Anda di halaman 1dari 19

SEMEN DAN ADMIXTURE

TEKNOLOGI BAHAN PERTEMUAN 4

Semen (Portland Cement)

Portland cement merupakan bahan


pengikat utama untuk adukan beton
dan pasangan batu yang digunakan
untuk menyatukan bahan menjadi satu
kesatuan yang kuat. Jenis atau tipe
semen yang digunakan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi
kuat tekan beton, dalam hal ini perlu
diketahui
tipe
semen
yang
distandardisasi di Indonesia.

Sejarah Semen Portland

Penemu Semen AdalahJoseph Aspdin,


yang
juga
seorang
engineer
berkebangsaan Inggris, pada 1824.
Penemuan ramuan tersebut yang
disebut semen portland. Dinamai
begitu karena warna hasil akhir
olahannya
mirip
tanah
liat
Pulau Portland, Inggris.

Senyawa Kimia Pada Semen


Portland

1. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.


2. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
3. Trikalsium Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di singkat menjadi
C3A.
4. Tertrakalsium aluminoferrit (4CaO. AL2O3.Fe2O3) yang
disingkat menjadi C4AF.

Dua unsur yang pertama ( 1 dan 2) merupakan 70 sd 80 % dari


semen sehingga merupakan bagian yang paling dominan dalam
memberikan sifat semen. Bila semen terkena air, C3s segera
mulai berhidrasi dan menghasilkan panas. Berpengaruh
terhadap pengerasan semen, terutama sebelum mencapai 14
hari. Sebaliknya C2s bereaksi dengan air lebih lambat sehingga
berpengaruh pada perkerasan semen setelah berumur lebih dari
7 hari dan memberikan kekuatan akhir.

Sifat Fisik Semen :

1. Kehalusan
Butir-butir semen yang halus akan menjadi kuat dan menghasilkan
panas hidrasi yang lebih cepat dari pada semen dengan butir-butir
yang lebih kasar. Secara umum semen berbutir halus meningkatkan
kohesi pada beton segar (fresh concrete). Akan tetapi menambah
kecenderungan mrnyusut lebih banyak.
2. Waktu ikatan
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat
kenyal dan dapat dibentuk (workable). Beberapa saat, pasta tidak
berubah. Periode ini dikenal dengan periode tidak aktif (dormant
periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi
semakin kaku hingga mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak ,
tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi. Periode ini disebut initial set,
Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut
initial setting time (waktu pengikatan awal).
Selanjutnya pasta menjadi semakin kaku menjadi padatan yang keras
dan getas (rigid). Tahap ini disebut final set dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut final setting time
(waktu pengikatan akhir).

SIFAT FISIK SEMEN

3.Soundness
Didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang
mengeras untuk mempertahankan volumenya setelah proses
pengikatan berakhir. Kestabilan volume ini dapat terganggu
karena adanya CaO bebas (free lime) dan MgO bebas
(periclase) yang berlebihan(mengakibatkan ekspansi).
4. Kuat Tekan
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen
penyusun semen, terutama oleh kalsium silikat. Pada
pengembangan kuat tekan awal (misalnya sampai umur 28
hari), didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A.
Untuk C2S dan C4AF akan memberikan kontribusi terhadap
kuat tekan untuk umur yang lebih lama. Selain itu yang
mempengaruhi pengembangan kuat tekan adalah kehalusan
semen (fineness) dan kandungan gypsum dalam semen.

Ketahanan terhadap sulfat


(Durability)

Salah satu hal penting dalam peggunaan semen


dalam struktur beton adalah ketahanan terhadap
sulfat. Komponen penyusun semen yang
mempengaruhi terhadap ketahanan terhadap
sulfat adalah C3A.
Pada saat terjadi proses hidrasi semen, C3A akan
bereaksi dengan sulfat dan air membentuk
ettringite. Ettringite ini mempunyai volume yang
lebih besar dibandingkan volume komponen
penyusunya
sehingga
bila
berlebihan
mengakibatkan terjadinya ekspansi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur beton.

JENIS JENIS SEMEN

Menurut ASTM C150, semen Portland dibagi menjadi


5:
Tipe I : Ordinary Portland Cement (OPC), semen
untuk penggunaan umum, tidak memerlukan
persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan
terhadap sulfat, kekuatan awal).
Tipe II : Moderate Sulphate Cement, semen untuk
beton yang tahan terhadap sulfat sedang dan
mempunyai panas hidrasi sedang.
Tipe III : High Early Strength Cement, semen untuk
beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Tipe IV : Low Heat of Hydration Cement, semen untuk
beton yang memerlukan panas hidrasi rendah,
dengan kekuatan awal rendah.
Tipe V : High Sulphate Resistance Cement, semen
untuk beton yang

Tipe ASTM
Tipe I standar

Tipe II

Penggunaan

Bangunan beton
biasa
Pembetonan missal
dan biasa

Karakteristik

C3S

Prosentase
C2S
C3A

C4AF

53

24

47

32

12

modifiet : Panas
hidrasi &
ketahanan

max

max

50

terhadap sulfat
sedang

Pembetonan musim
dingin

58

Mempunyai C3A

Pembetonan massal

dan C3S

26

54

12

Air mengandung
sulfat

yang rendah

Kadar C3A dan

max
35

min
40

max
7

C4AF dan

Max

max

atau air di laut

MgO rendah

Tipe III
cepat mengeras
dan
kekuatan awal
tinggi
Tipe IV
Panas hidrasi
rendah

Tipe V
Tahan terhadap
sulfat

50

16

ADIMIXTURE
Admixture adalah bahan/material selain air, semen
dan agregat yang ditambahkan ke dalam beton atau
mortar sebelum atau selama pengadukan.
o Admixture digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakteristik beton. Tujuan penggunaan admixture
pada beton segar adalah :
Memperbaiki workability beton
Mengatur factor air semen pada beton segar.
Mengurangi penggunaan semen
Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding
Mengatur waktu pengikatan aduk beton
Meningkatkan kekuatan beton keras.
Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras
termasuk tahan terhadap zatzat kimia, tahan
o

JENIS-JENIS ADMIXTURE

Secara umum ada dua jenis bahan tambah yaitu


bahan tambah yang berupa mineral (additive)
dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture).
Bahan tambah admixture ditambahkan pada
saat pengadukan atau pada saat pengecoran.
Sedangkan bahan tambah additive ditambahkan
pada
saat
pengadukan.
Bahan
tambah
admixture biasanya
dimaksudkan untuk
mengubah perilaku beton pada
saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan
kinerja beton pada saat pelaksanaan.
Untuk bahan tambah additive lebih banyak
bersifat
penyemenan
sehingga
digunakan
dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya

Jenis-jenis admixture

1) Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)


Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi
penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu. Dengan menggunakan jenis
bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
o Hanya menambah/meningkatkan workability. Dengan
menambahkan WRA ke dalam beton maka dengan fas
(kadar air dan semen) yang sama akan didapatkan beton
dengan nilai slump yang lebih tinggi.
o
Menambah
kekuatan
tekan
beton.
Dengan
mengurangi/memperkecil fas (jumlah air dikurangi, jumlah
semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar
akan diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi.
o Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan
WRA dan mengurangi jumlah semen serta air, maka akan
diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan
beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga sama
dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton lebih

Jenis-jenis admixture

2) Tipe B : Retarding Admixture


Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses
waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan pada saat
kondisi cuaca panas, memperpanjang waktu untuk
pemadatan, pengangkutan dan pengecoran.
3) Tipe C : Accelerating Admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat
proses pengikatan dan pengembangan kekuatan awal
beton. Bahan ini digunakan untuk memperpendek waktu
pengikatan semen sehingga mempecepat pencapaian
kekuatan beton. Yang termasuk jenis accelerator adalah :
kalsium klorida, bromide, karbonat dan silikat. Pda daerahdaerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak dianjurkan
menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis
maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah
sebesar 2 % dari berat semen.

4). Tipe D : Water Reducing and Retarding


Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk
mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan
pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses
pengikatan awal dan pengerasan beton. Dengan
menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka
jumlah semen dapat dikurangi sebanding dengan
jumlah air yang dikurangi. Bahan ini berbentuk cair
sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk
beton, maka berat admixture ini harus ditambahkan
sebagai berat air total pada beton.

5. Tipe E : Water Reducing and Accelerating


Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk
mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan
pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses
pengikatan awal dan pengerasan beton. Beton yang
ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan
dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang
cepat serta kadar air yang rendah tetapi tetap
workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan
beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dengan
waktu
pengikatan
yang
lebih
cepat
(beton
mempunyai kekuatan awal yang tinggi).

6. Tipe F
Admixture

Water

Reducing,

High

Range

Jenis
bahan
tambah
yang
berfungsi
untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu, sebanyak 12 % atau lebih. Dengan
menambahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan
untuk mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah
yang cukup tinggi sehingga diharapkan kekuatan
beton yang dihasilkan tinggi dengan jumlah air
sedikit,
tetapi
tingkat
kemudahan
pekerjaan
(workability beton) juga lebih tinggi.

Tipe G : Water Reducing, High


Range Retarding admixtures

Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk


mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih
sekaligus
menghambat
pengikatan
dan
pengerasan beton. Bahan ini merupakan
gabungan
superplasticizer
dengan
memperlambat waktu ikat beton. Digunakan
apabila pekerjaan sempit karena keterbatasan
sumberdaya dan ruang kerja.

Jenis-jenis bahan tambah mineral


(Additive)

Jenis bahan tambah mineral (additive) yang


ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih
bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan
butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif
dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini
biasanya ditambahkan bahan tambah additive yang
berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan
additive biasanya dilakukan pada beton kurus,
dimana betonnya kekurangan agregat halus dan
beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu
dipompa pada jarak yang jauh. Yang termasuk jenis
additive adalah : puzzollan, fly ash, slag dan silica
fume.

PEMAKAIAN ADMIXTURE DALAM BETON

a.
b.

c.

Admixture atau bahan tambah untuk beton digunakan


dengan tujuan untuk memperbaiki atau menambah sifat
beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi sifatnya hanya
sebagai bahan penolong saja. Jadi admixture sendiri
bukan zat yang dapat membuat beton yang buruk
menjadi baik.
Ada beberapa pertimbangan di dalam pemakaian
admixture pada beton, yaitu (Samekto W, et.al, 2001):
Jangan menggunakan admixture bila tidak tahu
tujuannya.
Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi
beton baik Suatu admixture dapat merubah lebih dari
satu sifat adukan beton
Pengawasan terhadap bahan ini sangat penting,
termasuk pengawasan atas pengaruhnya pada beton.

Anda mungkin juga menyukai