Anda di halaman 1dari 47

BAMBANG SUSIGIT

Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubar


Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Latar Belakang
Sumber Daya Alam - merupakan Potensi yang dapat memberikan
manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan
Pasal 33, ayat 3, UUD45 - Merupakan amanat dan acuan dalam
memanfaatkan Sumber Daya Alam untuk kesejahteraan rakyat
Pengelolaan Sumber Daya Alam merupakan pekerjaan yang sangat
kompleks - sejak dari inventarisasi hingga ke pengusahaannya
Dalam pengusahaannya perlu kebijakan yang dapat menjamin
kelestarian lingkungan dan keseimbangan konservasi SDA
Pembinaan dan Pengawasan perlu dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dan dilakukan oleh orang yang kompeten

Manfaat dan Nilai

Industri Pertambangan
Nasional
Masih menarik dan prospektif,
sumberdaya masih menjanjikan
Tidak menarik dari segi kemudahan
investasi dan kepastian hukum
Sinkronisasi pengaturan dan wewenang
masih belum selaras sentralisasi,
desentralisasi, lintas sektoral
Tututan global & universal LH, CSR,
CD, SD

Pelaksanaan Kegiatan
Sub Sektor Mineral dan Barubara
1. Penciptaan kepastian hukum dalam pengusahaan
mineral dan batubara
2. Peningkatan promosi investasi pengusahaan mineral
dan batubara
3. Peningkatan pembinaan dan pengawasan
pengusahaan mineral dan batubara
4. Pemenuhan kebutuhan mineral dalam negeri
5. Pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri
6. Peningkatan peran nasional dalam kegiatan
pertambangan mineral dan batubara
7. Perlindungan Lingkungan, Konservasi dan Nilai
Tambah

KEBIJAKAN KEMINERALAN DAN BATUBARA

JAMINAN
KOMODITAS
MINERAL
DAN
BATUBARA

MENINGKATNY
A VALUE
ADDED

MEMENUHI
DIMENSI
LINGKUNGAN
DAN KONSERVASI

PEMANFAATA
N BAHAN
MINERAL
DAN
BATUBARA

KONDISI SAAT INI


1. Sumber daya mineral dan batubara
dan panas bumi Indonesia masih
cukup besar.
a. Sumber daya batubara 104,7 miliar ton (MT) dan cadangan sebesar 20.9
MT ;
b. Sumberdaya nikel 1,8 MT, bauksit sebesar 726 juta ton, besi primer
sebesar 382 juta ton, dll.
2. Pertambangan telah berperan besar dalam pembangunan nasional, tahun
2010 penerimaan negara dari minerbapabum sekitar 56 triliun. Investasi
untuk tahun 2010 mencapai sebesar US$ 2,2 miliar.
3. Saat ini terdapat 12 KK (mineral), 47 PKP2B (batubara) yang sudah dalam
tahap produksi, disamping KP dan SIPD di daerah yang jumlahnya lebih
dari 10235 buah.
4. Terbitnya UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
memberikan arah baru terhadap kebijakan pertambangan mineral dan
batubara ke-depan, termasuk: pengaturan DMO, produksi minerba, nilai
tambah produk pertambangan, good mining practice, Pembinaan dan
Pengawasan dll.

Pasal 2 huruf a dan d:


Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan: manfaat,
keadilan,
dan keseimbangan; berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pasal 6 ayat (1) huruf k:
Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara, antara lain: penetapan kebijakan produksi, pemasaran, pemanfaatan,
dan konservasi
Pasal 39 ayat (2) huruf s, Pasal 79 huruf s:
IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan memuat sekurang-kurangnya
konservasi mineral atau batubara
Pasal 96 huruf d:
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan
IUPK wajib melaksanakan upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara
Pasal 141 ayat (1) huruf e:
Pengawasan penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan, antara lain,
berupa konservasi sumber daya mineral dan batubara

Pasal 22 ayat (1) huruf b:


Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP sebagaimana harus memenuhi
kriteria kaidah konservasi
Pasal 29 ayat (2) huruf d:
Menteri menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP menjadi
WPN harus memenuhi kriteria untuk keperluan konservasi komoditas
tambang
Pasal 32 ayat (1) huruf b:
Untuk menetapkan WIUPK dalam suatu WUPK harus memenuhi kriteria
kaidah konservasi

Pasal 89 ayat (2) huruf b: Pengendalian produksi mineral dan batubara pada
IUP/IUPK Operasi Produksi dilakukan untuk melakukan konservasi sumber
daya mineral dan batubara;

Pasal 16 huruf e:
Pengawasan atas pelaksanaan usaha pertambangan
dilakukan
terhadap konservasi sumber daya mineral dan
batubara;
Pasal 25 ayat (1): Pengawasan konservasi sumber daya mineral dan
batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf e paling
sedikit meliputi:
a) recovery penambangan dan pengolahan;
b) pengelolaan dan/ atau pemanfaatan cadangan marginal;
c) pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas
rendah dan mineral kadar rendah;
d) pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan;
e) pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan
batubara yang tidak tertambang; dan
f) pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan

Pasal 3 ayat (2):


Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
memenuhi prinsip:
a.perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan;
b. keselamatan dan kesehatan kerja; dan
c. konservasi mineral dan batubara.
Penambangan
Penambanganyang
yangoptimum
optimum
Penggunaan
Penggunaanmetode
metodedan
dan
teknologi
teknologi
pengolahan
pengolahandan
danpemurnian
pemurnian
yang
yangefektif
efektifdan
dan
efisien
efisien
Pengelolaan
Pengelolaandan/atau
dan/atau
pemanfaatan
pemanfaatancadangan
cadangan
marginal, mineral kadar

Contents copyright 2001 - 2010 Mineral Resources Education Program of BC

PENGAWASAN
MENTERI, GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA MELAKUKAN PENGAWASAN ATAS
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN KEPADA PEMEGANG IUP,
IPR, DAN IUPK
1.

Objek Pengawasan oleh Inspektur Tambang :


a.

Teknis pertambangan;

b. Konservasi sumber daya mineral dan batubara;


c.
d.
e.
f.

2.

Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;


Keselamatan operasi pertambangan;
Pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang;
Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan
.

Objek Pengawasan oleh Pejabat yang Ditunjuk:

Pemasaran;

Keuangan;

Pengelolaan data mineral dan batubara;

Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;

Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;

Kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang


menyangkut kepentingan umum;

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR atau IUPK;

Jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan;

Pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa serta

KONSERVASI SUMBERDAYA MINERAL DAN


BATUBARA
(PP 55 Tahun 2010, Pasal 25)
Recovery penambangan dan pengolahan;
Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan
marginal;
Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara
kualitas rendah dan mineral kadar rendah;
Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan;
Pendataan sumber daya serta cadangan mineral
dan batubara yang tidak tertambang; dan
Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan
dan pemurnian.

PENGERTIAN KONSERVASI
Pengertian Umum Konservasi : Pelestarian,
penghematan, pengawetan dan optimalisasi .
Konservasi berasal dari kata conservation yang memiliki
pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita
punya, namun secara bijaksana (Theodore Roosevelt,
1902).
Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam
untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang
besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan
ekologi :
Konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba
mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang,
Konservasi dari segi ekologi berarti mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan
datang.
adalah upaya pengelolaan dan pemanfaatan mineral dan
batubara secara bijaksana dan bertanggungjawab untuk
dapat digunakan secara optimal pada saat ini dan masa
yang akan datang.

PENGERTIAN - PENGERTIAN
(UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara : Pasal 1)

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh


tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.
Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan
pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi
regional dan indikasi adanya mineralisasi.
Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi,
sebaran, kualitas dan sumberdaya terukur dari bahan
galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial
dan lingkungan hidup.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

PENGERTIAN PENGERTIAN .
Sumberdaya: endapan bahan galian yang telah dieksplorasi sehingga dapatLanjutan
diketahui dimensi

dan kualitasnya dengan derajat keyakinan tertentu sesuai dengan standar yang berlaku.
Cadangan: sumberdaya dengan derajat keyakinan tertinggi, yang setelah dievaluasi secara
teknis, ekonomis dan lingkungan dinyatakan layak untuk ditambang secara menguntungkan.
Cut off grade (CoG) atau batas kadar terambil: kadar rata-rata terendah suatu bagian terkecil
dari blok cadangan bahan galian yang apabila ditambang masih bernilai ekonomis.
Stripping ratio (SR) atau nisbah pengupasan: perbandingan antara tonase cadangan bahan
galian dengan volume material lain (sumberdaya atau waste) yang harus digali dan dipindahkan
untuk dapat menambang cadangan tersebut.
Bahan galian kadar marjinal: bahan galian yang mempunyai kadar di sekitar CoG, sehingga
dapat merupakan cadangan atau sumberdaya, tergantung pada kondisi teknologi, nilai dan
harga.
Bahan galian kadar rendah: sumberdaya bahan galian yang telah diketahui dimensi dan
kualitasnya dengan keyakinan geologi tertentu, namun kualitas tersebut masih dibawah CoG.
Bahan galian lain: bahan galian yang berada di lokasi penambangan namun tidak termasuk
yang diusahakan.
Mineral ikutan: mineral selain mineral utama yang diusahakan menurut genesanya terjadi
secara bersama-sama dengan mineral utama.
Sisa cadangan: cadangan bahan galian yang tertinggal pada saat penambangan diakhiri.
Recovery penambangan: perbandingan antara jumlah produksi tambang dengan jumlah
cadangan layak tambang yang tersedia dinyatakan dalam persen.
Recovery pengolahan: perbandingan antara kuantitas dan kualitas produksi
pengolahan/pemurnian (out-put) dengan kuantitas dan kualitas produksi tambang yang masuk
dalam proses pengolahan/pemurnian.
Produk sampingan (by product): produksi pertambangan selain produksi utama pertambangan
yang merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan dari produksi utama pertambangan.
Sisa hasil pengolahan/Tailing: bagian buangan pengolahan yang secara ekonomis dinilai tidak
mengandung mineral berharga lagi.

IUP Eksplorasi

PU

EKSPLORASI

IUP Operasi Produksi (OP) *)

FS dan
AMDAL

Kontruksi

Penambangan

pengolahan/
pemurnian

Pengngkutan/
Penjualan

pengolahan/
pemurnian

Pengangkutan/
Penjualan

Kegiatan
Usaha

Pengangkutan/
Penjualan

*) Penambangan atau Pengolahan/Pemurnian dapat


dilakukan terpisah
**) Apabila Pengolahan/Pemurnian terpisah, harus
kerjasama dengan pemegang IUP OP Penambangan

**)

Prinsif
Konservasi
1. Pendataan sumberdaya dan
cadangan mineral dan
batubara sesuai ketentuan
yang berlaku
2. Penambangan yang
optimum dan sesuai GMP
3. Penggunaan metode dan
teknologi pengolahan dan
pemurnian yang efektif dan
efisien
4. Pengelolaan dan/atau
pemanfaatan cadangan
marginal, mineral kadar
rendah, dan mineral ikutan
serta batubara kualitas
rendah
5. Pendataan sumberdaya dan

Perencanaan, Pelaksanaan,
dan Pembinaan serta
Pengawasan.

Pengaturan Secara Teknis


TATA LAKSANA KONSERVASI MINERAL DAN BATUBARA
1.Pengelolaan Wilayah Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
2.Pelaksanaan Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
a. Pendataan Sumber daya Mineral dan Batubara
b. Klasifikasi Sumber daya dan Cadangan
c. Cadangan Marginal
3. Pelaksanaan Operasi Produksi Pertambangan Mineral dan
Batubara
a. Recovery Penambangan Mineral dan Batubara
b. Recovery Pengolahan Mineral dan Batubara
c. Pengelolaan dan Pemanfaatan Mineral Kadar Rendah
d. Pengelolaan dan Pemanfaatan Batubara Kualitas Rendah
e. Pengelolaan dan Pemanfaatan Mineral Ikutan dan/atau Mineral
Lainnya Serta Produk Samping Hasil Proses
f. Pengelolaan Sisa Hasil Pengolahan dan Pemurnian

4. Pelaksanaan Pascatambang
a. Pemulihan Lahan
b. Pengelolaan Cadangan yang Tidak Tertambang

Pengaturan Secara Administrasi


EVALUASI LAPORAN
KRITERIA KEBERHASILAN
a.Pendataan sumber daya dan cadangan mineral dan batubara yang tidak
ekonomis;
b.Pendataan sumber daya dan cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang;
c.Pengelolaan cadangan marginal;
d.Pemanfaatan cadangan marginal;
e.Pengelolaan batubara kualitas rendah dan mineral kadar rendah;
f.Pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral kadar rendah;
g.Pengelolaan mineral ikutan;
h.Pemanfaatan mineral ikutan;
i.Recovery penambangan minimal 85%;
j.Recovery pengolahan dan/atau pemurnian minimal 95%;
k.Pendataan kadar atau kualitas serta jumlah sisa hasil pengolahan dan
pemurnian; dan
l.Pengelolaan kadar atau kualitas serta jumlah sisa hasil pengolahan dan
pemurnian;
m.Upaya sterilisasi cadangan mineral dan batubara.

PENGATURAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pembinaan
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan konservasi mineral dan
batubara yang dilakukan oleh Pemegang IUP dan IUPK.
(1)Pembinaan terhadap pelaksanaan konservasi sumber daya mineral dan
batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
c. pendidikan dan pelatihan; dan
d. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan.
(2)Gubernur wajib menyampaikan laporan pembinaan pelaksanaan
konservasi sumber daya mineral dan batubara sesuai dengan
kewenangannya kepada Menteri.
(3)Bupati/walikota wajib menyampaikan laporan pembinaan pelaksanaan
konservasi sumber daya mineral dan batubara sesuai kewenangannya
kepada gubernur.

Pengawasan
Menteri, gubernur, dan bupati/walikota melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan konservasi mineral dan batubara oleh Pemegang IUP dan IUPK,
meliputi:
a. Pengawasan Administratif; dan
b. Pengawasan Teknis.
Pengawasan Administratif meliputi:
a. evaluasi terhadap pelaksanaan hasil eksplorasi
b. evaluasi terhadap rencana konservasi minerba pada kegiatan operasi
produksi.
c. evaluasi terhadap pelaksanaan konservasi minerba pada kegiatan operasi
produksi
d. evaluasi terhadap rencana pascatambang
e. evaluasi terhadap pelaksanaan dan pendataan konservasi mineral dan
batubara pada pascatambang
Pengawasan Teknis yang dilakukan:
a. verifikasi data,
b. pelaksanaan penambangan
c. pelaksanaan pengangkutan
d. pelaksanaan penimbunan
e. pelaksanaan pengolahan
f. pelaksanaan pemurnian,
g. pengambilan dan analisis conto

Petugas dan tanggung Jawab


(1) Untuk melaksanakan tugas pengawasan Menteri, gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya menugaskan lnspektur
Tambang.
(2) Pengawasan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
(3) Pelaksanaan penerapan konservasi sumber daya mineral dan batubara
pada Pemegang IUP dan IUPK menjadi tanggung jawab Kepala Teknik
Tambang.
(4) Kepala Teknik Tambang dalam melaksanakan konservasi sumber daya
mineral dan batubara sebagaimana diatur dalam peraturan menteri ini,
dibantu oleh bagian geologi-eksplorasi, operasi penambangan dan
pengolahan-metalurgi.

SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatan pertambangan; dan/atau
c. Pencabutan IUP atau IUPK.

Pelaksanaan konservasi mineral dan


batubara pada
perusahaan pertambangan wajib :
1. Mengacu tahap kegiatan sesuai perizinan
2. penetapan sumberdaya dan cadangan sesuai standar yang
berlaku.
3. semaksimal mungkin sumberdaya ditingkatkan menjadi
cadangan.
4. FS bagi seluruh kegiatan.
5. menambang seluruh cadangan yang tersedia.
6. pengelolaan dan atau pemanfaatan bahan galian kadar/nilai
marjinal, kadar/nilai rendah dan bahan galian lain.
7. Upayakan pemanfaatan mineral ikutan yang ada menjadi
produk sampingan.
8. Menyampaikan data lengkap sisa cadangan dan sumberdaya
pada masa pengakhiran tambang.
9. pengolahan/pemurnian efektif , recovery maksimal.

perusahaan pertambangan .lanjutan

9. pemanfaatan dan atau pengolahan kembali tailing untuk


meningkatkan recovery.
10. penanganan sisa hasil pengolahan/tailing, keperluan
dimasa mendatang.
11. konsultasi untuk rekomendasi Pemerintah/Pemda bila ada
perubahan rencana dalam studi kelayakan,
12. upaya meningkatkan nilai tambah bahan galian.
13. Mengupayakan penggunaan/memanfaatkan produksi
bahan galian secara tepat guna.
14.
Menyediakan
semua
data
yang
diperlukan
Pemerintah/Pemerintah Daerah.
15. Melaporkan penerapan konservasi bahan galian kepada
Pemerintah/Pemda setiap 3 (tiga) bulan.

LINGKUP PENGELOLAAN
Aspek Konservasi

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPRO
D

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Wajib menggunakan metode yang tepat


sehingga informasi geologi, jenis dan
kualitas mineral dan batubara serta
mineral lainnya dapat diketahui.
Wajib menyampaikan laporan seluruh
hasil kegiatan penyelidikan umum
kepada pemerintah.

LINGKUP PENGELOLAAN .
Lanjutan

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPROD

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

metode yang tepat informasi geologi,


jenis, letak, bentuk, ukuran, kualitas,
sumber daya dan cadangan mineral dan
batubara, dan mineral ikutan.
menyampaikan laporan seluruh hasil
kegiatan eksplorasi
Informasi mineral dan batubara lain
diluar IUP.
Penetapan sumber daya dan cadangan
mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI)

Tahapan Eksplorasi dan Klasifikasi


Sumberdaya & Cadangan

SNI 13-6011-1999

32

Konversi Sumberdaya menjadi Cadangan

JORC - 2004

33

Neraca Sumberdaya &


Cadangan
Neraca SumberdayaCadangan dan Laju
Produksi PENTING
UNTUK KONSERVASI

Memaksimalkan
Resources Reserve
merupakan salah satu
aspek Konservasi

Penetapan cadangan mineral dan batubara


harus memperhatikan paling sedikit:
Aspek teknis antara lain: sistem penambangan, sistem
pengolahan dan pemurnian, sistem pengangkutan, SR, CoT, CoG
Aspek keekonomian antara lain: harga, jenis produk akhir dan
produk samping.
Aspek lingkungan dan keselamatan kerja;
Nisbah pengupasan harus diupayakan seoptimal mungkin
dengan penggunaan metode dan teknologi peralatan
penambangan yang lebih efisien.
Kadar batas rata-rata terendah seminimal mungkin dengan
mengupayakan teknologi penambangan / pengolahan yang
efektif dan efisien.
Ketebalan minimum rata-rata lapisan batubara dalam penetapan
cadangan minimal adalah 30 cm.

LINGKUP PENGELOLAAN . Lanju

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPRO
D

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Dapat dilanjutkan ke tahap


penambangan apabila sumber daya dan
cadangan mineral dan batubara yang
telah mendapat persetujuan pemerintah.
Dalam membuat laporan kelayakan
penambangan, pemegang IUP wajib
memperhatikan asas konservasi;
Dalam perencanaan tambang harus
dilakukan kajian agar cadangan yang ada
dapat ditambang secara optimal dan
efisien.

Pentahapan-Resiko-Biaya
Resiko utama : alamiah, ekonomi,
teknologi, dan politik akan selalu muncul
dalam sepanjang eksplorasi-penambangan.
Biaya berbanding lurus dengan
peningkatan tahapan eksplorasi yang
merupakan faktor dari metoda eksplorasi
dan grid density.
Pengambilan keputusan harus didasarkan
pada peningkatan data dan pada setiap
tahapan (stage) eksplorasi.

LINGKUP
PENGELOLAAN
Penetapan recovery penambangan, cut off
grade, stripping ratio dilakukan pada saat
penyusunan studi kelayakan, perencanaan
PENYELIDIKAN
tambang dan rencana kerja tahunan;
UMUM
Perubahan tentang ketetapan recovery
EKSPLORASI
penambangan, cut off grade, stripping
ratio sebelum diterapkan dalam
PENAMBANGAN
penambangan harus mendapat
persetujuan pemerintah;
PENGANGKUTAN Pemerintah dapat menggunakan acuan
keadaan suatu tambang yang sudah jalan
PENGOLAHAN/
untuk menentukan batasan cut off grade,
PEMURNIAN
stripping ratio setelah membandingkan
kondisi berbagai faktor terkait;
PASCATAMBANG

KEGIATAN

IUP
EKSP
L

IUP
OPRPRO
D

LINGKUP PENGELOLAAN . Lanjut

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPRO
D

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Harus menginformasikan mineral dan


batubara berkadar marjinal dan atau
berkadar rendah kepada pemerintah.
Wajib menempatkan di suatu lokasi serta
menanganinya secara baik untuk
kemungkinan diusahakan kembali.
Sumber daya mineral dan batubara berkadar
marjinal dan atau berkadar rendah yang
ditemukan selama proses penambangan
bawah tanah agar ditambang dan disimpan
untuk dimanfaatkan dimasa mendatang;
Wajib mengupayakan untuk memanfaatkan
mineral dan batubara berkadar marjinal dan
atau berkadar rendah sebagai produksi Run
Of Mine.

LINGKUP PENGELOLAAN

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI

Pengangkutan produksi mineral


dan batubara harus diupayakan
agar faktor kehilangan mineral
dan batubara sekecil mungkin

PENAMBANGAN
Dual Truck Mobile Sizers ( DTMS )

IUP
OPRPRO
D

PENGANGKUTAN

PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Posisi Dual Truck Mobile Sizers ( DTMS )

D
T
M
S

LINGKUP PENGELOLAAN

KEGIATAN
IUP
EKS
PL

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPRO
D

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Pengolahan mineral dan batubara


harus diupayakan secara efisien.
Produk samping dan sisa pengolahan
yang belum bernilai ekonomi agar
disimpan untuk dapat dimanfaatkan
dimasa mendatang

LINGKUP PENGELOLAAN . Lanju

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPROD

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Penanganan sisa hasil pengolahan/tailing


Tailling harus serendah mungkin
mengandung mineral yang berharga;
melakukan analisis secara teratur kadar
memisahkan tailing yg masih ekonomis
dari tailing lainnya dan menempatkannya
di lokasi tertentu
mengolah kembali tailing yang masih
mempunyai nilai ekonomis.

LINGKUP PENGELOLAAN . Lan

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPRO
D

PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Peningkatan Nilai Tambah Bahan Galia n


Berupaya untuk melakukan pengolahan
mineral dan batubara seoptimal mungkin di
dalam negeri;
Menyerap teknologi dan menfaatkan lembaga
Litbang dalam negeri serta melakukan inovasi
berorientasi pasar;
Meningkatkan kualitas produksi sehingga dapat
memenuhi standar nasional atau standar
international;
Melakukan kajian bersama stakeholder untuk
mendapatkan manfaat dari produk sampingan;
Mengutamakan pemakaian produk dalam
negeri dalam melakukan kegiatan
operationalnya;
Meningkatkan penyampaian informasi kepada
pihak konsumen tambang dalam negeri
tentang produk yang dihasilkannya dalam
rangka mereduksi pemakaian produk import.

LINGKUP PENGELOLAAN

KEGIATAN
IUP
EKSP
L

PENYELIDIKAN
UMUM
EKSPLORASI
PENAMBANGAN

IUP
OPRPROD

PENGANGKUTAN

Sterilisasi cadangan dengan penerapan


minimal 1 bor dalam
membuat laporan Rencana Penutupan
Tambang
Melaporkan semua data eksplorasi, dan
data eksploitasi.
Melakukan dokumentasi dan pengamanan
mineral dan batubara yang telah
tertambang tetapi belum terpasarkan,

PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

Data
Pembora
n

Lapisan
Batubara &
Sebaran Mutu

Topo
grafi

LINGKUP PENGELOLAAN . Lanju

KEGIATAN
IUP

PENYELIDIKAN
UMUM

EKSP
L

EKSPLORASI
PENAMBANGAN
PENGANGKUTAN

IUP
OPRPRO
D

PENGOLAHAN/
PEMURNIAN
PASCATAMBANG

1. TANTANGAN:
a. Bahan tambang yang telah digali bersifat nonrenewable,
semakin lama terus
berkurang.
b. Banyak kegiatan pertambangan mineral dan batubatra fokus
pada cadangan kadar (kualitas) tinggi yang cepat terjual,
cadangan kadar rendah belum diusahakan secara intensif.
2. STRATEGI:
a. Penyelesaian penambangan pada suatu blok cadangan sesuai
dengan
jumlah dan kualitas cadangan yang ada
(penambangan tuntas).
b. Tidak menunda penambangan karena heterogenitas kualitas
cadangan
c. Manajemen stockpile (dalam rangka blending) untuk
memenuhi spesifikasi pasar
dan umpan pabrik pengolahan

PENUTUP
1.
2.

Indonesia relatif kaya akan potensi sumber daya mineral dan batubara yang bernilai
ekonomis tinggi. Karakteristik pertambangan Indonesia sangat khas karena kondisi
geografis dan kekayaan alamnya.
Pengelolaan sumber daya mineral dan batubara:

3.
4.
5.

harus secara bijak dan hati-hati dan bertanggungjawab, sebab tidak dapat terbarukan
harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia melalui penerapan
konsep pembangunan berkelanjutan yang didasari atas aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup.

Konservasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan Eksplorasi dan
operasi produksi pertambangan mineral dan batubara
.
Pemanfatan potensi mineral dan batubara yang optimum harus memperhatikan aspek
lain sehingga tidak mematikan atau meminimalkan potensi sumberdaya alam yang lain.
Peran komoditi mineral dan batubara masih sangat besar untuk ekonomi nasional, oleh
karena itu keberlanjutan industri pertambangan harus dijaga.

Anda mungkin juga menyukai