Memahami Tawassul Dengan Benar
Memahami Tawassul Dengan Benar
TAWASSUL DENGAN
BENAR
Oleh: Muhyiddin Abdussomad
IFTITAH
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya
akan
Sesungguhnya
Kuperkenankan
bagimu.
orang-orang
yang
IFTITAH
Ada banyak cara yang bisa dilakukan ketika
berdoa, di antaranya adalah:
1) Meminta langsung kepada Allah SWT tanpa
melibatkan siapapun.
2) Memilih tempat yang mulia misalnya di Kabah,
Masjid, makam para nabi dan wali.
3) Menyebut orang yang dimuliakan Allah SWT
seperti nabi, para wali dan orang shalih. atau
4) Menjadikan amal shalih sebagai wasilah agar
keinginannya
dikabulkan,
misalnya
bersedekah, shalat hajat, agar hajatnya
dikabulkan Allah SWT.
Definisi Tawassul
Mahallul Ikhtilaf
Sebenarnya,
seorangpun
sebagai
yang
sebuah
dapat
doa,
tidak
membantah
menegaskan
tentang
kebolehan
Mahallul Ikhtilaf
Dalam tiga kategori tawassul yang telah
disebutkan
bahwa
sebelumnya,
ulama
sepakat
Mahallul Ikhtilaf
Yang dipermasalahkan adalah tawassul
dengan orang atau tempat yang mulia.
Ada tuduhan bahwa perbuatan ini adalah
syirik, menyekutukan Allah SWT dengan
yang lainnya. Tidak boleh tawassul
dengan orang mulia ketika ia masih hidup
apalagi setelah meninggal dunia. Begitu
pula tidak boleh bertawassul dengan
tempat-tempat
mulia
seperti
makam
TABAYYUN
Hai
orang-orang
yang
beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan (wasilah) yang mendekatkan diri
kepada-Nya. (QS. Al-Maidah : 35).
TABAYYUN
Al-Hafizh Ibn Katsir mengartikan al wasilah
pada ayat ini dengan pengertian yang
sangat umum. Beliau mengatakan:
.(
Ya Allah aku memohon dan memanjatkan doa
kepada-Mu dengan Nabi kami Muhammad, Nabi
pembawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya
aku memohon kepada Tuhanku dengan engkau
berkait dengan hajatku agar dikabulkan.
Ikhtitam
Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa tawassul dengan
segala bentuknya adalah usaha yang dilegitimasi oleh
syara. Dengan catatan, seorang mukmin yang bertawassul, tetap berkeyakinan bahwa:
IKHTITAM
Amal shalih yang dilakukan, atau para nabi dan para wali
yang disebut tidak lain hanyalah sebab dikabulkannya
permohonan hamba karena kemuliaan dan ketinggian
derajat mereka. Ketika seorang nabi atau wali masih
hidup, Allah yang mengabulkan permohonan hamba.
Demikian pula setelah mereka meninggal, Allah juga yang
mengabulkan permohonan seorang hamba yang bertawassul dengan mereka, bukan nabi atau wali itu
sendiri. Sebagaimana orang yang sakit pergi ke dokter
dan meminum obat agar diberikan kesembuhan oleh
Allah, Sedangkan dokter atau obat hanyalah sebab
kesembuhan. Jika obat adalah contoh sabab di (sebabsebab alamiah), maka tawassul adalah sabab syari