memberikan penawaran dengan harga tiket rendah
- Flash Sale
- Strategi Harga Murah

- Melayani rute-rute di Asia

- Frekuensi jadwal tinggi
- Peningkatan merk Air Asia
- Menjual merknya sebagai Low Cost Carrier namun masih mengedepankan kualitas
dan keamanan
- Customer Service yang berkelanjutan
- Mulai dari proses pembelian tiket, check in, hingga pelayanan lainnya

Now Everyone Can Fly

Now Everyone Can Fly

Sumber pendapatan Air Asia

Tiket
Pesawat

Hot Seat

Revenue
Driver
Air Asia

Makanan
Now Everyone Can Fly

Layanan
Tambahan

Now Everyone Can Fly