BM 15, Informed Consent
BM 15, Informed Consent
PERJANJIAN TERAPETIK
o
INFORMED CONSENT
Proses memperoleh informed consent dari
pasien baru bisa dimulai setelah
perjanjian
terapetik terjadi.
Hanya dapat diberikan oleh orang tertentu
saja, yaitu oleh:
- Pasien sendiri (for patient with capacity to
consent); atau
- Orang yang berhak mewakili (for patient
without capacity to consent).
PERNYATAAN
MENANGGUNG BIAYA
o Bukan Informed Consent.
o Bisa diberikan oleh siapa saja yang bersedia
menanggung biaya, a.l:
- pasien sendiri;
- keluarganya;
- perusahaan atau majikannya;
- perusahaan Asuransi kesehatan;
- sahabat, tetangga atau dermawan.
HUBUNGAN Dr - PASIEN
Terjadi karena dua alasan, yaitu:
1.Karena perjanjian terapetik antara Dr (sbg
pribadi) dengan pasien.
2.Karena hukum / UU, yaitu:
a. bila Dr bekerja di RS (subordinate/ mitra);
shg Dr harus melaksanakan kewajiban
RS mengelola pasien RS;
b. bila Dr melihat orang dalam keadaan
emergensi;
shg ia wajib melakukan Good Samaritan
(lihat Psl 531 KUHP).
GOOD SAMARITAN
Adalah tindakan menolong seseorang dgn
sukarela atas dasar kemanusiaan seperti yg
dilakukan oleh seorang Samaria (yang baik)
ketika melihat korban tergeletak dirampok.
GOOD SAMARITAN LAW
Adalah UU di Amerika yang memberikan
kekebalan dari tuntutan hukum kepada dokter
yang melakukan pertolongan emergensi diluar
RS bila terjadi kelalaian, sepanjang bukan
merupakan gross negligent (ceroboh).
DOKTER
PASIEN
PERIKATAN
KEWAJIBAN
HAK
KEWAJIBAN
HAK
perjanjian terapetik
RUMAH SAKIT
PASIEN
PERIKATAN
KEWAJIBAN
HAK
Hubungan karena
hukum/UU
KEWAJIBAN
HAK
DOKTER
Melakukan tindakan medis, berupa:
1. Tindakan diagnosis:
a. tindakan diagnosis A
Tiap-tiap tindakan yang
b. tindakan diagnosis B
ada risikonya harus
2. Tindakan terapetik:
dilengkapi INFORMED
a. tindakan terapetik X
CONSENT sendiri-sendiri
b. tindakan terapetik Y
DEFINISI (1)
Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
(Permenkes)
DEFINISI (2)
Persetujuan pasien atau yang mewakilinya
atas rencana tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi setelah menerima informasi
yg cukup untuk dapat membuat persetujuan.
(Konsil Kedokteran Indonesia)
DEFINISI (3)
Pernyataan oleh PASIEN, atau dalam hal pasien
tidak berkompeten*), oleh ORANG YANG BERHAK
MEWAKILI, yang isinya berupa persetujuan kepada
Dr untuk melakukan tindakan medik sesudah pasien
atau orang yang berhak tersebut diberi informasi
secukupnya **) mengenai rencana tindakan medik
yang akan dilakukan Dr.
(Sofwan Dahlan)
*) Tidak berkompeten: belum dewasa (21 th) atau
belum pernah nikah atau tidak sehat akal.
**) Informasi sekucupnya: kualitas dan kuantitas
informasi cukup adekuat bagi pasien untuk dasar
membuat keputusan (setuju atau tidak setuju).
PENJELASAN
Dari ketiga definisi tadi maka yang benar
dari sudut legal drafting adalah definisi ketiga,
sebab mampu memberikan pemahaman
bahwa:
1.Pemegang hak utama untuk memberikan
persetujuan ialah pasien.
2.Hak keluarga untuk mewakili pasien bukan
bersifat alternatif, tetapi kondisional,
yaitu manakala pasien tidak berkompeten.
3.Jika pasien sudah dewasa dan sehat akal
maka keluarga samasekali tidak
BAGAIMANA
TINJAUAN
TEORITISNYA ???
SEJARAH
Diawali munculnya doktrin a man is the master
of his own body, oleh hakim Cardozo yg mengadili
kasus Nateson v. Kline.
Lalu muncul common law (putusan pengadilan) di
negara dgn Common Law System karena tidak ada
statute law (UU produk Legislatif) yg bisa dijadikan
acuan hakim dlm memutus perkara, seperti:
1. Kasus Schloendorf v. the Society of NY Hospital;
2. Kasus Mohr;
4. Kasus Gerti;
KASUS SCHLOENDORFF
Dr disalahkan mengangkat rahim sedangkan IC yg
diberikan oleh pasien hanyalah tindakan diagnostik
dg ether utk memastikan kalau-kalau tumor ganas.
KASUS MOHR
Dr beralih mengoperasi telinga kanan krn ternyata
(setelah pasien dibius) ia melihat telinga kanan jauh
lebih parah dari telinga yang telah mendapatkan IC.
KASUS GERTI
Dr dipersalahkan di pengadilan tingkat pertama
sebab ia memotong kaki Gerti (10 th) yg tidak
disetujui orangtuanya, tetapi MA membebaskan Dr
atas dasar keselamatan anak jauh lebih penting d/p
keberatan orangtuanya (pertimbangan filosofis).
KASUS FORIENTINO
Dr dipersalahkan karena ia tidak memberikan
informasi bahwa tindakan ECT memiliki risiko, yaitu
dapat mengakibatkan rahang pasien patah atau
lidah terpotong, meski pasien telah memberikan izin
ECT.
Jadi informed consent diberikan tanpa didahului
informasi yang cukup (termasuk risikonya) sehingga
Informed consent yang telah diberikan dianggap
tidak sah demi hukum (domino effect).
LATAR BELAKANG
1.
2.
3.
4.
LANDASAN FILOSOFIS
Informed consent diperlukan karena:
1.Tuntutan dari patients autonomy.
2.Melindungi status pasien sebagai human being.
3.Mencegah pemaksaan dan tipu daya.
4.Mendorong self-criticism dokter.
5.Membantu proses rasional dalam pembuatan
keputusan (process rational decision-making).
6.Mengedukasi masyarakat.
Informed consent akan menjadi sangat penting:
1.Manakala tindakan medis mengalami kegagalan.
2.Merupakan penghormatan terhadap hak asasi
manusia (dignity and rights of each human being).
LANDASAN ETIKA
Etika menghendaki agar setiap Dr dalam
menjalankan profesinya senantiasa memperhatikan
empat prinsip dasar moral, yakni:
1.Beneficence (to do good).
2.Non-maleficence (to do no harm).
3.Justice (as a fairness or as distributive justice).
4.Autonomy (the right to make decisions about ones
health care).
Jadi informed consent bukan sekedar isu hukum, ttp
juga isu moral dan etika sebab berkaitan erat dengan
prinsip autonomy (hak pasien membuat keputusan).
LANDASAN HUKUM
Berbeda dari negara common law, informed
consent disini diatur dalam Statute Law:
1. UU No. 36 Th. 2009 ttg Kesehatan:
2. UU No. 29 Th. 2004 ttg Praktik Kedokteran.
3. UU No. 44 Th. 2009 ttg Rumah Sakit
4. PP ttg Tenaga Kesehatan.
5. Permenkes Persetujuan Tindakan Medik.
6.Permenkes No. 1419 / Menkes / PER /
2005 ttg Penyelenggaraan Praktik Dr & Drg.
KEBIJAKAN UUPK
1. Bersifat non-selective (semua tindakan medik).
2. Harus didahului penjelasan yang cukup sebagai
landasan bagi pasien dlm mengambil keputusan.
3. Dapat diberikan tertulis atau lisan (ucapan atau
anggukan kepala?).
anggukan itu body language!
4. Untuk tindakan medik berisiko tinggi, persetujuan
harus diberikan secara tertulis.
5. Dalam keadaan emergensi tidak perlu informed
consent, sesudah sadar wajib diberitahu dan
diminta persetujuannya???
ini lucu kan???.
6. Ditandatangani oleh yang berhak.
KONSEKUENSI HUKUM
Bila tindakan medik tidak disertai informed
consent, konsekuensi hukumnya:
1. Merupakan bukti adanya unsur pidana,
yaitu perbuatan tercela (actus reus) dan
sikap batin yang salah (mens rea).
2. Merupakan bukti adanya unsur tindakan
melawan hukum sehingga Dr bisa digugat.
3. Merupakan bukti adanya tindakan Dr yang
tidak patuh pada Hukum Disiplin, sehingga
Dr dapat diadili oleh MKDKI.
TINDAKAN MEDIK
Y ANG MEMERLUKAN IC (1)
1.Operasi invasive, baik mayor atau minor.
2.Semua bentuk tindakan medik yang punya
risiko lebih besar.
3.Semua bentuk terapi radiologi.
4.Terapi kejang listrik (ECT).
5.Semua tindakan medik eksperimental.
6.Semua tindakan medik yang menurut UU
diharuskan disertai informed consent.
(Roach, Chernoff dan Esley, 2000)
TINDAKAN MEDIK
YANG MEMERLUKAN IC (2)
1. Operasi invasive, major dan minor, baik melalui
incisi atau melalui liang-liang tubuh (natural body
opening).
2. Semua tindakan medik yang memakai anesthesia.
3. Tindakan medik non-operatif yg punya risiko lebih
besar atau yang berisiko merubah struktur tubuh.
4. Tindakan medik yg menggunakan cobalt & x-ray.
5. Terapi kejang listrik (ECT).
6. Terapi yang masih bersifat eksperimental.
7. Semua bentuk tindakan medik yang memerlukan
penjelasan spesifik.
(Mancini M.R, Gale A.T)
INFORMED CONSENT
PENELITIAN
Pada penelitian dgn perlakuan (eksperimental),
informed consent sangat diperlukan sebab:
1. Keamanannya bagi subjek belum dapat dijamin
sepenuhnya;
2. Kemamfaatannya terhadap subjek juga belum
dapat diandalkan; dan
3. Risiko-risikonya belum dapat dikenali seluruhnya.
Jadi dalam setiap penelitian, asas yang lebih dulu
dipertimbangkan adalah asas nonmaleficence, baru
kemudian asas beneficence.
BAGAIMANA
JIKA pasien dalam keadaan EMERGENSI?
APAKAH
INFOMED CONSENT tetap perlu mengingat
pelaksanaan informed consent memerlukan
komunikasi sehingga dibutuhkan:
a. waktu relatif lama; dan
b. tingkat kesadaran compos mentis ???
PADAHAL
TINDAKAN emergency perlu dilakukan
cepat untuk mencegah kematian dan
DEFINISI EMERGENSI
1. DIANGGAP EMERGENCY:
setiap kondisi yang menurut pendapat pasien,
keluarga atau orang-orang yg membawa pasien
ke RS -------- bahwa pasien --------- memerlukan
penanganan segera.
(versi pihak pasien)
2. TRUE EMERGENCY:
setiap kondisi yang setelah diperiksa secara
klinis, memang memerlukan penanganan segera
(immediate medical attention), guna mencegah
pasien dari kematian / kecacatan.
(versi Dr)
(American Hospital Association)
EMTALA
LABOR ACT)
(A). Suatu kondisi yang ditandai oleh adanya gejala berat dan
akut (meliputi rasa sakit luar biasa), yang kalau tidak
ditangani segera akan dapat mengakibatkan:
(i) kesehatan pasien mengalami bahaya serius
(termasuk wanita hamil atau bayi yg dikandungnya);
(ii) kerusakan organ atau tubuh yang serius; atau
(iii) kegagalan organ atau bagian tubuh yang serius; atau
(B). Suatu kondisi wanita hamil yg telah mengalami kontraksi,
tetapi:
(i) tidak memiliki waktu yang cukup untuk membawanya
ke rumah sakit; atau
(ii) transportasi wanita itu ke RS dapat membahayakan
diri wanita itu atau bayinya.
TANGGUNGJAWAB DOKTER
TERHADAP PENDERITA EMERGENSI
Dokter diwajibkan oleh UU utk menolong seseorang
yang berada dalam kondisi emergensi jika :
a.bentuk pertolongannya masih berada dlm kontek
profesinya.
b.pasien berada dalam jarak dekat dengan dokter.
c.dokter mengetahui bahwa ada kebutuhan akan
bantuan emergensi atau ada pasien dgn
kondisi
d.
serius.
dokter dinilai layak memberikan bantuan serta
memiliki peralatan yang diperlukan.
(Gorton, 2000)
BENTUK KEWAJIBAN
1. Diluar RS:
- melakukan Good Samaritan (stabilisasi
dan transfer ke RS).
2. Di Puskesmas:
- stabilisasi.
- transfer ke RS (jika sudah transferable).
3. Di RS dg Initial Emergency Care:
- stabilisasi.
- transfer ke RS (jika sudah transferable).
4. Di RS dg Definitive Emergency Care:
- emergency treatment paripurna.
INFORMED CONSENT
PADA PASIEN EMERGENSI
1. Jika keadaan pasien masih memungkinkan maka
informed consent tetap penting, tetapi bukan prioritas.
2.Meski penting, namun pelaksanaannya tidak boleh menjadi
penghambat atau penghalang dilakukannya tindakan
pertolongan penyelamatan (emergency care).
3.Permenkes, UUPK dan UURS menyatakan bahwa dalam
kondisi emergensi tidak diperlukan informed consent.
4.Berbagai yurisprudensi di negara maju menunjukkan hal
yang sama, bahwa tindakan emergency care dapat
dilakukan tanpa informed consent.
5.Kasus Mohidin (Sukabumi), hakim membenarkan dokter
mencopot mata pasien untuk menyelamatkan mata yang
masih sehat tanpa informed consent (karena cacat dalam
prosedur) atas dasar teori sympatico optalmia.
EMERGENCY CARE
PADA ANAK TANPA IC ORANG TUA
Jika orangtua tak setuju, tindakan medik pada
anak dapat dilakukan dgn syarat:
1. Tindakan tsb merupakan tindakan terapetik,
bukan tindakan eksperimental.
2. Tanpa tindakan tsb anak akan mati.
3. Tindakan medik tsb memberikan harapan
atau peluang pada anak yang bersangkutan
untuk hidup normal, sehat dan bermanfaat.
PENOLAKAN
MEMBERIKAN INFORMED CONSENT
Jika pasien sudah dewasa dan sehat akal:
o Pasien bertanggungjawab sendiri atas
kejadian buruk yang akan terjadi kelak.
Jika penolakan oleh orangtua dari pasien tak
berkompeten maka penolakan tersebut dapat
dipersoalkan dari sisi, apakah:
o Keputusannya merupakan keputusan yg
bertanggungjawab?
o Telah menggunakan standar yang benar?
o Berhak mewakili kepentingan anaknya?
MATERI INFORMASI
YANG WAJIB DISAMPAIKAN
1. Alasan perlunya tindakan medik.
2. Sifat tindakan medik tsb (eksperimen atau
non-eksperimen).
3. Tujuan tindakan medik, yaitu diagnostik
atau terapetik.
4. Risiko dari tindakan medik.
5. Akibat ikutan yang tidak menyenangkan.
6. Ada tidaknya tindakan medik alternatif.
7.Akibat yg mungkin terjadi di kemudian hari
jika pasien menolak tindakan medik.
PEMBERIAN INFORMASI
Cukup lisan agar ada komunikasi dua arah.
Boleh ditambah dengan information sheets
sebagai pelengkap.
Jika informasi tdk cukup atau tdk diberikan
samasekali maka persetujuan yang telah
diberikan tidak syah demi hukum.
Pada pasien dengan Dont tell me, doctor
KEWAJIBAN
MEMBERIKAN INFORMASI
1.Berada di tangan Dr yang hendak melakukan
tindakan medik sebab ia yang tahu persis kondisi
pasien dan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
medik yang akan dilakukannya.
2. Kewajiban tsb amat riskan apabila didelegasikan
kepada Dr lain, perawat atau bidan; tetapi bila hal
itu dilakukan dan terjadi kesalahan pemberian
informasi maka tanggungjawabnya tetap pada Dr
yang melakukan tindakan medik.
3.Di negara maju, tanggungjawab memberikan
informasi merupakan tanggungjawab yang tidak
boleh didelegasikan (non-delegable duty).
CARA MEMBERIKAN IC
1. Secara terucap (oral consent).
2. Secara tertulis (written consent).
3. Secara tersirat (implied consent).
Yang paling aman adalah written consent, sebab
ada bukti dokumen yang tidak dapat dipungkiri.
Jika diberikan terucap / tersirat sebenarnya tetap
sah, hanya saja, demi keamanannya perlu:
1.Dibatasi hanya pada tindakan yg risikonya kecil.
2.Perlu ada saksi (mis: perawat) utk jaga-jaga bila
kelak dipungkiri.
3.Dicatat dlm rekam medis, bahwa pasien memberikan persetujuan terucap/tersirat dg saksi .....
SYARAT PERNYATAAN
1. Subjek hukum: kompeten.
2.Kualitas pernyataan:
a. voluntary: sukarela tanpa disertai
unsur
3 F (force, fraud dan fear).
b. unequivocal: disampaikan secara jelas,
tegas dan tanpa keraguan.
c. conscious: dalam kondisi psikologis
yang
penuh kesadaran (compos mentis).
d. naturally: sesuai kewajaran sehingga
MASALAH
Informed consent tidak didahului informasi
atau didahului informasi tetapi tidak adequat
maka informed consent tsb dianggap tidak
pernah ada (tidak sah demi hukum).
Informasi diberikan sejelas-jelasnya, namun
jika akhirnya pasien menolak memberikan
informed consent berarti Dr telah gagal dalam
melakukan komunikasi.
Jadi, keberhasilan memperoleh informed consent
dari pasien sangat ditentukan oleh kemampuan DR
dalam ber-KOMUNIKASI
KESULITAN
Proses untuk mendapatkan informed
consent memerlukan penjelasan detail
dan waktu yang cukup.
Communication skill Dr sangat beragam.
Kesediaan & kemampuan pasien dalam
menyerap informasi & membuat kepututusan berbeda-beda.
Faktor kultur juga menambah kesulitan.
GUIDELINE
Informasi harus diberikan dalam bentuk dan cara
yang dapat membantu pasien untuk memahami
masalah kesehatannya dan memahami alternatifalternatif terapi yang mungkin dapat diberikan.
Dr harus mengambil posisi sebagai pemberi advis.
Tidak boleh ada paksaan-paksaan.
Pasien harus diberi kebebasan untuk menyetujui
atau tidak menyetujui tindakan medik yg dianjurkan
oleh Dr.
Pasien perlu didorong untuk membuat keputusan.
Dr dan pasien harus bersikap jujur & beriktikat baik.
PERLU DIPERHATIKAN
Dr harus meluangkan waktu untuk menemui pasien
guna memberikan penjelasan.
Dr tidak boleh tergesa-gesa dan harus memberikan
waktu cukup kepada pasien utk membuat decision.
Dr harus memberikan kesempatan kepada pasien
utk bertanya, berkonsultasi kepada keluarga, teman
atau penasehatnya.
Dr wajib membantu pasien mencari second opinion
jika dikehendaki walau pendapatnya dpt
menyulitkan.
Dalam keadaan tertentu perlu diskusi, dan ditutup
dg pertanyaan Masih ada yang perlu ditanyakan?.
REDAKSI
INFORMED CONSENT TERTULIS
Bebas sepanjang memenuhi persyaratannya, yaitu berisi:
1. PENGAKUAN, bahwa pasien atau orang yang berhak
mewakili telah diberi penjelasan tentang:
a. alasan perlunya tindakan medik;
b. sifat tindakan medik (eksperimen/non eksperimen);
c. tujuan tindakan medik;
d. risiko tindakan medik;
e. akibat ikutan yang tidak menyenangkan;
f. ada tidaknya tindakan medik alternatif; dan
g. akibat yang akan dialami jika menolak tindakan medik.
2. PENGAKUAN, bahwa ia telah memahami informasi tsb.
3. PERNYATAAN, bahwa ia MENYETUJUI tindakan medik.
REDAKSI
INFORMED CONSENT TERTULIS (2)
Guna mengantisipasi hal-hal tak terduga maka bisa
ditambah pernyataan bahwa pasien menyetujui:
a. tindakan perluasan, jika dipandang perlu;
b. pengambilan organ atau jaringan yg sudah tidak
dapat dipertahankan lagi (mis: memotong usus);
c. diambil gambarnya dengan photo atau video
camera dgn syarat identitasnya tidak diungkap;
d. dimanfaatkannya sisa jaringan atau organ untuk
kepentingan pendidikan dan atau penelitian.
JENIS INFORMASI
Diagnosis (WD & DD)
Dasar Diagnosis
Tindakan Kedokteran
Indikasi Tindakan
Tata Cara
Tujuan
Risiko
Komplikasi
Prognosis
Alternatif & Risiko
ISI INFORMASI
TANDAI (v)
ISI INFORMASI
TANDAI (v)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
tanda-tangan
tanda-tangan
tanda-tangan
Saksi:
ISI INFORMASI
TANDAI (v)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
tanda-tangan
tanda-tangan
Saya bertanggungjawab secara penuh atas segala akibat yang mungkin timbul
sebagai akibat tidak dilakukannya tindakan kedokteran tersebut.
______________, tanggal _____________ pukul _____
Yang menyatakan *
Saksi:
procedure: ____________________________________
______________________________________________
The nature of this procedure, possible alternative
methods of diagnosis, and the risks of injury despite
precautions have been explained to me.
Signed ___________________________________
(patient or person authorized to consent for patient)
Witness _______________________
Witness _______________________
Witness ___________________________________
Date ______________________