405120213
Asfiksia
Definisi :
Merupakan suatu keadaan dimana suplai O2 ke jaringan berkurang
Penyebab :
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar.
1.Penyebab asfiksia wajar karena penyakit seperti difteri,
tumor laring, asma bronkiale, pneumotoraks, pneumonia,
COPD, reaksi anafilaksis, dan lain-lain.
2.Penyebab asfiksia tidak wajar karena emboli, listrik,
racun (barbiturat), dan adanya halangan udara masuk ke
saluran pernapasan secara paksa.
Stadium Asfiksia
Stadium Asfiksia
Stadium Asfiksia
Stadium Asfiksia
Asfiksia
Pada pemeriksaan luar jenazah yang dapat
ditemukan adalah adanya sianosis pada bibir,
ujung-ujung jari dan kuku.
Bendungan sistemik, pulmoner, dan dilatasi jantung
merupakan trias klasik yang muncul pada korban
asfiksia.
Lebam mayat yang ditemukan biasanya
memberikan warna merah-kebiruan gelap dan
terbentuk lebih cepat akibat tingginya kadar
CO2dan fibrinolisin.
Tingginya kadar fibrinolisin berhubungan denga
cepatnya kematian terjadi.
Pemeriksaan Luar:
Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses suhu
mayat dalam hal ini kira-kira dua kali lebih cepat, dengan
penurunan suhu rata-rata 5F per jam dan biasanya suhu mayat
akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu sekitar 5-6 jam
Lebam mayat berwarna merah terang seperti halnya pada kasus
keracunan gas CO, lebam terdapat di daerah kepala, leher dan
bagian depan dada
Dari lubang dan mulut keluar busa halus berwarna putih,
merupakan tanda bahwa korban memang meninggal karena
tenggelam atau meninggal karena asfiksia pd umumnya
Busa tersebut lama kelamaan akan berwarna kemerahan dan bila
dihilangkan busa tersebut akan keluar lagi khususnya bila dada
korban ditekan
Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan
Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam
benda-benda pasir, dahan atau rumput (cadaveric spasme)
petunjuk kuat bahwa kematian korban karena tenggelam atau
menunjukkan intravitalitas
Tenggelam
Pada korban tenggelam, pemeriksaan harus dilakukan secara
lengkap dan teliti. Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan saat melakukan pemeriksan luar pada jenazah
tenggelam, yaitu :
Keadaan jenazah : basah, berlumpur, pasir, benda-benda penyerta
Busa halus pada hidung dan mulut, atau darah
Keadaan mata : setengah terbuka/tertutup, jarang terdapat perdarahan/
bendungan
Kutis anserina pada permukaan anterior tubuh terutama ekstremitas
akibat adanya kontraksi otot erektor pili sebaga respon dari air dingin.
Washer womans hand: telapak tagan berwarna keputihan dan keriput
karena adanya imbisi cairan ke dalam kutis
Cadaveric spasme: biasanya menunjukkan kadaan pada saat korban
berusaha menyelamatkan diri.
Luka lecet pada siku, jari tangan, lutut, kaki akibat gesekan benda-benda
saat tenggelam.
Pengguguran
Untuk mengetahui penyebab kematian perlu diperhatikan tandatanda mati lemas (sianosis, bintik-bintik perdarahan pada
jaringan longgar, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa
halus dari lubanghidung/mulut, tanda bendungan alat dalam),
keadaan mulut dan sekitar (lecet, memar, benda asing, luka
tusuk, sayat), keadaan leher dan sekitarnya (luka lecet, jejas
jeratan), atau adanya tanda-tanda terendam (telapak keriput dan
pucat, kulit berbintil-bintil, dan benda asing di trakea).
Penyimpulan harus dilakukan secara berhatihati untuk kasus
yang diduga terdapattraumalahir yang seringkali mirip dengan
kekerasan pada kepala.
Adanya perdarahan dan edema pada kulit (kaput suksadenum),
perdarahan subperiosteal (sefal hematom), molase, perdarahan
dan robekan pada falks serebri merupakan tandatraumalahir
yang tidak dapat dipersalahkan kejadiannya pada si ibu.
Tanda lahir hidup adalah adanya udara dalam paruparu, lambung dan usus, dan liangtelingatengah.
Adanya udara dalam paru-paru ditandai gambaran paruparu yang memenuhi rongga dada, paru-paru warna
merah ungu, dengan gambaran mozaik, tepi paru
tumpul, terdapat krepitasi dan bila dibenamkan dalam
air tampak gelembung udara, berat 1/35 berat badan,
tes apung positif, pada pemeriksaan mikroskopik
tampak pengembangan alveoli yang tidak merata
dengan dinding alveoli licin tanpa ada
penonjolan(projection).
Adanya makanan dalam lambung mengarahkan bahwa
anak sudah cukup lama dalam keadaan hidup.
Toksikologi Forensik
Forensic Science : the application of
science to law
Toksikologi forensik dapat dimengerti
sebagai pemanfaatan atau penerapan ilmu
toksikologi untuk kepentingan peradilan.
Ilmu toksikologi: ilmu yang menelaah
tentang kerja dan efek berbahaya zat
kimia atau racun terhadap mekanisme
biologis suatu organisme.
Keracunan
Keracunan perlu dipikirkan sebagai
penyebab kematian pada kasus
Kematian mendadak, khususnya di
tempat umum
Kematian mendadak, khususnya bila
sebelumnya pasien baik-baik saja
Kematian pada sekelompok orang yang
terjadi dalam waktu yang bersamaan
Kasus kebakaran
Saat terbakar sudah meninggal / belum kadar
COHb di dalam darah (+) masih hidup
Kasus pembunuhan
Mencari dan mengetahui motif terjadinya
pembunuhan
Racun
Suatu zat yang bekerja dalam tubuh secara
kimiawi dan faali yang dalam dosis toksis
menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh, hal
mana dapat mengakibatkan penyakit atau
kematian
Pemeriksaan mayat
Pemeriksaan luar
Needle marks pada daerah lipat siku, punggung
tangan, leher, sekitar puting susu dan daerah
dimana vena mudah terlihat
Kalau sniffing : dapat ditemukan perforasi pada
septum nasi
Pembesaran KGB terutama sekitar ketiak
Gelembung-gelembung pada kulit ( skin blister)
akibat pemakaian dalam jumlah besar
Tanda mati lemas ( keluarnya busa halus putih dari
hidung dan mulut , bintik pendarahan)
Pemeriksaan dalam
Edema paru dimana ada tanda asfiksia
Pemeriksaan miksroskopis dapat ditemukan
kristal magnesium silikat khususnya pada
pemakai heroin kronis
Kelaian hati
Pembesaran KGB di sekitar hati saluran
empedu dan pankreas
Tanda peradangan pada alat-alat dalam lain
dan pembesaran limpa
Sampel biologis
Diambil dari tubuh korban dan
dikerjakan oleh dokter guna
pemeriksaan toksikologis
Urine, cairan empedu, daerah tempat
suntikan ( radius 5-10cm) dan darah
korban
Kalau pengguna sniffing : lendir dari
lubang hidung
37
Pembunuhan anak
Dokter harus memberi kejelasan
mengenai :
Memang benar anak itu baru dilahirkan
atau tidak lama sesudah dilahirkan
Sebab kematian korban (anak), dikaitkan
dengan penentuan :
Anak yang lahir memang lahir hidup
Adanya hal-hal yang menyebabkan kematian
korban
39
40
42
Mayat Bayi
Bayi hasil aborsi
Bayi korban pembunuhan anak
sendiri
Bayi korban pembunuhan
Bayi korban penganiayaan
Bayi lahir mati, dibuang
Penelantaran anak yang baru lahir
44
ABORSI
KUHP pasal 299 memuat ancaman pidana
pada orang yang menyurh wanita untuk
diobati dengan pengobatan yang
bermaksud menggugurkan kandungannya
4 jenis aborsi
Natural atau aborsi spontan
Kecelakaan pada ibu seperti terpukul, shock,
atau rudapaksa lain pada daerah perut
Abortus terapetik
Bortus kriminalis
Komplikasi
Berlangsung cepat akibat syok vagal,
pendarahan hebat serta emboli udara
Berlangsung lambat ( 2 hari atau lebih)
akibat infeksi ginjal, kerusakan alat-alat
dalam, keracunan, pendarahan, shock
dan emboli
Autopsi
Umur Bayi
Lahir hidup atau mati
Tanda perawatan
Sebab Kematian
48
50
51
53
54
Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama
AUTOPSI
Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh
mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap
bagian luar maupun dalam, dengan tujuan
menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atau
penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab akibat antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab kematian.
TUJUAN AUTOPSI
Menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera
Melakukan interpretasi atas
penemuan-penemuan tersebut
Menerangkan penyebabnya
sertamencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab
kematian
JENIS AUTOPSI
Autopsi klinik : dilakukan terhadap
mayat seseorang yang menderita
penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian
meninggal
Tujuan :
OTOPSI MEDIKOLEGAL
Teknik autopsi
Teknik Virchow
Teknik tertua
Setelah pembukaan rongga tubuh, organ-organ
dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa
Kelainan masing2 organ bisa segera dilihat, tapi
hubungan anatomik antar beberapa organ yang
tergolong dalam satu sistim hilang
Kurang baik digunakan dalam teknik autopsi
forensik, terutama kasus penembakan dengan
senjata api dan penusukkan dengan senjata
tajam (perlu penentuan saluran luka, arah, serta
dalamnya penetrasi yang terjadi)
Teknik Rokitansky
Setelah oragn tubuh dibuka, dilihat dan
diperiksa dengan melakukan beberapa irisan
in situ
Setelah itu seluruh organ dikeluarkan dalam
kumpulan-kumpulan organ (en bloc)
Jarang dipakai , tidak baik untuk autopsi
forensik
Teknik Letulle
Setelah dibuka, organ leher, dada, diafragma
dan perut dikeluarkan sekaligus (en masse)
Hubungan antar organ tetap dipertahankan
setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh
Kerugian : sukar dilakukan tanpa pembantu,
serta sukar dalam penanganannya karena
panjangnya kumpulan organ-organ yang
dikeluarkan sekaligus
Teknik Ghon
Setelah dibuka, organ leher
dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa,
organ urogenital diangkat
keluar sebagai 3 kumpulan
organ (bloc)
UU No.36
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 117: Seseorang dinyatakan mati
apabila fungsi sistem jantungsirkulasi dan
sistem pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen, atau apabila kematian
batang otak telah dapat dibuktikan.
Pasal 118
(1)
Mayat yang tidak dikenal harus
dilakukan upaya identifikasi.
(2)
Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat bertanggung jawab atas
upaya identifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai
upaya identifikasi mayat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 119
(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan dapat dilakukan bedah mayat klinis di rumah sakit.
(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau menyimpulkan
penyebab kematian.
(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan atas persetujuan tertulis pasien semasa hidupnya
atau persetujuan tertulis keluarga terdekat pasien.
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit yang
membahayakan masyarakat dan bedah mayat klinis mutlak
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan/atau penyebab
kematiannya, tidak diperlukan persetujuan.
Pasal 120
(1) Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran
dan biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah
sakit pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran.
(2) Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal
atau mayat yang tidak diurus oleh keluarganya, atas
persetujuan tertulis orang tersebut semasa hidupnya atau
persetujuan tertulis keluarganya.
(3) Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah
diawetkan, dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan
disimpan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sejak
kematiannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 121
(1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis hanya dapat dilakukan oleh dokter
sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat
klinis dan bedah mayat anatomis ditemukan
adanya dugaan tindak pidana, tenaga kesehatan
wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 122
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat
dilakukan bedah mayat forensik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli forensik,
atau oleh dokter lain apabila tidak ada dokter ahli
forensik dan perujukan ke tempat yang ada
dokter ahli forensiknya tidak dimungkinkan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab atas tersedianya pelayanan
bedah mayat forensik di wilayahnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
bedah mayat forensik diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 123
(1) Pada tubuh yang telah terbukti mati
batang otak dapat dilakukan tindakan
pemanfaatan organ sebagai donor untuk
kepentingan transplantasi organ.
(2) Tindakan pemanfaatan organ donor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penentuan kematian dan pemanfaatan
organ donor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 124
Tindakan bedah mayat oleh tenaga
kesehatan harus dilakukan sesuai dengan
norma agama, norma kesusilaan, dan etika
profesi.
Pasal 125
Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap
korban tindak pidana dan/atau
pemeriksaan mayat untuk kepentingan
hokum ditanggung oleh pemerintah melalui
LO 3
Kewajiban dokter dalam proses
peradilan
Keterangan Ahli
Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan
ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan
Pasal 184 KUHAP : Akan dijadikan
alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan
Keterangan Ahli
Pihak yang berwenang meminta
KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidik
KUHAP Pasal 11 : penyidik pembantu
Kategori penyidik
KUHAP Pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 Pasal 2
Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh UU,
pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua. Penyidik
pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.
Keterangan Ahli
Kategori penyidik
Surat Keputusan Pangab No :
Kep/04/P/II/1983 tentang
Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian
Militer
Pasal 4 huruf c : Polisi militer sebagai
penyidik
Pasal 6 ayat c : Provoost dalam membantu
Komandan/Ankum dalam penyidikan perkara
pidana, tetapi penyelesaian selanjutnya
diserahkan kepada POM atau POLRI
Keterangan Ahli
(Prosedur Permintaan Keterangan Ahli)
Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP Pasal 133
ayat (2) terutama untuk korban mati)
Hakim
Keterbatan fasilitas
Kurangnya koordinasi antara
penyidik dan dokter
Keberatan dari pihak keluarga korban
Identifikasi pada korban yang tidak
dikenal
Pemeriksaan TKP
Apabila ada panggilan dari pihak penyidik untuk cek
TKP,dokter harus datang;menolakmelanggar KUHP pasal
224
Selama melakukan pemeriksaan harus dihindari tindakan yg
dapat merubah keadaan TKP
Sebelum pemeriksaan dilakukan,TKP harus
diamankan,dijaga keasliannya dan difoto sebelum petugas
lain menyentuhnya
Pelaksanaan pemeriksaan
motto:to touch as little as possible and to displace nothing
cari barang bukti:
sperma(visual,bau,meraba,sinar UV)
darah(bentuk bercak,distribusi bercak,pem.lab)
Penyidik
Hakim pidana
Hakim perdata
Hakim agama
LO 4
UU PEMBUNUHAN DAN ABORSI
ANAK SENDIRI
Pembunuhan Anak
Lahir hidup
Makroskopis paru
Mengembang dan menutupi kandung jantung, tepi
tumpul, warnanya merah ungu dengan gambaran
mozaik, lebih berat (1/35 BB), (-) krepitasi, tes apung (+),
diiris atau dipijat mengeluarkan darah dan busa
Mikroskopis
Pengembangan alveoli
Pemeriksaan lain
Anak lahir cukup bulan atau prematur
Apakah anak itu viable
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan peraturan pemerintah.
Kesimpulan
Bayi tersebut diduga meninggal pada
saat tenggelam bukan saat dibekap
oleh ibu
Saran
Lakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti pemeriksaan DNA untuk
mengetahui status anak tersebut
dengan tersangka
DAFTAR PUSTAKA
Idris AM, Tjiptomarnoto AL. 2011.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik
dalam Proses Penyidikan. Jakarta:
Sagung Seto.