Anda di halaman 1dari 37

Atonia Uteri,

retensio plasenta,
plasenta restan,
inversio plasenta

Nama Kelompok
1. Siti N.S.
2. Nurul A.
3. Gitta W.
4. Elva P.S
5. Nur Isnaini
6. Shillatud D.
7. Heny P.
8. Erly B.
9. Rosy I.
10. Farrah D.
11. Ratna N.

Atonia Uteri

adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi


rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir. Atonia uteri terjadi jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil
(pemijatan) fundus uteri. Perdarahan
postpartum dengan penyebab atonia
uteri tidak terlalu banyak dijumpai
karena penerimaan gerakan keluarga
berencana makin meningkat.

Perbedaan uterus kontraksi baik


dengan atonia uteri

Penyebab Atonia Uteri


Atonia uteri dapat terjadi pada ibu melahirkan
dengan faktor predisposisi (penunjang )
seperti :
Overdistention
uterus
(regangan
rahim
berlebihan) seperti: gemeli
makrosomia,
polihidramnion,
atau
anak
terlalu besar.
Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
Multipara dengan jarak kelahiran pendek.
Kelelahan karena persalinan lama
atau
persalinan kasep.
Ibu dengan keadaan umum yang kurang baik,
anemis, malnutrisi, atau menderita penyakit

Gejala Klinis Atonia Uteri


Uterus tidak
berkontraksi dan
lunak
Perdarahan segera
setelah plasenta dan
janin lahir

Pencegahan atonia uteri.


Atonia

uteri dapat dicegah dengan


managemen aktif kala III, yaitu pemberian
oksitosin segera setelah bayi lahir
(Oksitosin injeksi 10 Unit IM, atau 5 Unit
IM dan 5 Unit Intravenous atau 10-20 Unit
perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam).

Pemberian oksitosin rutin pada kala III

dapat mengurangi resiko perdarahan


pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat
mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi.

Penanganan Atonia Uteri


Penanganan Umum
1.
2.
3.

4.

5.

Mintalah bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang


ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu
termasuk tanda vital.
Jika dicurigai adanya syok segera lakukan
tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat,
ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena
status ibu tersebut dapat memburuk dengan
cepat.
Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok,
oksigenasi dan pemberian cairan cepat.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch
perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.

6. Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan

bekuan darah.
Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi
kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit
oksitosin IM.
7. Lakukan kateterisasi dan pantau cairan
keluar-masuk.
8. Periksa
kelengkapan
plasenta
Periksa
kemungkinan robekan serviks, vagina, dan
perineum.
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan
uji beku darah.
10. Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah
perdarahan
berhenti),
periksa
kadar
hemoglobin :

Penanganan Khusus
1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia

uteri.
2. Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus

akan menstimulasi kontraksi uterus yang


menghentikan perdarahan.
3. Lakukan pemasangan infus dan pemberian

uterotonika.
4. Uterotonika

dapat diberikan bersamaan


atau berurutan.

5. Jika

uterus berkontraksi. Evaluasi, jika


uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum /

5. Jika uterus tidak berkontraksi maka


bersihkanlah bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina dan
ostium serviks. Pastikan bahwa
kandung kemih telah kosong.
6. Antisipasi dini akan kebutuhan darah

dan
lakukan
kebutuhan.Jika
berlangsung:
7. Bila

transfusi
perdarahan

sesuai
terus

semua tindakan diatas telah


dilakukan
tetapi
masih
terjadi
perdarahan lakukan tindakan spesifik.

PENATALAKSANAAN ATONIA
UTERI

Teknik KBI ( Kompresi


Bimanual Uteri )

Teknik KBE ( Kompresi Bimanual


Eksterna )

TEKNIK AORTA ABNOMINALIS

Retensio
Plasenta

Retensio Plasenta adalah

plasenta yang belum lepas


setelah bayi lahir, melebihi
waktu setengah jam
(Manuaba, 2001: 432).
Jenis-jenis retensio
plasenta
1. Plasenta adhesiva,
2. Plasenta akreta,

Gambar jenis-jenis retensio


plasenta

Gambaran dan dugaan


penyebab retensio plasenta
Gejala

Separasi/akreta parsial Plasenta

Plasenta akreta

inkarserata
Konsistensi uterus

Kenyal

Keras

cukup

Tinggi fundus

Sepusat

2 jari bawah pusat

sepusat

Bentuk uterus

Discoid

agak globuler

discoid

Perdarahan

sedang-banyak

Sedang

sedikit/tidak ada

Tali pusat

terjulur sebagian

Terjulur

tidak terjulur

Ostium uteri

Terbuka

Konstriksi

terbuka

Separasi plasenta

lepas sebagian

sudah lepas

melekat seluruhnya

Syok

sering

Jarang

jarang sekali, kecuali akibat


inversio

oleh

pada tali pusat

tarikan

kuat

Penyebab dan akibat retensio


plasenta
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta

sudah lepas tetapi belum


dilahirkan (disebabkan karena tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III)
3. Kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta
4. Plasenta melekat erat pada dinding
uterus
oleh
sebab
vili
korealis
menembus
desidua
sampai
myometrium-sampai
dibawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta)

Plasenta Manual
Placenta

manual merupakan tindakan


operasi
kebidanan
untuk melahirkan
retensio placenta
Kejadian retensio placenta berkaitan
dengan :
Grandemulti
para dengan implantasi
dalam bentuk placenta adhesiva, placenta
akreta, dan placenta perkreta.
Mengganggu kontraksi otot rahim dan
menimbulkan perdarahan.
Persiapan Placenta Manual
Handscoon steril panjang.

Tekhnik
Sebaiknya dengan narkosa, untuk mengurangi

sakit dan menghindari syok.


Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,
tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai
mencapai tepi placenta dengan menelusuri tali
pusat.
Tepi placenta dilepaskan dengan ulnar tangan
kanan sedangkan tangan kiri menahan fundus
uteri sehingga tidak terdorong ke atas.
Setelah seluruh placenta dapat dilepaskan, maka
tangan dikeluarkan bersama dengan placenta.
Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa placenta
atau membrannya.
Kontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan
uterotonika.

Gambar Plasenta manual

Komplikasi Tindakan Placenta Manual

Tindakan
placenta
manual
dapat
menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Terjadi perforasi uterus
Terjadi infeksi akibat terdapat sisa
placenta atau membran dan bakteria
terdorong ke dalam rongga rahim
Terjadi perdarahan karena atonia uteri.

Asuhan Kebidanan Pada Post Placenta Manual


Observasi kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1

jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.


Observasi TD dan nadi setiap 15 menit pada 1 jam
pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
Observasi suhu setiap 1 jam.
Observasi TFU, UC dan kandung kemih setiap 15
menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap
30 menit.
Observasi perdarahan.
Pemenuhan kebutuhan cairan dengan RL.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Pemberian terapi obat terutama antibiotik dan
analgesik.

Plasenta Restan

Plasenta

Restan
adalah
tertinggalnya sebagian plasenta
(satu atau lebih lobus) dan uterus
tidak dapat berkontraksi secara
efektif
dan
keadaan
ini
menimbulkan perdarahan. Plasenta
Restan merupakan adanya sisa
plasenta yang sudah lepas tapi
belum
keluar
dan
ini
akan
menyebabkan perdarahan banyak.

Penanganan
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan

melakukan
pemeriksaan
kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa
plasenta dengan perdaraahan post partum,
sebagian pasien akan kembali lagi ke tempat
persalinan dengan keluhan perdarahan.
Lakukan periksa dalam, keluarkan selaput
ketuban dan bekuan darah yang masih
tertinggal.
Lakukan masase uterus.
Jika ada perdarahan hebat, ikuti langkahlangkah pelaksanaan atonia uteri.

Insersio Uterus

Inversio uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus

(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum


yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit. (Sarwono, 2009)
Faktor penyebab inversio uteri
Adanya atonia uteri, serviks yang masih membuka lebar, dana
daya kekuatan yang menarik fundus ke bawah atau ada tekanan
pada fundus uteri dari atas atau tekanan intra abdominal yang
keras dan tiba-tiba. (Sarwono, 2009)
Klasifikasi inversio uteri
Berdasarkan perkembangan inversio uteri
Berdasarkan tingkat keparahannya
Berdasarkan waktu terjadinya

Tanda dan gejala inversio uteri

Inversio uteri ditanda gejalai dengan :


Syok karena kesakitan yang mengalami
inverse yang diperkirakan terjadi akibat
peregangan saraf peritoneum dan ovarium
yang tertarik ketika fundus
Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau
teraba lekukan pada fundus
Perdarahan yang bisa terjadi bisa tidak,
bergantung pada derajat perlekatan
plasenta ke dinding uterus

Diagnosis dan gejala klinis inversio uteri


Dijumpai pada kala III atau post partum dengan
gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi
bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah
ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi
dan nekrosis.
Pada pemeriksaan dalam :
Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis
uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba
kosong dan dalam vagina teraba
tumor lunak.
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik)

Penatalaksanaan
Kaji ulang indikasi
Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infus
Berikan petidin dan diazepam IV dalam semprit
berbeda secara perlahan-lahan, atau anestesia umum
jika diperlukan
Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup
dengan kain basah (dengan NaCl hangat) menjelang
operasi
Pencegahan inversi sebelum tindakan
Koreksi Manual
Pasang sarung tangan DTT
Pegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan
masukkan kembali melalui servix. Gunakan tangan
lain untuk membantu menahan uterus dari dinding
abdomen. Jika plasenta masih belum terlepas, lakukan
plasenta manual setelah tindakan koreksi.

Koreksi Hidrostatik
Pasien dalam posisi trendelernburg-dengan
kepala lebih rendah sekitar 50cm dari perineum
Siapkan sistem bilas yang sudah di disinfeksi,
berupa selang 2m berujung penyemprot
berlubang lebar. Selang disambung dengan
tabung berisi air hangat 3-5 liter (atau NaCl atau
infus lain) dan pasang setinggi 2m.
Identifikasi fornik posterior
Pasang ujung selang douche pada fornik
posterior sampai menutup labia sekitar selang
dengan tangan
Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus
ke posisi semula

Perawatan pasca tindakan


Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus
oksitosin 20 unit dalam 500ml IV (NaCl
0,9%/RL) 10 tetes/menit
Berikan antibiotic profilaksis dosis tunggal
Lakukan perawatan pasca bedah jika diberikan
koreksi kombinasi abdominal vagina
Jika ada tanda infkesi berikan antibiotika
kombinasi sampai pasien bebas demam selama
48 jam
Berikan analgesik jika perlu

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai