Anda di halaman 1dari 9

ANTI FUNGI

Disusun oleh

Dame Roida Gultom


1248201008

Infeksi oleh jamur disebut mikosis.


Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri
atauvirus.
Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi apabila ada
kondisi yang menghambat salah satu mekanisme
pertahanan tubuh.
Infeksi jamur dibagi menjadi 2 :
Infeksi superfisial (infeksi dermatofit dan infeksi
mukokutan)
Infeksi sistemik (infeksi jaringan dan organ yang
lebih dalam)

Infeksi superfisial umumnya diterapi dengan preparat


lokal (dermatologi), kadang dengan obat sistemik.
Infeksi sistemik lebih sulit diobati, memerlukan terapi
jangka panjang dan obat yang tersedia sering
menyebabkan efek samping yang berat.

Obat antijamur terdiri dari :


Kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin,
natamisin),
kelompok azol (ketokonazol, ekonazol,
klotrimazol,
mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin
(terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

Obat-obat yang digunakan untuk infeksi jamur


Superfisial Griseofulvin

Griseofulvin menghambat mitosis jamur dengan berkaitan


dengan mikrotubulus dan menghambat polimerisasi tubulin
menjadi mikrotubulus.
Griseofulvin tidak larut air.
Obat diberikan per oral, dan hanya sekitar 50% dosis oral
yang masuk ke sirkulasi.
Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet 125, 250, dan
500 mg, dan suspensi 125 mg/ml.
Dosis dewasa adalah 500-1000 mg/hari dosis tunggal atau
dosis terbagi. Untuk anak, dosisnya adalah 10 mg/kg
BB/hari.

Azol

Azol adalah kelompok obat sintesis dengan aktivitas spektrum yang luas.
Obat yang masuk kelompok ini antara lain ketokonazol, ekonazol,
kloritmazol, tiokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol.

Ketokonazol

Obat ini mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida, Coccidioides


immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B. dermatitidis, Sporothrix
spp, dan Paracoccidioides brasiliensis.
Ketokonazol bisa diberikan per oral atau topikal. pada pemberian oral, obat ini
diserap baik pada saluran cerna (75%), dan absorpsi meningkat pada pH asam.
Sebagian besar ketokonazol diekskresi bersama cairan empedu ke lumen usus
dan hanya sebagian kecil yang keluar bersama urine.
Efek samping yang sering pada pemberian oral adalah mual dan muntah.
Bahaya utama ketokonazol adalah toksisitas hati. Obat ini harus dihindari pada
wanita hamil. Pada pemberian topikal, efek sampingnya bisa berupa iritasi,
pruritus, dan rasa terbakar.
Ketokonazol tersedia dalam bentuk tablet 200 mg, gel/krim 2%, dan scalp
solution 20 mg/ml.

NIATATIN
Nistatin adalah antibiotik makrolida polyene dari
Streptomyces noursei. Struktur nistatin mirip dengan
struktur amfoterisin B.
Nistatin tidak diserap dari membran mukosa atau dari
kulit. Obat ini terlalu toksik untuk pemberian parenteral.
Bila diberikan per oral, absorpsinya sedikit sekali dan
kemudian diekskresi melalui feses.
Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup
jamur-jamur sistemik, namun karena toksisitasnya,
nistatin hanya digunakan untuk terapi infeksi Candida
pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna.
Nistatin efektif untuk kandidiasis oral, kandidiasis
vaginal dan esofagitis karena Candida.

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK INFEKSI JAMUR


SISTEMIK Amfoterisin B

Amfoterisin B termasuk ke dalam golongan polyene (strukturnya mirip


dengan nistatin).
Amfoterisin mempunyai spektrum aktivitas terhadap
Aspergillus, B. dermatitidis, Candida, C. neoformans, C. immitis. H.
capsulatum, Mucor, P. brasiliensis.
Amfoterisin tidak larut dalam air, dan tidak diabsorpsi dari saluran cerna.
Amfoterisin diberikan secara iv lambat pada infeksi sistemik, intrateka untuk
meningitis, iritasi vesika urinaria untuk sistitis. Amfoterisin juga dapat
diberikan secara topikal.
Efek samping yang paling sering dan paling serius adalah
toksisitas ginjal.
Obat ini diindikasikan untuk infeksi jamur sistemik, meningitis
karena jamur, dan ISK karena jamur.
Amfoterisin B secara topikal juga efektif terhadap keratitis mitotik.

Anda mungkin juga menyukai