Anda di halaman 1dari 111

Indah Permatasari

405120213

Menentukan cara kematian


Wajar (natural death) = kematian
korban oleh karena penyakit bukan
karena kekerasan atau rudapaksa
Tidak wajar (un-natural death) =
kecelakaan, bunuh diri, pembunuh
Tidak dapat ditentukan (undetermined) = pada keadaan mayat
telah sedemikian rusak sehingga
tidak dapat dinilai lagi

Asfiksia

Definisi :
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan berkurang
Penyebab :
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar.
1.Penyebab asfiksia wajar karena penyakit seperti difteri,
tumor laring, asma bronkiale, pneumotoraks, pneumonia,
COPD, reaksi anafilaksis, dan lain-lain.
2.Penyebab asfiksia tidak wajar karena emboli, listrik,
racun (barbiturat), dan adanya halangan udara masuk ke
saluran pernapasan secara paksa.

Stadium Asfiksia

Stadium Asfiksia

Stadium Asfiksia

Stadium Asfiksia

Gambaran Postmortem pada


Asfiksia

Gambaran Postmortem pada


Asfiksia

Asfiksia
Pada pemeriksaan luar jenazah yang dapat
ditemukan adalah adanya sianosis pada bibir,
ujung-ujung jari dan kuku.
Bendungan sistemik, pulmoner, dan dilatasi jantung
merupakan trias klasik yang muncul pada korban
asfiksia.
Lebam mayat yang ditemukan biasanya
memberikan warna merah-kebiruan gelap dan
terbentuk lebih cepat akibat tingginya kadar
CO2dan fibrinolisin.
Tingginya kadar fibrinolisin berhubungan denga
cepatnya kematian terjadi.

Busa halus pada hidung dan mulut dapat


ditimbulkan akibat reaksi yang ditimbulkan
oleh peningkatan aktivitas pernapasan
fase dispneu.
Pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra muncul sebagai bukti
terdapatnya bendungan pada mata.
Kapiler yang mudah pecah juga akan
timbul pada daerah konjungtiva bulbi,
palpebra dan subserosa lain.

Pada pemeriksaan bedah jenazah, korban yang


mati karena asfiksia akan menimbulkan
beberapa gejala khas, seperti :
Warna darah lebih gelap dan encer
Muncul busa halus di saluran pernapasan
Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ tubuh
Petekie
Edema paru
Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan
( fraktur laring ).

Pemeriksaan pada kasus kematian


karena tenggelam
Kematian karena tenggelam salah
satu bentuk dari mati lemas/asfiksia,
dimana asfiksia tersebut disebabkan
karena korban tenggelam seluruhnya
atau tenggelam sebagian di dalam
benda cair

Pemeriksaan Luar:
Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses suhu
mayat dalam hal ini kira-kira dua kali lebih cepat, dengan
penurunan suhu rata-rata 5F per jam dan biasanya suhu mayat
akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu sekitar 5-6 jam
Lebam mayat berwarna merah terang seperti halnya pada kasus
keracunan gas CO, lebam terdapat di daerah kepala, leher dan
bagian depan dada
Dari lubang dan mulut keluar busa halus berwarna putih,
merupakan tanda bahwa korban memang meninggal karena
tenggelam atau meninggal karena asfiksia pd umumnya
Busa tersebut lama kelamaan akan berwarna kemerahan dan bila
dihilangkan busa tersebut akan keluar lagi khususnya bila dada
korban ditekan
Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan
Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam
benda-benda pasir, dahan atau rumput (cadaveric spasme)
petunjuk kuat bahwa kematian korban karena tenggelam atau
menunjukkan intravitalitas

Pemeriksaan dalam/bedah mayat:


Busa halus dan benda-benda yang terdapat di dalam air (pasir,
tumbuhan, dsb) akan dapat ditemukan dalam saluran
pernafasan/batang tenggorok dan cabang-cabangnya. Diatomae
ganggang bersel satu dapat ditemukan dalam paru-paru dan organ
tubuh lainnya
Pada tenggelam air tawar (fresh water drowning, paru-paru sangat
mengembang, pucat, berat dan bila ditekan akan mencekung,
keadaan mana dikenal dengan nama emphysema aquasum, teraba
krepitasi dan paru-paru tersebut akan tetap bentuknya bila
dikeluarkan dari rongga dada, dan pada pengirisan setiap potongan
akan mempertahankan bentuknya, pada pemijatan keluar sedikit busa
dan sedikit cairan
Pada tenggelam air asin (salt waterdrowning), paru-paru berat, penuh
berisi air, perabaan memberi kesan seperti meraba jelly dan bila
dikeluarkan dari rongga dada bentuknya tidak akan bertahan
sedangkan pada pengirisan tampak banyak cairan yang keluar
Dalam lambung dan organ-organ dalam tubuh serta sumsung tulang
dapat ditemukan pula benda-benda asing yang berasal dr dalam air,
seperti lumpur, tumbuhan dan secara mikroskopis dapat dilihat
adanya ganggang

Tenggelam
Pada korban tenggelam, pemeriksaan harus dilakukan secara
lengkap dan teliti. Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan saat melakukan pemeriksan luar pada jenazah
tenggelam, yaitu :
Keadaan jenazah : basah, berlumpur, pasir, benda-benda penyerta
Busa halus pada hidung dan mulut, atau darah
Keadaan mata : setengah terbuka/tertutup, jarang terdapat perdarahan/
bendungan
Kutis anserina pada permukaan anterior tubuh terutama ekstremitas
akibat adanya kontraksi otot erektor pili sebaga respon dari air dingin.
Washer womans hand: telapak tagan berwarna keputihan dan keriput
karena adanya imbisi cairan ke dalam kutis
Cadaveric spasme: biasanya menunjukkan kadaan pada saat korban
berusaha menyelamatkan diri.
Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, kaki akibat gesekan benda-benda
saat tenggelam.

Pada pemeriksaan bedah jenazah ada 6 hal


yang harus diperhatikan, yaitu :
Busa halus dan benda asing ( pasir dan
tumbuhan air )
Paru paru membesar seprti balon
Petekie
Paru-paru normal (kasus tenggelam pada air
tawar )
Otak, ginjal, hati, limpa mengalami bendungan
Lambung membesar, terisi air, lumpur dan
dapat juga ada pada usus halus.

Pada kasus tenggelam, perlu dilakukan pemriksaan


laboratorium guna kepastian penyebab kematian.
Terdapat 2 pemeriksaan yang harus dilakukan, yaitu :
Pemeriksaan diatom. Pada korban tenggelam diatom
biasanya akan masuk ke dalam saluran pernapasan
ataupun saluran pencernaan, yang nantinya akan masuk ke
dalam peredaran darah melalui dinding kapiler yang rusak.
Pemeriksaan diatom dapat menggunakan tekhnik destruksi
menggunakan sediaan yang diambil dari getah paru. Pada
pemeriksaan diperhatikan banyaknya diatom. Jika terdapat
4-5?LPB maka pemeriksaan diatom dikatan positif.
Pemeriksaan darah jantung.Asfiksia merupakan
keadaan dimana terjadinya gangguan sirkulasi udara
pernapasan yang menyababkan hipoksia dan peningkatan
karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan organ
kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik ) dan terjadi
kematian.

Pengguguran
Untuk mengetahui penyebab kematian perlu diperhatikan tandatanda mati lemas (sianosis, bintik-bintik perdarahan pada
jaringan longgar, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa
halus dari lubanghidung/mulut, tanda bendungan alat dalam),
keadaan mulut dan sekitar (lecet, memar, benda asing, luka
tusuk, sayat), keadaan leher dan sekitarnya (luka lecet, jejas
jeratan), atau adanya tanda-tanda terendam (telapak keriput dan
pucat, kulit berbintil-bintil, dan benda asing di trakea).
Penyimpulan harus dilakukan secara berhatihati untuk kasus
yang diduga terdapattraumalahir yang seringkali mirip dengan
kekerasan pada kepala.
Adanya perdarahan dan edema pada kulit (kaput suksadenum),
perdarahan subperiosteal (sefal hematom), molase, perdarahan
dan robekan pada falks serebri merupakan tandatraumalahir
yang tidak dapat dipersalahkan kejadiannya pada si ibu.

Tanda lahir hidup adalah adanya udara dalam paruparu, lambung dan usus, dan liangtelingatengah.
Adanya udara dalam paru-paru ditandai gambaran paruparu yang memenuhi rongga dada, paru-paru warna
merah ungu, dengan gambaran mozaik, tepi paru
tumpul, terdapat krepitasi dan bila dibenamkan dalam
air tampak gelembung udara, berat 1/35 berat badan,
tes apung positif, pada pemeriksaan mikroskopik
tampak pengembangan alveoli yang tidak merata
dengan dinding alveoli licin tanpa ada
penonjolan(projection).
Adanya makanan dalam lambung mengarahkan bahwa
anak sudah cukup lama dalam keadaan hidup.

Penentuan umur janin dalam


kandungan dilakukan menurut rumus
De Haas :
5 bulan I panjang kepala-tumit (cm)
= kuadrat umur gestasi (bulan),
selanjutnya panjang kepala-tumit
(cm) = umur gestasi (bulan) x 5

Pemeriksaan Korban Abortus


o Pada korban hidup, perlu
diperhatikan tanda kehamilan dan
usaha penghentian kehamilan,
pemeriksaan toksikologi,
pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik terhadap jaringan dan
janin yang mati serta kaitan genetik
antara janin dengan tersangka ibu.

Pada korban mati dilakukan pemeriksaan luar, pembedahan


jenasah, pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari
jantung) bila terdapat cairan dalam rongga perut atau
kecurigaan lain, dan pemeriksaan mikroskopik untuk
mencari adanya sel trofoblas, kerusakan jaringan, dan sel
radang.
Pada autopsi dilihat adakah pembesaran, krepitasi, luka
atau perforasi pada uterus.
Periksa genitaliaeksternaapakah pucat, kongesti atau
memar.
Lakukan pula tes emboli udara pada vena kava inferior dan
jantung.
Uterus diiris mendatar dengan jarak antar irisan 1 cm untuk
deteksi perdarahan dari bawah.
Ambil urin untuk tes kehamilan dan toksikologik.
Pemeriksaan organ lain seperti biasa.
Tentukan pula usia kehamilan. Tentukan kaitan genetik
antara janin/jaringan aborsi dengan ibu.

Toksikologi Forensik
Forensic Science : the application of
science to law
Toksikologi forensik dapat dimengerti
sebagai pemanfaatan atau penerapan ilmu
toksikologi untuk kepentingan peradilan.
Ilmu toksikologi: ilmu yang menelaah
tentang kerja dan efek berbahaya zat
kimia atau racun terhadap mekanisme
biologis suatu organisme.

Keracunan
Keracunan perlu dipikirkan sebagai
penyebab kematian pada kasus
Kematian mendadak, khususnya di
tempat umum
Kematian mendadak, khususnya bila
sebelumnya pasien baik-baik saja
Kematian pada sekelompok orang yang
terjadi dalam waktu yang bersamaan

Keadaan dimana pemeriksaan racun


diperlukan dalam kaitannya dengan
perkara pidana
Kecelakaan lalu lintas
Mengetahui mengapa kecelakaan tersebut tidak
terjadi

Kasus kebakaran
Saat terbakar sudah meninggal / belum kadar
COHb di dalam darah (+) masih hidup

Kasus pembunuhan
Mencari dan mengetahui motif terjadinya
pembunuhan

Penyalahgunaan obat bius/ narkotika


Biasa akibat kecelakaan karena kelebihan dosis
Kalau pembunuhan biasa racun yang dipakai
bermacam-macam

Kriteria untuk menentukan sebab kematian akibat


keracunan
Adanya keterangan yang menyatakan bahwa korban benar
kontak dengan racun
Adanya tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan tanda dan
gejala keracunan racun yang diduga
Secara pemeriksaan laboratoris dapat dibuktikan adanya
racun dalam benda bukti yang berupa sisa makanan atau sisa
obat
Pada pemeriksaan bedah mayat ditemukan yang sesuai
dengan kelaianan yang ditemukan pada kasus
keracunan racun yang sama
Pemeriksaan laboratoris dibuktikan adanya racun atau
metabolit dalam tubuh korban secara sistematis

Bila ditemukan racun pada darah


atau alat0alat dalam serta urin dan
empedu racun masuk saat korban
masih hidup

Racun
Suatu zat yang bekerja dalam tubuh secara
kimiawi dan faali yang dalam dosis toksis
menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh, hal
mana dapat mengakibatkan penyakit atau
kematian

Keracunan heroin dan morfin paling sering


Gejala keracunan
Mula-mula eksitasi sususnan saraf pusat yang
dengan cepat diikuti fase narkose
Kematian secara langsung akibat efek narkotik
dimana depresi pusat pernapasan, edema paru
dan syok anafilaktik
Kematian secara tidak langsung biasanya akibat
pemakaian alat dan preparat yang tidak steril

Pemeriksaan mayat
Pemeriksaan luar
Needle marks pada daerah lipat siku, punggung
tangan, leher, sekitar puting susu dan daerah
dimana vena mudah terlihat
Kalau sniffing : dapat ditemukan perforasi pada
septum nasi
Pembesaran KGB terutama sekitar ketiak
Gelembung-gelembung pada kulit ( skin blister)
akibat pemakaian dalam jumlah besar
Tanda mati lemas ( keluarnya busa halus putih dari
hidung dan mulut , bintik pendarahan)

Pemeriksaan dalam
Edema paru dimana ada tanda asfiksia
Pemeriksaan miksroskopis dapat ditemukan
kristal magnesium silikat khususnya pada
pemakai heroin kronis
Kelaian hati
Pembesaran KGB di sekitar hati saluran
empedu dan pankreas
Tanda peradangan pada alat-alat dalam lain
dan pembesaran limpa

Sampel biologis
Diambil dari tubuh korban dan
dikerjakan oleh dokter guna
pemeriksaan toksikologis
Urine, cairan empedu, daerah tempat
suntikan ( radius 5-10cm) dan darah
korban
Kalau pengguna sniffing : lendir dari
lubang hidung

Pembunuhan Anak Sendiri


Pengertian pembunuhan harus membuktikan :
Lahir hidup
Kekerasan
Sebab kematian akibat
Pengertian BARU LAHIR harus ada penilaian :
Cukup bulan atau belum, dan berapa usia
kehamilan
Berapa usia pasca lahir
Layak hidup (viable) atau belum (non-viable)

37

Pengertian TAKUT DIKETAHUI diasosiasikan


Belum timbul kasih sayang di ibu kepada
anak
Belum tampak tanda-tanda perawatan
Anggapan ini ingin mengatakan bahwa
adanya perawatan menunjukan telah
timbul kasih sayang ibu kepada anaknya
sehingga dapat diartikan rasa takut
diketahui telah melahirkan hilang
Pengertian si-ibu membunuh anaknya sendiri
mengharuskan kita dapat membuktikan
apakah mayat anak yang diperiksa adalah
anak dari tersangka ibu yang diajukan
38

Pembunuhan anak
Dokter harus memberi kejelasan
mengenai :
Memang benar anak itu baru dilahirkan
atau tidak lama sesudah dilahirkan
Sebab kematian korban (anak), dikaitkan
dengan penentuan :
Anak yang lahir memang lahir hidup
Adanya hal-hal yang menyebabkan kematian
korban
39

Kriteria yang bisa dipakai dalam


menentukan bahwa anak itu baru
dilahirkan/tidak lama sesudah dilahirkan :
Masih berlumuran darah
Tali pusat belum dirawat/masih terhubung dengan
plasenta
Adanya lemak bayi di lipat paha, lipat leher, dan
ketiak
Belum diberi pakaian,dll
Mikroskopik ada/tidak sel-sel radang pada
pusat/tali pusat (ditemukan pada anak yang masih
hidup 6-8 jam setelah dilahirkan)

40

Anak dengan lahir hidup dapat


diketahui dari paru-paru yang masih
baik :
Makroskopik :

Warna merah ungu dengan gambaran mozaik


Berat 1/35 dari berat badan
Bila dimasukkan dalam air akan mengapung
Bila diiris/dipijat keluar darah dan busa

Mikroskopik : adanya pengembangan


alveolus
41

Metode yang sering dipakai dalam


pembunuhan anak :
Pencekikan
Penyeratan
Pembekapan
Menyumpal mulut dengan benda

42

Pemeriksaan pada ibu ditujukan agar


penyidik mendapat kejelasan di
dalam hal :
Memang benar ibu tersebut baru
melahirkan (rahim yang masih besar,
keluarnya cairan kemerahan dari
vagina,dan tanda-tanda ibu masih masa
nifas)
Adanya barang bukti yang bisa dikaitkan
atau ada hubungan dengan barang bukti
yang didapat pada tubuh korban
43

Mayat Bayi
Bayi hasil aborsi
Bayi korban pembunuhan anak
sendiri
Bayi korban pembunuhan
Bayi korban penganiayaan
Bayi lahir mati, dibuang
Penelantaran anak yang baru lahir
44

ABORSI
KUHP pasal 299 memuat ancaman pidana
pada orang yang menyurh wanita untuk
diobati dengan pengobatan yang
bermaksud menggugurkan kandungannya
4 jenis aborsi
Natural atau aborsi spontan
Kecelakaan pada ibu seperti terpukul, shock,
atau rudapaksa lain pada daerah perut
Abortus terapetik
Bortus kriminalis

Metode abortus berdasarkan usia


Umur kehamilan sampai 4 minggu
melakukan kerja fisik berat, kekerasan fisik pada
perut, pencahar,dll

Umur kehamilan sampai 8 minggu


minum obat yang merangsang kontriksi otot rahim
dan mengganggu keseimbangan hormonal

Umur kehamilan sampai akhir12 atau 16


minggu
Menusuk kandungan dan memasukkan air sabun,
pasta atau karbol dan menggunakan alat yang dapat
melepaskan fetus dengan kuret dsb.

Komplikasi
Berlangsung cepat akibat syok vagal,
pendarahan hebat serta emboli udara
Berlangsung lambat ( 2 hari atau lebih)
akibat infeksi ginjal, kerusakan alat-alat
dalam, keracunan, pendarahan, shock
dan emboli

Autopsi

Umur Bayi
Lahir hidup atau mati
Tanda perawatan
Sebab Kematian

48

Ciri Bayi Sudah Pernah


Bernafas
Dada telah mengembang
Diafragma telah turun ke sela iga 4 5 atau 5 6
Tepi paru menumpul, berat 1/ 35 berat badan
akibat padatnya vaskularisasi paru (paru lahir
mati 1/70 berat badan )
Gambaran paru-paru mozaik (bercak merah tidak
homogen pada dasar merah tua)
Derik udara paru (krepitasi), perabaan spons
Uji apung paru positif
Uji apung usus (Berslaus second life test) positif
49

Uji Apung Paru


Hasil baik, bila belum ada pembusukan
Uji pengapungan mulai dilakukan pada alat dalam
leher (diikat dulu) dan alat dalam dada
Berturut - turut diuji apung : kedua paru
dipisahkan dari trakea, tiap lobus paru, dan
kemudian dipotong kecil - tipis jaringan perifer
paru
Bila potongan kecil tipis mengapung diletakan
dalam karton lalu diinjak tanpa diputar dan
dimasukan kedalam air lagi.
Tujuan diinjak untuk mengeluarkan udara/gas
selain residu udara.
Arif Budijanto dkk, Pembunuhan Anak Sendiri,

50

Gambaran Mikroskopis Paru


Paru
Pada bayi yang sudah bernafas ada
gambaran aerasi :
Struktur dinding alveoli berbentuk epitel
gepeng
Tidak terlihat projections
Alveoli dengan lumen lebar, dinding
membundar atau melengkung
Amnioctic debris dapat ditemukan di
lumen
Arif Budijanto dkk, Pembunuhan Anak Sendiri,

51

Pada bayi yang belum bernafas


gambaran khas :
Struktur dinding alveoli berbentuk
kuboid
Dukti alveolaris dan alveolus
mengembang oleh cairan dengan
dinding berliku dan banyak projections
yang menonjol ke lumen
Alveoli seperti saku kumal (crumpled sac
alveoli)
52

Uji Lambung Usus


(Uji Breslau)
Bila bayi telah bernafas lambung dan usus berisi
udara yang tertelan
Cara melakukan :
Doudenum di dekat Pilorus, Usus halus di daerah
valvula Bauhini dan Usus besar di daerah rekto
sigmoid diikat dengan tali rami
Seluruh alat pencernaan dimasukan kedalam air
Alat pencernaan terapung POSITIF
Alat pencernaan tidak terapung NEGATIF
NOTE : bila tidak seluruhnya terapung perhatikan
mana yang tidak terapung, di uji sendiri sendiri dg
cara sama dengan diatas
Arif Budijanto dkk, Pembunuhan Anak Sendiri,

53

Hubungan Ibu Dengan Anak


Upaya pembuktian seorang tersangka ibu
sebagai ibu dari anak yang kita periksa
adalah suatu hal yang paling sukar
Ada beberapa cara dapat kita gunakan
Mencocokan waktu partus ibu dan waktu
lahir anak
Mencari data antrophologi yang khas pada
ibu dan anak
Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Sidik jari DNA
B .Sampurna, Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan

54

LINGKUP PROSEDUR MEDIKOLEGAL


Pengadaan visum et repertum
Ttg pemeriksaan kedokteran trhdp tersangka
Pemberian keterangan ahli pd masa sblm
persidangan & pmberian keterangan ahli
didlm persidangan
Kaitan VeR dgn Rahasia kedokteran
Penerbitan Surat Keterangan Kematian &
Surat Keterangan Medik
Ttg Fitness/kompetensi pasien utk
menghadapi pemeriksaan penyidik

Tata Cara Permohonan


Visum et Repertum
Pasal 133 ayat (2) KUHAP :
Permintaan Keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah
mayat
Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR)
harus dibuat dengan menggunakan format sesuai
dengan jenis kasus yang sedang ditangani.
SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang
syarat kepangkatan dan pengangkatannya diatur
dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP)

Prosedur permintaan VetR korban


mati (mayat):
1. Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak
dibenarkan melalui telepon, lisan atau pos.
2. Mayat diantar bersama-sama SPVR oleh polisi ke
Bgn Ilmu Kedokteran Forensik.
3. Mayat harus diikatkan label yang memuat
Identitas mayat ( KUHAP psl 133 ayat 3).

Dasar hukum Visum et Repertum


Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1)Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yg diduga karena peristiwa yg
merupakan tindak pidana, ia berhak berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran dan atau ahli lainnya
2)Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam
surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan
atau pemeriksaan bedah mayat

Yang berhak membuat visum et


repertum
(KUHAP Pasal 133 ayat 1) :
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.

Yang berhak meminta visum et


repertum adalah :
1.
2.
3.
4.

Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama

AUTOPSI
Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh
mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap
bagian luar maupun dalam, dengan tujuan
menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atau
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab akibat antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab kematian.

TUJUAN AUTOPSI
Menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera
Melakukan interpretasi atas
penemuan-penemuan tersebut
Menerangkan penyebabnya
sertamencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab
kematian

JENIS AUTOPSI
Autopsi klinik : dilakukan terhadap
mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian
meninggal
Tujuan :

Menentukan sebab kematian yagn pasti


Menentukan apakah diagnosis klinik yang
dibuat selama perawatan sesuai dengan
diagnosis postmodern
Mengetahui korelasi proses penyakit yang
ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejalagejala klinik
Menentukan efektivitas pengobatan
Mempelajari lazim suatu proses penyakit
Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan
para dokter

Mutlak diperlukan izin dari keluarga


terdekat mayat yang bersangkutan
Autopsi klinik lengkap

Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/


panggul, melakukan pemeriksaan terhadap
seluruh alat-alat dalam/organ

Autopsi klinik parsial

Terbatas pada satu/dua organ tertentu

Autopsi forensik/ Autopsi medikolegal :


terhadap mayat seseorang berdasarkan
peraturan UU
Tujuan ;
Membantu dalam hal penentuan identitas
mayat
Menentukan sebab pasti kematian,
memperkirakan cara kematian serta
memperkirakan saat kematian
Mengumpulkan serta mengenali bendabenda bukti untuk penentuan identitas
benda penyebab serta identitas pelaku
kejahatan
Membuat laporan tertulis yang objektif dan
berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum
Melindungi orang yang tidak bersalah dan
membantu dalam penentuan identitas serta
penuntutan terhadap orang yang bersalah

Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum


et repertum dari pihak penyidik, izin
keluarga tidak diperlukan
Mutlak perlu pemeriksaan lengkapo

OTOPSI MEDIKOLEGAL

Otopsi medikolegal dilakukan atas permintaan penyidik


sehubungan dengan adanya penyidikan suatu perkara.
Hasil pemeriksaan adalah temuan obyektif pada korban,
yang diperoleh dari pemeriksaan medis. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada otopsi medikolegal :
1. Tempat untuk melakukan otopsi adalah pada kamar
jenazah.
2. Otopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk otopsi
oleh pihak yang berwenang.
3. Otopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat
permintaan untuk otopsi.
4. Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian
harus dikumpulkan dahulu sebelum memulai otopsi. Tetapi
kesimpulan harus berdasarkan temuan-temuan dari
pemeriksaan fisik.
5. Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan
otopsi.

6. Identitas korban yang sesuai dengan


pernyataan polisi harus dicatat pada laporan.
Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, maka
tanda-tanda identifikasi, photo, sidik jari, dan
lain-lain harus diperoleh.
7. Ketika dilakukan otopsi tidak boleh
disaksikan oleh orang yang tidak berwenang.
8. Pencatatan perincian pada saat tindakan
otopsi dilakukan oleh asisten.
9. Pada laporan otopsi tidak boleh ada
bagian yang dihapus.
10. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa
diotopsi.

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum


melakukan otopsi forensik/medikolegal adalah:
1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan
otopsi yang akan dilakukan, termasuk surat izin
keluarga, surat permintaan
pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
2. Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah
mayat yang dimaksud dalam surat tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan
dengan terjadinya kematian selengkap mungkin
untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan
dan jenis pemeriksaan penunjang yang harus
dilakukan.

4. Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah


tersedia. Untuk otopsi tidak diperlukan alat-alat khusus dan
mahal, cukup :
Timbangan besar untuk menimbang mayat.
Timbangan kecil untuk menimbang organ.
Pisau, dapat dipakai pisau belati atau pisau dapur yang
tajam.
Guntung, berujung runcing dan tumpul.
Pinset anatomi dan bedah.
Gergaji, gergaji besi yang biasanya dipakai di bengkel.
Forseps atau cunam untuk melepaskan duramater.
Gelas takar 1 liter.
Pahat.
Palu.
Meteran.
Jarum dan benang.
Sarung tangan
Baskom dan ember
Air yang mengalir

5. Mempersiapkan format otopsi, hal ini penting untuk


memudahkan dalam pembuatan laporan otopsi.

Teknik autopsi
Teknik Virchow

Teknik tertua
Setelah pembukaan rongga tubuh, organ-organ
dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa
Kelainan masing2 organ bisa segera dilihat, tapi
hubungan anatomik antar beberapa organ yang
tergolong dalam satu sistim hilang
Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi
forensik, terutama kasus penembakan dengan
senjata api dan penusukkan dengan senjata
tajam (perlu penentuan saluran luka, arah, serta
dalamnya penetrasi yang terjadi)

Teknik Rokitansky
Setelah oragn tubuh dibuka, dilihat dan
diperiksa dengan melakukan beberapa irisan
in situ
Setelah itu seluruh organ dikeluarkan dalam
kumpulan-kumpulan organ (en bloc)
Jarang dipakai , tidak baik untuk autopsi
forensik

Teknik Letulle
Setelah dibuka, organ leher, dada, diafragma
dan perut dikeluarkan sekaligus (en masse)
Hubungan antar organ tetap dipertahankan
setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh
Kerugian : sukar dilakukan tanpa pembantu,
serta sukar dalam penanganannya karena
panjangnya kumpulan organ-organ yang
dikeluarkan sekaligus

Teknik Ghon
Setelah dibuka, organ leher
dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa,
organ urogenital diangkat
keluar sebagai 3 kumpulan
organ (bloc)

UU No.36
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 117: Seseorang dinyatakan mati
apabila fungsi sistem jantungsirkulasi dan
sistem pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen, atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan.
Pasal 118
(1)
Mayat yang tidak dikenal harus
dilakukan upaya identifikasi.
(2)
Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat bertanggung jawab atas
upaya identifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai
upaya identifikasi mayat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 119
(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan dapat dilakukan bedah mayat klinis di rumah sakit.
(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau menyimpulkan
penyebab kematian.
(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan atas persetujuan tertulis pasien semasa hidupnya
atau persetujuan tertulis keluarga terdekat pasien.
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit yang
membahayakan masyarakat dan bedah mayat klinis mutlak
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau penyebab
kematiannya, tidak diperlukan persetujuan.
Pasal 120
(1) Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran
dan biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah
sakit pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran.
(2) Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal
atau mayat yang tidak diurus oleh keluarganya, atas
persetujuan tertulis orang tersebut semasa hidupnya atau
persetujuan tertulis keluarganya.
(3) Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah
diawetkan, dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan
disimpan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sejak
kematiannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 121
(1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis hanya dapat dilakukan oleh dokter
sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat
klinis dan bedah mayat anatomis ditemukan
adanya dugaan tindak pidana, tenaga kesehatan
wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 122
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat
dilakukan bedah mayat forensik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli forensik,
atau oleh dokter lain apabila tidak ada dokter ahli
forensik dan perujukan ke tempat yang ada
dokter ahli forensiknya tidak dimungkinkan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab atas tersedianya pelayanan
bedah mayat forensik di wilayahnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
bedah mayat forensik diatur dengan Peraturan
Menteri.

Pasal 123
(1) Pada tubuh yang telah terbukti mati
batang otak dapat dilakukan tindakan
pemanfaatan organ sebagai donor untuk
kepentingan transplantasi organ.
(2) Tindakan pemanfaatan organ donor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penentuan kematian dan pemanfaatan
organ donor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 124
Tindakan bedah mayat oleh tenaga
kesehatan harus dilakukan sesuai dengan
norma agama, norma kesusilaan, dan etika
profesi.
Pasal 125
Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap
korban tindak pidana dan/atau
pemeriksaan mayat untuk kepentingan
hokum ditanggung oleh pemerintah melalui

LO 3
Kewajiban dokter dalam proses
peradilan

Peran Dokter Dalam Proses


Peradilan
Memastikan sebab, cara, dan waktu
kematian pada peristiwa kematian
tidak wajar pada pembunuhan,
bunuh diri, kecelakaan atau kematian
yang mencurigakan

Keterangan Ahli
Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan
ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan
alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan

Keterangan Ahli
Pihak yang berwenang meminta
KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik
KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu

Kategori penyidik
KUHAP Pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 Pasal 2
Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh UU,
pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua. Penyidik
pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.

Jika pegawai negri, penyidik pangkat paling rendah golongan


II/b. Penyidik pembantu II/a.
Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik
seperti diatas, Kapolsek berpangkat bintara dibawah Pembantu
Letnan Dua dikategorikan sebagai penyidik karena jabatannya

Keterangan Ahli
Kategori penyidik
Surat Keputusan Pangab No :
Kep/04/P/II/1983 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian
Militer
Pasal 4 huruf c : Polisi militer sebagai
penyidik
Pasal 6 ayat c : Provoost dalam membantu
Komandan/Ankum dalam penyidikan perkara
pidana, tetapi penyelesaian selanjutnya
diserahkan kepada POM atau POLRI

Keterangan Ahli
(Prosedur Permintaan Keterangan Ahli)
Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP Pasal 133
ayat (2) terutama untuk korban mati)

Ditujukan kepada instansi kesehatan atau instantsi khusus,


bukan individu dokter yang bekerja dalam instansi itu

Jenasah harus diperlakukan


baik, diberi label identitas,
penyidik wajib memberitahu
keluarga pemeriksaan yang
akan dilakukan

Korban yang masih hidup


sebaiknya diantar petugas
kepolisian guna kepastian
identitas

Peranan dokter dalam pembuktian


perkara pidana
Dokter sebagai pembuat Visum et
Repertum
Dokter sebagai saksi ahli

Dokter sebagai pembuat Visum et


Repertum
Permintaan bantuan dokter sebagai ahli dapat diajukan
pada tingkat
Penyidikan
Penyidikan tambahan
Sidang pengadilan

Yang berhak meminta bantuan dokter sebagai ahli


Penyidik
Polisi negara yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu
Letnan Dua yang ditunjuk oleh pejabat kepolisian yang berwenang
Komandan sektor kepolisian yang berpangkat bintara dibawah
Pembantu Letnan Dua, dalam hal ini di suatu sektor kepolisian tidak
ada polisis yang berpangkat Pembantu Letnan Dua
Dalam hal tindak pidana khusus maka penyidik itu adalah jaksa

Hakim

Dokter sebagai pembuat Visum et


Repertum
Sebelum dokter datang ke TKP maka ada beberapa hal yang
perlu dicatat
Siapa yang meminta datang ke TKP dan bagaimana permintaan
tersebut sampai ke tangan dokter, dimana TKP serta saat permintaan
itu diajukan
Dokter haruslah meminya informasi secara global tentang kasusnya,
dengan demikian dokter dapat membuat persiapan seperlunya
Dokter wajib selalu mengingat motto to touch as little as possible and
to displace nothing.. ( ia tidak boleh menambah ataupun mengurangi
benda-benda yang ada di TKP tersebut )
Di TKP dokter harus membuat foto dan sketsa yang mana harus
disimpan dengan baik oleh karena ada kemungkinan ia akan diajukan
sebagai saksi di pengadilan
Pembuatan foto atau sketsa itu harus memenuhi standar sehingga
kedua belah pihak yaitu dokter dan penyidik tidak akan memberikan
penafsiran yang berbeda atas objek yang sama

Dokter sebagai pembuat Visum et


Repertum
Dokter yang dapat dimintai bantuannya
Dari segi yuridis, setiap dokter adalah ahli, baik dokter itu ahli ilmu
kedokteran kehakiman ataupun bukan, oleh sebab itu setiap dokter dapat
dimintai bantuannya untuk membantu membuat terang perkara pidana
oleh pihak yang berwenang
Akan tetapi supaya dapat diperoleh suatu bantuan yang maksimal,
permintaan bantuan itu perlu diajukan pada dokter yang memiliki keahlian
yang sesuai dengan objek yang akan diperiksa

Keterangan dokter sebagai ahli dapat disampaikan melalui 2 cara:


Secara tertulis
jika keterangan tertulis ini dibuat dengan sumpah atau dengan mengingat
sumpah maka keterangan itu nanti disidang pengadilan dapat berlaku
sebagai alat bukti yang sah (alat bukti surat) tanpa perlu kehadiran dokter
kesidang pengadilan
Secara lisan
Keterangan lisan tidak dapat berlaku sebagai alat bukti yang sah tanpa
menghadirkan dokter pada sidang pengadilan

Dokter sebagai saksi ahli


Dokter sebagai saksi ahli memberikan keterangan
mengenai
Teori / hipotesa
disini dokter hanya dimintai keterangannya tentang
teori/hipotesa sehubungan dengan adanya suatu
masalah yang dapat dibuat lebih jelas melalui
teori/hipotesa
Suatu objek terdakwa atau korban (hidup/mati)
dalam hal ini, kepada dokter di sodorkan suatu objek
untuk diperiksa kemudian melalui berbagai cara yang
dibolehkan menurut KUHAP, hasil pemeriksaan itu
(berupa analisa dan kesimpulan) disampaikan kepada
pihak peminta

Dokter Sebagai Saksi Ahli


Kewajiban dokter sebagai saksi ahli
Wajib memberikan keterangan ahli apabila diminta
Pasal 179 ayat 1 KUHAP setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau lainnya wajib memberikan keterangan ahli
demi keadilan
Pasal 120 KUHAP:
Dalam hal penyidik menganggap perlu ia dapat minta pendapat
orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus
Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji
bahwa ia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya
yang sebaik-baiknya atau jabatannya yang mewajibkan ia
menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan
keterangan yang diminta

Dokter Sebagai Saksi Ahli


Kewajiban dokter sebagai saksi ahli
Wajib memberikan keterangan ahli apabila diminta
Kalau melanggar pasal 224 KUHP:
Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa
menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajibannya berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya
diancam:
Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
Dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama enam bulan

Wajib mengucapkan sumpah atau janji pada tingkat


pemeriksaan di sidang pengadilan, dokter wajib
mengucapkan sumpah atau janji sebagai ahli sebelum ia
memberikan keterangan dan juga sesudah memberikan
keterangannya apabila dipandang perlu oleh hakim

Sanksi Hukum Bila Menolak


Pasal 216 KUHP : Barangsiapa dgn sengaja tdk menuruti
perintah/permintaan yg dilakukan menurut UU oleh
pejabat yg tgs nya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yg diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa sengaja mencegah,
menghalangi, menggagalkan guna menjalankan
ketentuan diancam dgn pidana penjara plg lama 4 bln 2
mgg atau denda plg byk Rp. 9.000,00
Pasal 222 KUHP : Barangsiapa sengaja mencegah,
menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat
utk pengadilan, diancam dgn pidana penjara plg lama 9
bln pidana denda plg byk Rp. 4.500,00

Alasan Sah Tidak Menjadi Saksi Ahli


Pasal 168 KUHAP
Keluarga sedarah atau semenda dalam garis
lurus keatas atau kebawah sampai derajat
ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa
Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga
mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa
sampai derajat ketiga
Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai
atau yang bersama-sama sebagai terdakwa

Kendala yang Dihadapi Dokter


Dalam Membantu Pembuktian
Perkara Pidana

Keterbatan fasilitas
Kurangnya koordinasi antara
penyidik dan dokter
Keberatan dari pihak keluarga korban
Identifikasi pada korban yang tidak
dikenal

Pemeriksaan TKP
Apabila ada panggilan dari pihak penyidik untuk cek
TKP,dokter harus datang;menolakmelanggar KUHP pasal
224
Selama melakukan pemeriksaan harus dihindari tindakan yg
dapat merubah keadaan TKP
Sebelum pemeriksaan dilakukan,TKP harus
diamankan,dijaga keasliannya dan difoto sebelum petugas
lain menyentuhnya
Pelaksanaan pemeriksaan
motto:to touch as little as possible and to displace nothing
cari barang bukti:
sperma(visual,bau,meraba,sinar UV)
darah(bentuk bercak,distribusi bercak,pem.lab)

Yang berhak membuat visum et


repertum
(KUHAP Pasal 133 ayat 1) :
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.

Yang berhak meminta visum et


repertum adalah :
1.
2.
3.
4.

Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama

LO 4
UU PEMBUNUHAN DAN ABORSI
ANAK SENDIRI

Pembunuhan Anak

KUHP pasal 303 dan pasal 306 ayat 2 memuat ancaman


hukuman bagi seorang ibu yang membuang anaknya
tidak berapa lama setelah dilahirkan, oleh karena takut
akan diketahui bahwa ia melahirkan anak dan sebagai
akibat dari perbuatannya anak itu mati

KUHP pasal 341 memuat ancaman hukuman bagi seorang


ibu yang karena takut akan diketahui bahwa ia melahirkan
anak, dengan sengaja menghilangkan nyawa anak
tersebut ketika anak itu dilahirkan atau tidak lama
setelah dilahirkan

KUHP pasal 342 memuat ancaman hukuman bagi seorang


ibu yang melakukan tindak pidana seperti yang dimaksud
dalam pasal 341, dimana tindakan tersebut direncanakan

Kedokteran forensik harus dapat


memberikan kejelasan pada forensik
mengenai
Anak itu baru dilahirkan atau tidak lama
setelah dilahirkan
Sebab kematian dari korban, ditentukan
Lahir hidup/ mati
Hal-hal yang menyebabkan kematian
misalnya kekerasan

Kriteria anak baru lahir atau tidak lama


setelah dilahirkan : +/- tanda perawatan
Tubuh korban masih berlumuran darah
Tali pusat belum dirawat ( belum diikat atau
masih terhubung dengan plasenta)
Adanya lemak bayi yang jelas pada daerah lipat
leher, ketiak, dan lipat paha
Belum diberi pakaian, dll
Miksroskopis: +/- sel radang pada tali pusat
(+)masih hidup dalam 6-8 jam setelah
dilahirkan

Lahir hidup
Makroskopis paru
Mengembang dan menutupi kandung jantung, tepi
tumpul, warnanya merah ungu dengan gambaran
mozaik, lebih berat (1/35 BB), (-) krepitasi, tes apung (+),
diiris atau dipijat mengeluarkan darah dan busa

Mikroskopis
Pengembangan alveoli

Metode yang sering dipakai dalam


pembunuhan adalah yang menyebabkan mati
lemas ( pencekikan, penyeratan, pembekapan)

Berdasarkan KUHP maka yang dapat


dikenakan hukuman karena melakukan
pembunuhan anak adalah ibu anak itu
sendiri, demikian pula dengan tindak pidana
yang dimaksud salam pasal 308 dan pasal
306 ayat 2
Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu
Keadaan ibu menunjukkan ia baru saja
melahirkan atau masa nifas
Adanya barang bukti seperti pembungkus
mayat, kain berlumuran darah setelah
persalinan, dll

Pemeriksaan lain
Anak lahir cukup bulan atau prematur
Apakah anak itu viable

Hal-hal yang perlu diketahui dalam


menghadapi kasus pembunuhan anak
dan kasus kematian anak yang baru
dilahirkan
Lahir hidup
Lahir mati
Premturitas
Perkiraan umur bayi berdasarkan pusat
penulangan
Umur bayi dalam kandungan 28 minggu (+)
pusat penulangan pada talus dan calcaneus
Umur bayi dalam kandungan 36 minggu ( matur)
(+) penulangan pada distal femur,
cuboideum, cuneiforme, dan bagian proksimal
tibia

Aborsi dalam KUHP


Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal347
(1)Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun
(2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling tujuh tahun

Aborsi dalam KUHP


Pasal 348
(1)Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan
(2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan

Aborsi dalam KUHP


Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena
pembunuhan, karena pembunuhan
dengan rencana, atau karena salah
satu kejahatan berdasarkan pasal 344,
347 dan 348, dapat dijatuhkan
pencabutan hak berdasarkan pasal 35
No.1-5

Aborsi dalam UU No.36 Tahun 2009


Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 75 ayat (2) dipidana
dengan tindak pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) a

Aborsi dalam UU No.36 Tahun 2009


Pasal 75
(1)Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2)Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medik yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan peraturan pemerintah.

Kesimpulan
Bayi tersebut diduga meninggal pada
saat tenggelam bukan saat dibekap
oleh ibu

Saran
Lakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti pemeriksaan DNA untuk
mengetahui status anak tersebut
dengan tersangka

DAFTAR PUSTAKA
Idris AM, Tjiptomarnoto AL. 2011.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
dalam Proses Penyidikan. Jakarta:
Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai