untuk terhadap kerusakan jaringan. Perbedaan dengan modalitas somatosensorik lain:
nyeri disertai perilaku termotivasi
(penarikan atau pertahanan) dan reaksi emosi (misalnya menangis atau ketakutan perspektif subjektif terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu.
3 KATEGORI RESEPTOR NYERI:
1. nosiseptor mekanis: berespon
terhadap kerusakan mekanis (tusukan, benturan, cubitan) 2. nosiseptor thermal: bersepon terhadap suhu terutama panas 3. nosiseptor polimodal: berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dihasilkan oleh jaringan yang cedera.
Semua nosiseptor merupakan ujung
saraf telanjang, tanpa struktur khusus Nosiseptor juga tidak beradaptasi terhadap rangsangan berulang. Semua nosiseptor dapat disensitisasi oleh adanya prostaglandin.
Prostaglandin merupakan kelompok
turunan asam lemak khusus yang bekerja secara lokal setelah dikeluarkan Obat-obatan mirip-aspirin menghambat pembentukan prostaglandin, sedikit banyak berperan menentukan sifat analgesik obat
nyeri tajam (mudah dilokalisir) nyeri
tumpul (sulit dilokalisir, bersifat menetap lebih lama) Nyeri lambat diaktifkan oleh bradikinin
BRADIKININ
zat yang dalam keadaan normal inaktif
diaktifkan oleh enzim-enzim yang dikeluarkan ke dalam cairan ekstrasel oleh jaringan yang rusak Bradikinin dan snyawa-senyawa terkait lainnya juga berperan dalam respon peradangan terhadap cedera jaringan
Zat-zat kimia ini mungkin
menyebabkan nyeri yang tumpul dan tetap terasa walaupun rangsangan mekanis atau termal penyebab kerusakan jaringan telah berhenti.
Serat-serat aferen primer bersinaps
dengan antar-neuron ordo kedua di tanduk dorsal korda spinalis. Salah satu neurotransmitter yang dikeluarkan dari ujung-ujung aferen nyeri ini adalah substansi P. yang diperkirakan khas untuk serat-serat nyeri.
Jalur nyeri ascendens korteks
somatosensorik, talamus dan formasio retikularis (yang belum dipahami secara jelas) Korteks diduga berperan dalam penentuan lokasi nyeri Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan
Hubungan-hubungan antara talamus
dan formasio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik menghasilkan respon emosi dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri.
SISTEM ANALGESIK PADA OTAK
sistem saraf pusat juga memiliki sistem
neuron yang menekan nyeri. Diduga terdapat mekanisme saraf yang menekan transmisi jalur nyeri sewaktu memasuki korda spinalis substansia grisea periakuaduktus dan formasio retikularis di dalam batang otak diperkirakan merupakan bagian dari jalur analgesik yang dihambat oleh inhibisi pengeluaran substansi P dari ujung serat nyeri aferen.
Sistem analgesik built-in ini bergantung
pada keberadaan reseptor opiat. Penelitian: penemuan opiat endogen (zat mirip morfin) yaitu endorfin, enkefalin dan dinorfin, yang penting dalam sistem analgesi tubuh, fungsinya sbg neurotransmitter
zat-zat ini dikeluarkan dari jalur
analgesik descendens dan berikatan dengan reseptor opiat di ujung prasinaps aferen pengikatan ini menekan pengeluaran substansi P, sehingga terjadi penghambatan terhadap penyaluran sinyal nyeri