KELOMPOK 3
KONSEP DHF
PENGERTIAN DHF
Demam berdarah dengue
adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti
(Suriadi & Yuliani, 2001).
PENYEBAB DHF
DHF adalah suatu demam akut yang
disebabkan oleh 4 serotipe dari virus
Dengue
PENYEBAB :
Group : B. Arbovirus
Sub group : Flavi virus
Family : Toga virus
Serotipe : Den 1, 2, 3, 4
VEKTOR : Aedes aegypti ( Aedes Sp )
PATOFISIOLOGI
Infeksi virus DENGUE
Hepato
Kebocoran plasma
hipovolemia
ke ektra seluler
pembuluh darah
krsakan endotel
MANIFESTASI KLINIS
DEMAM ( 2-7 HARI )
PERDARAHAN ( HARI KE-2 dan 3
)
Hepatomegali ( penurunan
fungsi hari)
Renjatan ( SYOK ) biasanya
terjadi pada hari ke 3
( kegagalan sirkulasi )
KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF
menurut derajat penyakitnya menjadi 4
golongan, yaitu :
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis
lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 27 hari, Uji tourniquet positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Sama dengan derajat I,
ditambah dengan gejala-gejala
perdarahan spontan seperti petekie,
KOMPLIKASI
Perdarahan gastrointestinal karena
trombositopenia seta terganggunya fungsi
trombosit disamping difisiensi yang ringan
atau sedang.
Syok hipovolemik karena kekurangan
volume plasma sampai 20% atau lebih .
Efusi pleura karena kerusakan dinding
pembuluh darah.
Kegagalan sirkulasi karena kerusakan
system vaskuler dengan adanya
peninggian permeabilitas pembuluh darah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dasar diagnosis Dengue
Haemoragic Fever (DHF)WHO
tahun 1986:
Kriteria klinis :
1. Panas dengan onset yang akut, tinggi dan
menetap selama 2-7 hari
2. Menifestasi perdarahan petikie, melena,
hematemesis (test rumple leed).
3. Pembesaran hepar.
4. Syock yang ditandai dengan nadi lemah,
cepat, tekanan darah menurun, akral dingin
dan sianosis, dan gelisah.
Kriteria laboratorium:
1. Trombositopenia (kurang atau
sama dengan 100.000/ mm3)
2. Hemokonsentrasi : terdapat
kenaikan hematokrit lebih atau
sama dengan 20% pada masa
akut dibandingkan dengan masa
penyembuhan.
PENATALAKSANAAN
1. kasus DBD yang diperkenankan berobat jalan
Penderita diperkenankan berobat jalan jika hanya
mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik.
Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak
diperkenankan memberikan obat panas
paracetamol 10-15 mg/Kg BB setiap 3-4 jam
diulang jika symptom panas masih nyata diatas
38,5 0C. Obat panas salisilat tidak boleh
dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya
perdarahan dan asidosis.
Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini
ini adalah kasus DBD yang menunjukkan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua
tanpa menunjukkan penyulit lainnya. Apabila
penderita DBD ini menunjukkan manifestasi
2. Kasus DBD derajat I dan II
Pada hari ke-3,4 dan 5 panas dianjurkan
rawat inap karena penderita ini mempunyai
resiko terjadinya apabila syok. Untuk
mengantisipasi kejadian syok tersebut,
penderita disarankan diinfus kristaloid. Pada
saat fase panas, penderita dianjurkan banyak
minum air buah atau oralit yang biasa
dipakai untuk mengatasi diare. Hematokrit
yang meningkat lebih dari 20% dari harga
normal merupakan indikator adanya
kebocoran plasma dan sebaiknya penderita
dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi
selama kurun waktu 12-24 jam.
Jenis cairan
Kristaloid
Ringer laktat
5% Dekstrose di dalam larutan
5% Dekstrose di dalam larutan
asetat
5% Dekstrose di dalam larutan
normal garam fisiologis dan
5% Dekstrose di dalam larutan
garam fisiologis
ringer laktat
ringer
setengah
normal
Koloidal
Plasma ekspander dengan berta
molekul rendfah (dekstran 40) Plasma
Kebutuhan cairan
Tabel 1
Berat badan
waktu masuk
<7
Jmlh cairan
ml/kg bb hari
220
7-11
165
12-18
132
> 18
88
Tabel 2
BB/kg
10
100 per kg BB
10-20
1000+50 x Kg
> 20
1500+20 x Kg
3. Penatalaksanaan DBD derajat III dan
IV
Penggantian secara cepat plasma yang hilang
digunakan larutan garam isotonic (ringer lakatat,
5% dekstrose dalam larutan ringer laktat atau
5% dekstrose dalam larutan ringer asetat dan
larutan normal garam faali) dengan jumlah 1020 ml/kg/1 jam.
Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat
diberikan bolus 10 ml/kg (1 atau 2x). Jika syok
berlangsung terus dengan hematokrit yang
tinggi, larutan koloidal (dekstran dengan berat
molekul 40.000 di dalam larutan normal garam
fal atau plasma) dapat diberikan dengan jumlah
10-20 ml/kg/jam.
7.
Transfusi darah
Penderita yang menunjukkan gejala untuk mengganti volume
masa sel darah merah agar menjadi normal.
8. Kelainan Ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian
volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan
baik. Apabila diuresis belum mencukupi 2 ml/Kg BB/ jam
sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan,
maka selanjutnya furasemid 1 mg/ kg BB daapt diberikan.
Pemantaun tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar
ureum dan kreatinin. Tetapi bila diuresis tetap belum
mencukupi pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi
dengan baik maka pemasangan central venous pressure
(CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan
selanjutnya.
9. Monitoring
Tanda vital dan hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi
secara teratur.
Kriteria memulangkan
pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
Nafsu makan membaik
Tampak perbaikan secara klinis
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit > 50.000/ mm3
Tidak dijumpai distress pernapasan
( disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa
(Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri
ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit
kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada
waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko defisit cairan b.d pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
2. Hipertermie b.d proses infeksi virus dengue.
3. Resiko syok hypovolemik b.d perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan b.d penurunan factorfaktor pembekuan darah (trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua b.d kondisi anak.
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign
dalam batas normal, Tidak ada tanda presyok,
Akral hangat, Capilarry refill <>
Intervensi :
1. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi
fluktuasi cairan intravaskuler
2. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer