Sejarah Terbentuknya
Batubara
Batubara adalah sejenis bahan
hidrokarbon yang tergolong sebagai
bahan bakar.Terbentuk dari zat-zat
organic yang berasal dari berbagai
pelapukan pepohonan dan tumbuhan
yang
telah
membusuk
dan
membentuk lapisan tebal kemudian
tertimbun
di
bawah
endapan
endapan lain.
Klasifikasi Batubara
Klasifikasi batu bara Berdasarkan :
Analisis Proksimat
Analisis Ultimat
Analisis Nilai Kalor
Analisis Berat Jenis
Analisis Abu
Klasifikasi Berdasarkan
Rangking
(Gambut)
Lignit
Subsbituminus
Bituminus
Antrasit
Semakin Tua
Lignit
Lignit; rangking terendah,
kandungan air dan zat terbang
tinggi, mempunyai nilai kalor rendah,
berwarna kecoklatan dan lunak, serta
masih terlihat sifat kayunya, mudah
terbakar danditemukan dekat bagian
permukaan bumi.
Subsbituminus
Subsbituminus ;
rangking
menengah,
mempunyai
kecenderungan
merapuh
bila
diekspos ke udara dan pembakaran
spontan berwarna hitam kecoklatan
atau hitam, sifat kayu tidak ada
Bituminus
Bituminus; nilai kalor tinggi,
temperature nyala tinggi, warna
hitam mengkilat, banyak digunakan
di pembangkit listrik.
Antrasit
Antrasit; kandungan zat terbang
rendah, paling keras, kandungan
karbon tetap (fixed carbon) hampir
seluruhnya, hitam mengkilat nilai
kalor tinggi.
Analisis Proksimat
digunakan untuk penentuan presen
abu, zat terbang (volatile
metter),
karbon tetap (fixed carbon) , dan
kandungan air dalam bahan bakar
padat menurut metode tertentu.
Kegunaan analisis ini adalah untuk
mengevaluasi
sifat
reaktivitas
penyalaan
serta
pembakaran
batubara,
basis
data
dalam
perancangan boiler, dan klasifikasi
Analisis Ultimat
digunakan untuk penentuan kadar
unsur karbon , hydrogen, nitrogen
dan sulfur yang dilakukan secara
langsung
dan
unsure
oksigen.
Kegunaannya
adalah
untuk
perhitungan udara minimum dalam
pembakaran,
perhitungan
udara
berlebih dan konsentrasi gas buang.
Analisis Abu
berperan
dalam
pembakaran
batubara, penentuan karakteristik
slagging
dan
fouling,
yaitu
karakteristik
batubara
untuk
membentuk deposit abu dan kerak
pada pipa-pipa dinding boiler.
Wa
Wg
Wa
A
= Wdg + 8 ( H - O/8 ) - Cf - S - N
= berat gas
= kebutuhan udara secara nyata
= fraksi abu bahan bakar sesuai analisa ultimat
Btu/lb
Efisiensi Boiler
b = HHV - total panas hilang x 100 %
HHV
b = efisiensi boiler
Untuk menjelaskan jenis panas yang hilang maka terlebih dahulu dijelaskan
beberapa symbol yang akan diterapkan dalam berbagai rumus kehilangan
panas :
hw = enthalpy pada tf
Incomplate Combustion Loss (ICL)
Panas yang hilang karena pembakaran yang tidak sempurna
Cf = C - UF
Cf = C - (Wr - A)
atau
hs - hw = 1066 + 0,5 tg - tf
jika tg > 575 F
hs - hw = 1089 + 0,46 tg - tf
jika tg < 575
3. MCAL = Wa w C
p,w
(tg - ta)
w = humidity ratio
4.ICL = Wdg x
28 CO
x 4380
44CO2 + 28 CO = 28 N2 + 32O2
6.RUL = (3 - 5) % HHV
Metode Langsungdalam
menentukan Eff.Boiler
Metode ini juga disebut metode input- output sebab
kenyataannya metode ini hanya memerlukan
keluaran(output) steam dan panas masuk (input) bahan
bakar untuk eveluasi efisiensi menggunakan rumus berikut:
dimana:
Q = jumlah steam yang dihasilkan per jam
(kg/Jam)
q = jumlah bahan bakar yang digunakan per
jam (kg/jam)
GCV = jenis bahan bakar dan nilai panas kotor
bahan bakar (kkal/kg bahan bakar)
hg
= entalpi steam jenuh (kkal/kg steam)
hf
= entalpi air umpan (kkal/kg air)
Keuntungan
Keuntungan metode langsung
Pekerja pabrik lebih cepat mengevaluasi
efisiensi boiler
Memerlukan sedikit parameter untuk
menghitung
Memerlukan sedikit instrument untuk
pemantauan
Mudah membandingkan ratio penguapan
dengan dat benchmark
Tahap Proses
1.Batubara dalam ukuran butiran dengan diameter masih
agak besar dimasukkan kedalam bunker.
2.Butiran tersebut dialirkan ke alat pulverizer dengan
yang diatur oleh feeder
3.Batubara yang sudah dalam bentuk bubuk dikirim ke
burner
4.Pada waktu buriran batubara dialirkan dari bunker ke
pulverizer secara bersamaan udara panas dialirkan dari
Primary Air Fan sebagai pengering dan sekaligus
sebagai pendorong powder menuju ke burners
5.Satu unit alat pulverizer dihubungkan dengan beberapa
buah burner
Tempering air