Anda di halaman 1dari 54

ANESTESI REGIONAL &

SISTEM ANESTESI INHALASI


Pembimbing:
Dr. Bambang Widjianto, Sp.An
Oleh:
Melisa L 2007.04.0.0028
Lefi M 2007.04.0074

Anestesi
Regional

Definisi

Anestesi regional hambatan sementara (reversibel)


impuls nyeri suatu bagian tubuh pada impuls syaraf
sensorik. Fungsi motorik dapat terpengaruh. Pasien tetap
sadar.

Obat-obat yang
menghasilkan blokade konduksi atau
blokade lorong natrium pada dinding saraf secara
sementara menghilangkan / mengurangi rasa nyeri,
gatal, panas, atau dingin.

Obat Anestesi Regional


Secara kimia ada 2 golongan:
1. Golongan amida, misalnya lidokain,
mepivakain, bupivakain, etidokain, dll.
2. Golongan ester, misalnya prokain,
tetrakain, kokain, benzokain, dll.

Obat Anestesi Regional


Berdasarkan potensi dan lama kerja
(durasi):
1. Potensi rendah dan durasi singkat
Prokain, Chlorprokain
2. Potensi dan durasi sedang
Mepivakain, Prilokain, Lidokain
3. Potensi tinggi dan durasi panjang
Tetrakain, Bupivakain, Etidokain

Obat Anestesi Regional


Berdasarkan berat jenis (konsentrasi) dan
penggunaannya:
1. Isobarik: untuk infiltrasi lokal, blok
lapangan, blok saraf, dan blok pleksus.
2.
Hipobarik: untuk analgesia regional
intravena.
3. Hiperbarik, khusus untuk injeksi
intrathecal atau blok subarachnoid.

Perbedaan obat anestesi regional


golongan Ester dan golongan Amida
Ester

Amida

Di hidrolisis di plasma

Di hidrolisis di hepar

Hidrolisis cepat

Hidrolisis lambat

Durasi singkat

Durasi lama

Alergi , karena hasil metabolitnya PABA

Alergi

Toksisitas obat anestesi regional


1.
Gejala sistemik
a. Sistem Saraf Pusat: Eksitasi & Depresi
b. Sistem kardiovaskuler: Hipotensi, Syok, cardiac arrest.
2. Gejala Lokal
a. Kerusakan saraf
b. Gangguan otot
3.
Gejala lain:
1. Alergi
2. Methemoglobinemia
3. Adiksi

Klasifikasi Anestesi Regional


1.

2.

Blok sentral (blok neuroaksial): blok


spinal (subarakhnoid), epidural, dan
kaudal
Blok perifer (blok saraf): blok pleksus
brakialis,
blok
lapangan,
regional
intravena

Subarachnoid Blok (SAB)


Definisi :
pemberian obat anestetik lokal
ke dalam ruang subarachnoid
melalui tindakan pungsi lumbal.

Indikasi :
1.

Bedah ekstremitas bawah

2.

Bedah panggul

3.

Tindakan sekitar rektum-perineum

4.

Bedah obstetri-ginekologi

5.

Bedah urologi

6.

Bedah abdomen bawah

Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut :
1.

Pasien menolak, tidak kooperatif

2.

Infeksi pada tempat suntikan

3.

Hipovolemia berat, syok

4.

Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan

5.

Tekanan intrakranial meninggi

6.

Fasilitas resusitasi minim

7.

Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi

Kontraindikasi relatif :
8.

Infeksi sistemik

9.

Infeksi sekitar tempat suntikan

10.

Kelainan neurologis

11.

Kelainan psikis

12.

Bedah lama

13.

Penyakit jantung

14.

Hipovolemia ringan

Teknik Anastesi Spinal

Persiapan:

Alat pantau yang diperlukan (TD, nadi, oksimeter denyut, dan EKG)

Kit emergensi

Obat anestetik lokal lidokain 5% atau bupivakain 0,5%

Berikan infus tetesan cepat (hidrasi akut) sebanyak 500-1000 ml


dengan kristalloid atau koloid

Jarum spinal

Ephedrin 5 mg/ml

Duduk / Tidurkan penderita dalam posisi dekubitus lateral. Buat


penderita membungkuk maksimal agar proccesus spinosus mudah
teraba.

Inspeksi : Garis yang menghubungkan dua titik tertinggi Krista


iliaka kanan dan kiri akan memotong garis tengah punggung
setinggi L4-L5.

Palpasi : Untuk mengenal ruang antara 2 vertebra lumbalis. Pungsi


lumbal hanya diantara L2-L3, L3-L4, L4-L5, atau L5-S1.

Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alkohol.

Beri anestesi lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3

Pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum


spinal pada bidang median dengan arah 10-30 terhadap
bidang horisontal ke arah kranial pada ruangan antar
vertebra lumbalis . Jarum akan menembus kutis, subkutis,
lig. Supraspinosum, lig. Interspinosum, lig. Flavum, ruang
epidural, duramater dan ruang subarachoid.

Setelah stilet dicabut, cairan serebrospinal akan menetes


keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgestik
lokal secara pelan.

Komplikasi tindakan :

Hipotensi berat

Bradikardi

Hipoventilasi

Trauma pembuluh darah

Mual muntah

Gangguan pendengaran seperti tinitus

Blok spinal tinggi atau total

Komplikasi Pasca tindakan :

Nyeri tempat suntikan

Nyeri punggung

Nyeri kepala karena kebocoran liquor

Retensio urine

Meningitis

Anestesi Epidural
Definisi:
blokade saraf dengan menempatkan obat analgetik di
ruang epidural. lebih lambat dibanding anestesi spinal,
kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.
Indikasi :
Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
Tatalaksana nyeri saat persalinan
Untuk menurunkan tekanan darah saat pembedahan
Tambahan pada anestesia umum ringan

Teknik anestesi epidural :

Posisi seperti pada anestesi spinal

Tusukkan jarum epidural pada ketinggian L3-L4, karena jarak


antara ligamentum flavum dan duramater pada ketinggian ini
adalah yang terlebar.

Untuk mengenali ruang epidural, dapat digunakan teknik


hilanganya resistensi (loss of resistance) dan teknik tetes
tergantung (hanging drop).

Uji dosis (test dose).


dilakukan setelah ujung jarum di ruang epidural, masukkan
anestesi lokal 3ml yang sudah bercampur dengan adrenalin 1 :
200.000, dengan hasil :
-Tidak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak
jarum sudah benar.
-Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat masuk ke ruang
subarachnoid karena terlalu dalam.
-Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat
masuk kedalam vena epidural.

Komplikasi :
Blok tidak merata
Depresi kardiovaskule
(hipotensi)
Hipoventilasi
Mual muntah

Anestesi Kaudal
Obat disuntikkan di ruang kaudal melalui suntikan pada hiatus
sakralis.
Indikasi : bedah daerah perineum, anorektal misalnya hemorrhoid,
fistula perianal

Kontraindikasi:
Pasien menolak, tidak kooperatif
Gangguan faal hemostasis
Infeksi daerah anorektal
Dehidrasi
Shock
Anemia
SIRS
Kelainan tulang sakrum

Teknik :

Penderita telungkup dengan simphisis diganjal (tungkai dan kepala


lebih rendah dari pantat) atau dekubitus lateral.
Dapat digunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter
vena (venocath, abbocath) ukuran 20-22 pada dewasa.
Ditusukkan pada L5-S1.
Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan
dan kiri (sangat mudah teraba pada penderita kurus) dan spina
iliaca posterior superior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan
tersebut diperoleh hiatus sakralis.
Setelah dilakukan tindakan aseptik pada daerah hiatus sakralis,
tusukan jarum mula-mula 90 terhadap kulit. Setelah diyakini masuk
kanalis sakralis, arah jarum dirubah 45-60 dan jarum didorong
sedalam 1-2cm. Kemudian suntikkan NaCl sebanyak 5ml secara
agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan dikulit untuk
menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.

BLOK PERIFER

Anestesi regional intravena (Bier blok)


blok yang dilakukan dengan menyuntikkan obat anestetik
lokal ke dalam vena pada ekstremitas superior maupun
inferior.
Indikasi: bedah singkat di daerah siku, lengan bawah,
lutut, dan tungkai bawah
Kontraindikasi:
Pasien menolak, tidak kooperatif
Gangguan faal hemostasis

Penyulit:
Angka kegagalan tinggi
Pasien tidak kooperatif
Intoksikasi obat
Paresis nervus axilaris
Nyeri tourniquet

Blok pleksus brachialis


tindakan analgesia regional dengan menyuntikkan obat
anestetik lokal di daerah perjalanan pleksus brachialis.
Dalam perjalanannya, pleksus brachialis melewati daerah
interskaleni, supraklavikula, aksila.

Blok pleksus brachialis interskaleni


tindakan analgesia regional dengan menyuntikkan
obat anestetik lokal pada celah antara otot
skalenus anterior dan medius, ke arah posterior.

Indikasi:
Operasi di daerah bahu dan lengan atas
Kontraindikasi:
Pasien menolak, dan tidak kooperatif
Gangguan faal hemostasis

Blok pleksus brachialis supraklavikula

tindakan analgesia regional dengan


menyuntikkan obat anestetik lokal pada titik
berjarak 1 cm di atas titik 1/3 tengah tulang
clavicula, ke arah tulang iga pertama.

Indikasi:
Operasi di daerah ekstremitas atas kecuali bahu
Kontraindikasi:
Pasien menolak, dan tidak kooperatif
Gangguan faal hemostasis

Blok pleksus brachialis axiler


tindakan analgesia regional dengan cara menyuntikkan
obat anestetik lokal pada aksila, ke arah puncak aksila.

Indikasi:
Operasi di daerah siku dan lengan bawah
Kontraindikasi:
Pasien menolak, dan tidak kooperatif
Gangguan faal hemostasis

SISTEM ANESTESI INHALASI

DEFINISI
Sistem penghantar gas atau system
anesthesia atau sirkuit anestesia ialah alat
yang bukan saja menghantarkan gas atau
uap anastetik dan oksigen dari mesin ke
jalan nafas atau pasien tetapi juga harus
sanggup membuang CO2 dengan
mendorongnya dengan aliran gas segar
atau dengan menghisapnya dengan kapur
soda.

a) Sistem Open
1. Tidak terjadi nafas ulang (rebreathing)
2. Tidak ada penyerapan CO2 (CO2 Absorber)

Terutama untuk anestesi anak-anak < 20 Kg


b) Sistem Semi Open
1. Udara ekspirasi tidak bebas keluar sehingga
sebagian dari ekspirasi akan kembali pada waktu
inspirasi.
2. Ada rebreathing sebagian
3. Tidak ada CO2 Absorber

4. Alat biasa menggunakan eter-air buatan LOOSCO


atau EMO

c) Sistem Close
1. Circle sirkuit katup ekshalasi tertutup
2. Udara ekspirasi dihisap lagi dan diikat dengan
atmosfer
3. Tidak ada udara yang berhubungan dengan
atmosfer
4. Hemat O2 dan obat anestesi

5. Berbahaya bila CO2 Absorber tidak berfungsi


dengan baik
d)
Sistem Semi close
1. Gas ekspirasi sebagian keluar ke atmosfir dan
sebagian masuk ke dalam saluran inspirasi
2. Terdapat tabung penyerapan CO 2.

Sistem

CO2 Absorber

Rebreathing

Open

Tidak ada

Semi Open

Sebagian

Close

Total

Semi Close

Sebagian

Sirkuit anastesia yang populer sampai saat


ini ialah sirkuit lingkaran (circle system),
sirkuit Magiil, sirkuit Bain dan sistem pipa T.
Sistem tetes terbuka
Sistem tetes terbuka (open drop system)
ialah system anastesia yang sederhana
yaitu dengan meneteskan cairan anastetik
(eter, koloform) dari botol khusus ke wajah
dengan bantuan sungkup muka (face
mask) Schimmelbusch.

Sistem Insuflasi

Sistem ini diartikan sebagai penghembusan


gas anastetik dengan sungkup muka
melalui salah satu ke wajah pasien tanpa
menyentuhnya (induksi mencuri).

Sistem Mapleson
Sistem Mapleson asli tak dilengkapi dengan
penyerap CO2 sehingga aliran gas harus
sanggup membuang CO2.
Disebut juga sebagai sistem aliran nafas
terkendali (flow controlled breathing
system).
sebagai system semi-tertutup yang terdiri
dari sungkup muka (face mask), pipa
ombak (carrugated tubing), kantong
cadang (reservoir bag) dan lubang aliran
gas segar (fresh gas flow inlet).

Mapleson Class Other Names


A

Magill attachment

Configuration1

Spontaneous

Controlled

Comments

Equal to minute
ventilation ( 80
mL/kg/min)

Very high and


difficult to predict

Poor choice during


controlled
ventilation.
Enclosed Magill
system is a
modification that
improves
efficiency. Coaxial
Mapleson A (Lack
breathing system)
provides wastegas scavenging.

2 x minute
ventilation

22 xminute
ventilation

Waters' to-and-fro

2 x minute
ventilation

22 xminute
ventilation

Bain circuit

23 x minute
ventilation

12 x minute
ventilation

Bain coaxial
modification:
fresh gas tube
inside breathing
tube (see Figure
37).

Ayre's T-piece

23 x minute
ventilation

3 x minute
ventilation (I:E
=1:2)

Exhalation tubing
should provide a
larger volume
than tidal volume
to prevent
rebreathing.
Scavenging is
difficult.

Jackson-Rees'
modification

Sistem lingkar
Sistem ini di Amerika, menggunakan dua
katup ekspirasi, satu di dekat pasien yang
lainnya di dekat kantong cadang. Aliran gas
cukup 2 3 menit asalkan kadar O2> 25%.

Keuntungan system ini :


Ekonomis (aliran gas rendah).
Konsentrasi gas inspirasi relative stabil
Ada kehangatan dan kelembapan pada jalan napas
Tingkat polusi rendah
Kerugian sistem ini :
Resistensi tinggi.
Tidak ideal untuk anak
Pengenceran oleh udara ekspirasi
Pada sistem lingkar perlu penyerap CO 2, yaitu :
1. Kapur soda (soda lime)
2. Baralime

Farmakologi

Obat anastesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan


digunakan untuk membantu pembedahan adalah N 2O

Obat-obat yang lain banyak ditinggalkan karena efek


samping yang tidak dikehendaki, misalnya :
Eter : sekresi bronkus yang berlebihan, mual,
muntah, bau merangsang
Klorofom : aritmia, kerusakan hepar
- Etil klorida : depresi jantung, kebakaran, peledakan
- Metoksifluran : toksis pada ginjal, kerusakan pada
hepar, kebakaran

a)

Halotan

Halotan merupakan hidrokarbon halogenisasi


konsentrasi untuk anestesi : 0,2-3%.
Memiliki induksi anestesi yang baik tetapi kurang
bersifat analgetik.
Penggunaan secara tunggal dapat menyebabkan
depresi kardiopulmoner yang ditandai sianosis.
efek relaksasi otot kurang dibandingkan eter.
Halotan bersifat bronkodilator dan merelaksasi
uterus.
Mengurangi kerugian penggunaan halotan dengan
mengkombinasikan halotan dengan obat anestesi
lain seperti nitrogen oksida atau trikloroetilen.

b) Trikloroetilen

Trikloroetilen merupakan hidrokarbon


halogenisasi
Trikloroetilen memiliki efek analgetik hipnotik
Jika dapat digunakan sebagai anestesi tunggal
dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori
dengan takipneu.
Karena mempunyai efek analgetik kuat maka
dapat digunakan untuk tindakan di
permukaan, misal insisi abses atau mengganti
perban pada pasien rawat jalan.
Biasanya dikombinasikan dengan halotan

c) Nitrous oxide (NO)

Gas yang stabil, tidak mudah terbakar dan meledak,


15x kali lebih mudah larut dalam plasma dibandingkan
oksigen.
zat anestetik yang lemah, efek analgetik yang kuat dan
hipnotik lemah, Depresi pernafasan dapat terjadi pabila
penggunaan NO tidak disertai dengan O.
NO tidak merangsang sekresi kelenjar dan dapat
menurunkan sensitivitas laring dan trakea terhadap
manipulasi.
NO bersifat mendesak O dalam tubuh sehingga dapat
terjadi hipoksia difusi .Hal ini sering terjadi di masa
pemulihan dimana pasien bernafas dengan udara
normal (20%O), sejumlah besar NO masuk kedalam
alveoli dan mendesak O di alveoli dan terjadilah
hipoksia.
Pencegahan : O aliran tinggi beberapa menit setelah
selesai anestesi.

d) Enfluran (Ethran)
Enfluran merupakan anestetik yang kuat, Mendepresi
SSP menimbulkan efek hipnotik. Pada konsentrasi 3%3,5% dapat timbul perubahan pada EEG yaitu bentuk
epileptiform yang merupakan predisposisi timbulnya
kejang pad stadium anestesi, sehingga tidak boleh
digunakan pada pasien dengan riwayat epilepsi.

e) Isofluran
Seperti Enfluran, Isofluran juga dapat
menimbulkan depresi pernafasan. Isofluran
memiliki efek bronkodilatasi dan baik untuk
digunakan pada pasien PPOK dan asma bronkial.
Isofluran memiliki efek relaksasi otot bergaris
yang baik dan berpotensiasi dengan obat
pelumpuh otot

f) Desfluran
efek klinisnya mirip isofluran. Desfluran
sangat mudah menguap dibandingkan
anestetik volatil lain, sehingga perlu
menggunkan vaporizer khusus (TEC-6).
Bersifat simpatomimetik menyebabkan
takikardia dan hipertensi. Efek depresi
nafasnya sepeti isofluran dan ethran.
Desfluran merangsang jalan nafas atas,
sehingga tidak digunakan untuk induksi
anestesia

Intubasi Endotrakheal

Menurut Hendrickson (2002), intubasi adalah


memasukkan suatu lubang atau pipa melalui
mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan
nafas bagian atas atau trakhea.
Tujuan

Mempermudah pemberian anestesia.


Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta
mempertahankan kelancaran pernafasan.
Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi
lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh
dan tidak ada refleks batuk).
Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.
Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
Mengatasi obstruksi laring akut.

Tindakan Intubasi
a. Persiapan
Posisi tidur terlentang, oksiput diganjal .
b. Oksigenasi
pemberian oksigen 100% (minimal 2
menit).
c. Laringoskop
Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan
dan gagang laringoskop dipegang dengan
tangan kiri.

d. Pemasangan pipa endotrakheal.


Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui
sudut kanan mulut sampai balon pipa tepat melewati
pita suara.
Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop
dikeluarkan selanjutnya pipa difiksasi dengan plester

e. Mengontrol letak pipa. Dada dipastikan


mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu
ventilasi, dilakukan auskultasi dada dengan
stetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan kiri
sama.

f. Ventilasi. Pemberian ventilasi dilakukan sesuai


dengan kebutuhan pasien bersangkutan

Teknik Anestesia Umum Inhalasi


Merupakan salah satu teknik anesthesia umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat
anesthesia inhalasi yang berupa gas atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anesthesia
langsung ke udara inspirasi
1. Inhalasi sungkup muka
Pemakaian salah satu kombinasi obat secara inhalasi
melalui sungkup muka dengan pola nafas spontan.
Komponen trias anesthesia : hipnotik, analgesia dan
relaksasi otot ringan.
Indikasi pada operasi kecil dan sedang di daerah
permukaan tubuh, berlangsung singkat dan posisinya
terlentang.
Kontraindikasi : pada operasi di daerah kepala dan jalan
nafas dan operasi dengan posisi miring atau tertelungkup.

2. Inhalasi sungkup laring


pemakaian salah satu kombinasi obat seperti
tersebut di atas secara inhalasi melalui
sungkup laring dengan pola nafas spontan.
Komponen trias anesthesia : hipnotik,
analgesia dan relaksasi otot ringan.
Indikasi: pada operasi kecil dan sedang di
daerah permukaan tubuh, berlangsung
singkat dan posisinya terlentang.
Kontraindikasi: operasi di daerah rongga
mulut dan operasi dengan posisi
tertelungkup.

3. Inhalasi pipa endotrakeal nafas spontan


Merupakan pemakaian salah satu kombinasi obat
obatan seperti tersebut diatas secara inhalasi
melalui PET dan dengan pola nafas spontan.
Komponen trias anesthesia :hipnotik, analgesia
dan relaksasi otot (ringan).
Indikasi: operasi di daerah kepala-leher dengan
posisi terlentang, berlangsung singkat dan tidak
memerlukan relaksasi otot yang maksimal.
Kontraindikasi :operasi intrakranial, torakotomi,
laparotomi, operasi dengan posisi khusus
(misalnya miring atau tengkurap) dan operasi
yang berlangsung lama (lebih dari satu jam).

4. Inhalasi pipa endotrakeal nafas kendali


Merupakan pemakaian salah satu kombinasi obatobatan secara inhalasi melalui PET dan pemakaian obat
pelumpuh otot non depolarisasi, selanjutnya dilakukan
nafas kendali.
Komponen trias anesthesia : hipnotik, analgesia dan
relaksasi otot.
Indikasi pada:
- Kraniotomi
- Torakotomi
- Laparotomi
- Operasi dengan posisi khusus, misalnya posisi miring
pada operasi ginjal atau posisi tengkurap pada operasi
tulang belakang.
- Operasi yang berlangsung lama (> 1jam).

Kesimpulan

Secara garis besar, didapatkan


perbedaan antara anestesi regional dan
anestesi
umum. Anestesi Regional
Anestesi Umum
Menghilangkan nyeri

Menghilangkan nyeri

Hilang kesadaran

Tanpa hilang kesadaran

Temporer

Temporer

Anda mungkin juga menyukai