gANGGUAN NEUROTIK
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
dan
Kriteria Diagnosis :
Untuk agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
a.
b.
c.
d.
Penatalaksanaan :
Terapi kognitif
Antiansietas
Antidepressan
Prognosis :
Pada kasus agoraphobia karena gangguan panik,
jika gangguan panik diobati agoraphobia
seringkali membaik.
Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
seringkali menyebabkan ketidakberdayaan yg
kronis.
Fobia spesifik
Etiologi :
1.
Pengalaman emosional
Contoh : pengalaman mengemudi kecelakaan
2.
ModelLing : seseorang mengamati reaksi pada orang lain
3.
Pengalihan
informasi
:
seseorang
bisa
diajarkan/diperingatkan tentang bahaya objek tertentu
4.
Faktor genetik
Epidemiologi :
. Lebih sering dibandingkan dengan fobia sosial
. Pria : Wanita = 1 : 2
. Onset fobia spesifik :
Tipe Lingkungan alami, Tipe Darah, dan Tipe Injeksi : >>
pada rentang usia 5-9 tahun
Tipe Situasional ( kecuali takut ketinggian) : pertengahan
usia 20-an
Kriteria Diagnosis :
Rasa takut yg jelas, menetap, dan berlebihan
terhadap
Penatalaksanaan :
Terapi Pemaparan menggunakan pemaparan
stimulus fobik yg serial dan bertahap
Pendekatan kognitif
Farmakoterapi : antagonis -adrenergik
Fobia Sosial
Psikoterapi
Kombinasi metode perilaku dan kognitif
Farmakoterapi
Fenelzin, Alprazolam, Klonazepam
Prognosis :
Kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi menghasilkan
hasil yg lebih baik daripada terapi tersebut sendirisendiri.
Gambaran klinis :
Serangan dimulai dengan periode gejala yg
meningkat cepat selama 10menit
Gejala mental utama, yaitu ketakutan yg kuat dan
peasaan ancaman kematian
Pasien tidak mampu menyebutkan sumber
ketakutannya
Pasien merasa kebingungan dan mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian
Tanda fisik, yaitu takikardi, palpitasi, sesak nafas,
dan berkeringat
Pasien sering mencoba meninggalkan situasi
dimana dia berada untuk mencari bantuan
2.
Ansietas Menyeluruh
Gangguan ini menyeluruh dan menetap (bertahan
lama), tidak terbatas pada keadaan lingkungan tertentu.
3.
Manifestasi klinis :
Gagasan/impuls yg memaksakan dirinya terus
menerus untuk melakukan pekerjaan yg berulangulang
Perasaan ketakutan yg mencemaskan dan
melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan
impuls
Pasien menyadari melakuan perbuatan yg
mustahil dan tidak masuk akal tetapi merasakan
dorongan yg kuat untuk memahaminya
Diagnosis :
Penatalaksanaan :
Farmakoterapi
Klomipramin, SSRI (Fluoksetin), Lithium, atau
MAOI (Fenelzin)
Psikoterapi
Terapi perilaku dengan desensitasi
Terapi keluarga
Pedoman diagnostik :
Gejala-gejala :
Terdapat
Gejala Khas :
.Bayangan2
Onset :
Terjadi setelah trauma, masa laten antara
beberapa mgg-bulan (jarang melampaui 6 bln)
Penatalaksanaan :
BZD
Litium
-blocker
Klonidin
Karbamazepin
Gangguan Penyesuaian
Keadaan stres yg subjektif dan gangguan emosional yg
mengganggu kinerja dan fungsi. Timbul pada periode
adaptasi terhadap perubahan yg bermakna atau akibat
dari peristiwa kehidupan yg penuh stres.
Manifestasi klinik :
Afek depresif
Ansietas
Kecemasan
Perasaan tidak mampu menghadapi dan menyesuaikan, serta
merencanakan masa depan
Dissability dalam kinerja kegiatan rutin sehari-hari
Pada remaja : agresif dan dissosial
Pada anak-anak2 : fenomena regresi
Lamanya gejala tidak melebihi 6 bulan kecuali dalam kasus reaksi
depresif berkepanjangan
Amnesia Disosiatif
Adalah ketidakmampuan untuk mengingat informasi yg baru
saja disimpan dalam ingatan pasien, biasanya tentang peristiwa yg
menegangkan/traumatik dalam kehidupannya bukan disebabkan
oleh gangguan mental organik.
Amnesia dari amnesia disosiatif dapat mengambil 1 dari beberapa
bentuk :
- Amnesia terlokalisasi, kehilangan daya ingat terhadap
peristiwa dalam periode singkat/hanya dlm beberapa jam-hari
- Amnesia umum, kehilangan daya ingat akan pengalaman
selama hidupnya
- Amnesia selektif, kegagalan mengingat beberapa peristiwa
selama waktu yg singkat
2.
Fugue Disosiatif
Memiliki semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala melakukan
perjalanan meninggalkan rumah / tempat kerja yg disengaja,
seringkali mengambil identitas dan pekerjaan yg sepenuhnya baru
walaupun identitas baru biasanya kurang lengkap.
3.
4.
5.
Konvulsi Disosiatif
Menyerupai kejang epileptik dalam hal gerakannya, tapi jarang
disertai lidah tergigit dan luka karena jatuh saat serangan dan
inkontinensia urine, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tapi diganti
dengan keadaan stupor atau trans.
Gangguan Somatisasi :
.Banyak gejala somatik yg tdk dapat dijelaskan
berdasarkan pem. fisik & lab.
.Melibatkan sistem organ yg multipel.
.Kronis.
.Penderitaan psikologis, gangguan fungsional &
pekerjaan, perilaku mencari bantuan medis yg
berlebihan.
2.
Gangguan Konversi :
.Suatu ggg yg ditandai oleh adanya 1 atau lebih gejala
neurologis (paralisis, kebutaan, parestesia) yg tdk
dapat dijelaskan secara medis.
.Faktor psikologis berhubungan dgn awal gejala.
3.
Hipokondriasis
.Hipokondrium : sering mengalami keluhan
pada abdomen.
.Interpretasi pasien yg tidak realistik & tdk
akurat terhadap gejala atau sensasi fisik,
menyebabkan preokupasi & ketakutan bahwa
mereka menderita penyakit yg serius,
padahal tdk ditemukan penyebab medis.
.Percaya bahwa mereka menderita penyakit
yang parah yg belum terdeteksi & tdk dpt
diyakinkan akan kebalikannya.
4.
Gangguan Nyeri
.Adanya nyeri pd 1 atau lebih tempat yg tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau
neurologis non-psikiatrik.
.Ada hubungan dgn faktor psikologis.
Epidemiologi :
Wanita > Pria
Berhubungan terbalik dgn posisi sosial
Biasanya onset sebelum usia 30 tahun
Etiologi :
1. Faktor Psikososial
Menghindari tanggung jawab, tdk bisa menyelesaikan masalah,
ekspresi emosi yang tdk bisa diungkapkan dgn kata-kata.
2. Faktor Biologis
Genetik, gangguan metabolisme zat di otak.
3. Faktor prilaku
4. Faktor interpersonal
Prognosis :
. Baik
. Semakin lama gejala semakin buruk prognosisnya.
Terapi :
Farmakoterapi :
Psikotropik bila ada ggg mood atau gangguan
kecemasan.
Analgesik ( ggg nyeri )
Antidepressan
Anxiolitik
Psikoterapi :
Psikoterapi kelompok
Hipnosis
Terapi perilaku
Neurastenia
Keluhan utama yaitu kelemahan fisik hanya karena
kegiatan ringan disertai nyeri dan sakit otot dan tidak
mampu untuk rileks.
Ciri Khas : Kekhawatiran pasien pada kelelahan dan
kelemahan serta penurunan efisiensi mental dan fisik.
B.
Sindrom Depersonalisasi-Derealisasi
Keadaan dimana pasien mengeluh bahwa aktivitas
mentalnya, tubuhnya, lingkungannya, menjadi
berubah kualitasnya sehingga menjadi tidak nyata
dan asing.
Kriteria Diagnosis :
1.
2.
3.
4.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH