Anda di halaman 1dari 57

PENYUSUNAN

PERATURAN DI DESA

Tujuan :
a. Mengetahui Peraturan di Desa
menurut UU No.6/2014 dan aturan
pelaksananya;
b. Mengetahui Tata cara penyusunan
peraturan di Desa dengan benar;
c. Memahami Kerangka peraturan di
Desa dengan benar.

Waktu: 3 Jampel @ 45 menit = 135


menit

Curah Pendapat
APA YANG SAUDARA KETAHUI
TENTANG JENIS PERATURAN
DI DESA...?

JENIS PERATURAN DI DESA


1. Peraturan Desa;
2. Peraturan Bersama Kepala
Desa;
3. Peraturan Kepala Desa.

1.PERATURAN DESA:

Peraturan Desa adalah peraturan


perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Peraturan
Desa
berisi
materi
pelaksanaan kewenangan desa dan
penjabaran lebih lanjut dari Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.

PERATURAN DESA ADL PRODUK HUKUM TIDAK BOLEH


BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN YANG LEBIH TINGGI
DAN TIDAK BOLEH MERUGIKAN KEPENTINGAN UMUM,
YAITU:
A. TERGANGGUNYA KERUKUNAN ANTAR WARGA
MASYARAKAT;
B. TERGANGGUNYA AKSES TERHADAP PELAYANAN PUBLIK;
C. TERGANGGUNYA KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN
UMUM;
D. TERGANGGUNYA KEGIATAN EKONOMI UNTUK
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA; DAN
E. DISKRIMINASI TERHADAP SUKU, AGAMA DAN
KEPERCAYAAN, RAS, ANTARGOLONGAN, SERTA GENDER.

ASAS, TEKNIK, DAN


PROSES PENYUSUNAN
PERATURAN DI DESA

ASAS-ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN
1.

Kejelasan tujuan;

2.

Kelembagaan/organ pembentuk yang tepat;

3.

Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

4.

Dapat dilaksanakan;

5.

Kedayagunaan dan kehasilgunaan;

6.

Kejelasan rumusan; dan

7.

Keterbukaan.

HIRARKI PERATURAN
PERUDANG-UNDANGAN

Jenis Peraturan Perundang-undangan selain diatas


mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala

Desa atau yang setingkat.

Peraturan Perundang-undangan dimaksud diakui


keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.

Materi Muatan Peraturan Desa

PERATURAN
DESA

PERATURAN
BERSAMA
KEPALA DESA

PERATURAN
KEPALA
DESA

MATERI PELAKSANAAN
KEWENANGAN DESA DAN
PENJABARAN LEBIH LANJUT DARI
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN YANG LEBIH TINGGI

BERISI MATERI KERJASAMA


DESA.

PELAKSANAAN PERATURAN DESA


DAN PERATURAN DI DESA
PERUNDANG-UNDANGAN YANG
LEBIH TINGGI

LANDASAN PENYUSUNAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN

Landasan filosofis adalah landasan yang berkaitan


dengan dasar atau ideologi negara., yaitu nilai-nilai
(cita hukum) yang terkandung dalam Pancasila.

Landasan
sosiologis
adalah
landasan
yang
berkaitan dengan kondisi atau kenyataan empiris
yang hidup dalam masyarakat, sehingga mempuyai
daya mengikat secara efektif (living law)

Landasan Yuridis adalah yang menjadi dasar


kewenangan
pembuatan peraturan perundangundangan.

PRINSIP PEMBUATAN
PERATURAN DESA
PERATURAN DESA DILARANG BERTENTANGAN
DENGAN KEPENTINGAN UMUM DAN/ATAU KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG LEBIH TINGGI.
( PASAL 69 AYAT 2 UU NO. 6 TAHUN 2014)

BAGAN PROSES PENYUSUNAN PERDES


n/
a
uk tasi
s
Ma nsul
ko

Camat /
Masy/LKD
memberik
an
masukan

Pembahasan dan
penyepakatan
Ranc (Kades
&BPD)

Penyusunan
Rancangan Perdes
(prakarsa Kades/BPD)

3 hr
Surat Bupati hasil
klarifikasi (setuju/tdk
setuju)
30 hr
Tim klarifikasi
Bupati
mengklarifikasi

hr

Kades menerima
kesepakatan ranc.
15 hr
Kades menetapkan
ranc

20 hr,ada evaluasi Bupati


Rancangan Hari?
20 hr perbaikan/APBDes7
perdes
1.APBDesa
2.Pungutan
3. Penataan
Ruang
4. organisasi
pemdes

sosialisa
si
Kades menyampaikan
kpd Bupati utk
diKlarifikasi
7 hr

Sekdes
memproses
pengundang
an

Pengundan
gan dlm
Lemb.ds

KERANGKA
PERATURAN DI DESA
A.
B.
C.
D.
E.

Penamaan/Judul
Pembukaan
Batang Tubuh
Penutup
Lampiran (jika
diperlukan)

1. PENAMAAN/JUDUL
SETIAP PERATURAN DI DESA DAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA MEMPUNYAI
PENAMAAN/ JUDUL.
2. PENAMAAN/JUDUL PERATURAN DI DESA
DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA MEMUAT
KETERANGAN MENGENAI JENIS, NOMOR,
TAHUN DAN TENTANG NAMA PERATURAN
ATAU KEPUTUSAN YANG DIATUR.
3. NAMA PERATURAN DI DESA DAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA DIBUAT SINGKAT
DAN MENCERMINKAN ISI / SUBSTANSI
4. JUDUL DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL
TANPA DIAKHIRI TANDA BACA.
1.

NAMA PERATURAN DI DESA DAN KEPUTUSAN KADES DIBUAT SECARA SINGKAT


DENGAN HANYA MENGGUNAKAN 1 (SATU) KATA ATAU FRASA TETAPI SECARA
ESENSIAL MAKNANYA TELAH DAN MENCERMINKAN ISI PERATURAN DI
DESA/KEPUTUSAN.
Contoh nama menggunakan 1 (satu)kata:
- PUNGUTAN
- GOTONG ROYONG.
Contoh nama menggunakan frasa:
- KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM;
- KETERTIBAN UMUM
- PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Judul

Peraturan Perundang-undangan tidak boleh ditambah dengan singkatan


atau akronim.

Contoh yang tidak tepat dengan menambah singkatan:


PERATURAN DESA KUSUMANEGARA
NOMOR 9 TAHUN 2014
TENTANG
LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (LPMD)

Contoh :

Jenis Peraturan Desa :


PERATURAN DESA KUSUMANEGARA
NOMOR 13 TAHUN 2007
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Jenis Peraturan Bersama Kepala Desa

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA KUSUMANEGARA


DAN KEPALA DESA KALASAN
NOMOR 1 TAHUN 2015
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
KERJASAMA JASA TRANSPORTASI

Jenis Peraturan Kepala Desa :


PERATURAN KEPALA DESA KUSUMANEGARA
NOMOR 22 TAHUN 2007
TENTANG
IURAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DESA

Jenis Keputusan Kepala Desa :


KEPUTUSAN KEPALA DESA KUSUMANEGARA
NOMOR 63 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA HARI ULANG TAHUN
RI KE 62

2. PEMBUKAAN
1. PEMBUKAAN PADA PERATURAN DESA TERDIRI
DARI :
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
b. Jabatan Pembentuk Peraturan Desa
c. Konsiderans
d. Dasar Hukum
e. Frasa Dengan kesepakatan bersama
Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa
f. Memutuskan dan
g. Menetapkan

2. PEMBUKAAN PADA PERATURAN KEPALA DESA

a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang


Maha
Esa
b. Jabatan pembentuk Paraturan Kepala
Desa
c. Konsiderans
d. Dasar Hukum
e. Memutuskan; dan
f. Menetapkan

3. PEMBUKAAN PADA KEPUTUSAN


KEPALA DESA
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha
Esa
b. Jabatan pembentuk Paraturan Kepala
Desa
c. Konsiderans
d. Dasar Hukum dan
e. Memutuskan;

PENJELASAN
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa ,
Kata frasa yang berbunyi Dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa merupakan kata yang harus
ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya
seluruhnya huruf kapital dan tidak diakhiri tanda
baca.
Contoh :
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jabatan
b. Jabatan pembentuk Peraturan di Desa dan
Keputusan Kepala Desa ditulis dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma ( , )
Contoh :
KEPALA DESA KUSUMANEGARA,

KONSIDERANS

Konsiderans harus diawali dengan kata


Menimbang yang memuat uraian singkat
mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar
belakang yang memuat unsur filosofis,sosiologis, dan
yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan
pembentukannya yang penulisannya ditempatkan
secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis.

Unsur filosofis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk


mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia
- Unsur sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
- Unsur yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.

Jika konsideran terdiri dari lebih satu


pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok
pikiran dirumuskan pengertian, dan
tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan
huruf abjad a,b,c dst. Dan diakhiri
dengan tanda titik koma ( ; )
Contoh :
Menimbang:
a. .................................................. ;
b. ...................................................;
c. ....................................................;

DASAR HUKUM
1.

DASAR HUKUM DIAWALI DENGAN KATA MENGINGAT YANG


HARUS MEMUAT DASAR HUKUM BAGI PEMBUATAN PRODUK
HUKUM. PADA BAGIAN INI PERLU DIMUAT PULA JIKA ADA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MEMERINTAHKAN
DIBENTUKNYA PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA ATAU YANG MEMPUNYAI KAITAN
LANGSUNG DENGAN MATERI YANG AKAN DIATUR.

2. DASAR HUKUM DAPAT DIBAGI 2 YAITU :


a. LANDASAN YURIDIS KEWENANGAN MEMBUAT PERATURAN
DESA,
PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA;
DAN
b. LANDASAN YURIDIS MATERI YANG DIATUR
3. YANG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI DASAR HUKUM HANYALAH JENIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TINGKAT DERAJATNYA
SAMA ATAU LEBIH TINGGI DARI PRODUK HUKUM YANG DIBUAT.
Catatan : Keputusan yg bersifat penetapan, Instruksi dan

Surat Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum


karena tidak termasuk
jenis perundang-undangan

4. DASAR HUKUM DIRUMUSKAN SECARA KRONOLOGIS


SESUAI DENGAN HIERARKI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN, ATAU APABILA PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERSEBUT SAMA TINGKATANNYA, MAKA
DITULISKAN BERDASARKAN URUTAN TAHUN
PEMBENTUKANNYA, ATAU APABILA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERSEBUT DIBENTUK PADA
TAHUN YANG SAMA, MAKA DITULISKAN BERDASARKAN
NOMOR URUTAN PEMBUATAN PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN TERSEBUT.
5. PENULISAN DASAR HUKUM HARUS LENGKAP DENGAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, TAMBAHAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA , LEMBARAN
DAERAH, DAN TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH ( KALAU
ADA )
6. JIKA DASAR HUKUM LEBIH DARI SATU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN, MAKA TIAP DASAR HUKUM
DIAWALI DENGAN ANGKA ARAB 1,2,3 DST DAN DIAKHIRI
DENGAN TANDA BACA TITIK KOMA ( ; )

contoh : Penulisan Dasar Hukum


Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan perundang-undangan
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun ....
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor ... );
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa
( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun .... Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor ... );
3. Peraturan Pemerintah Nomor .......
Tentang........;
4. Peraturan menteri ....... Nomor ........
tentang ......;
5. Peraturan Daerah Nomor...Tahun ......
Tentang ......;
6. Peraturan Bupati.......;

FRASA
Frasa Dengan kesepakatan bersama Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa
,merupakan kalimat yang harus dicantumkan
dalam Peraturan Desa, dan cara penulisannya
dilakukan sebagai berikut :
1. Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;
2. Kata Dengan Kesepakatan Bersama
hanya huruf awal kata ditulis huruf kapital.
3. Kata antara dan , semuanya ditulis
dengan huruf kecil;
4. Kata Badan Permusyawaratan Desa dan
Kepala Desa
seluruhnya ditulis huruf kapital.

Contoh :
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
KUSUMANEGARA
dan
KEPALA DESA KUSUMANEGARA

Diktum terdiri atas:


a. kata Memutuskan;
b. kata Menetapkan; dan
c. jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan.
Memutuskan
Kata Memutuskan ditulis dengan huruf kapital, dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ). Peletakan
kata MEMUTUSKAN adalah di tengah margin.
Menetapkan
Kata Menetapkan dicantumkan sesudah kata
MEMUTUSKAN yang disejajarkan ke bawah dengan
kata Menimbang dan Mengingat . Huruf awal kata
Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : )
Jenis dan nama yang tercantum dalam judul Peraturan
desa dicantumkan lagi setelah kata Menetapkan tanpa
frasa desa, serta ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.

Contoh :
Jenis Peraturan Desa :
Menetapkan

MEMUTUSKAN :
: PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DESA.

Contoh :
Jenis Peraturan bersama kepala Desa :
Menetapkan

MEMUTUSKAN:
: PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA KUSUMA
DAN KEPALA DESA KALASAN TENTANG
KERJASAMA TRANSPORTASI DARAT

Contoh :
Jenis Keputusan Kepala Desa :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG TATA
CARA PUNGUTAN IURAN PASAR DESA.

Contoh pembukaan Peraturan di Desa dan Keputusan Kepala Desa


secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Peraturan Desa
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA KUSUMANEGARA,
Menimbang : a. ;
b
.;
c
..dst;
Mengingat : 1.
.;
2.
.;
3.
..dst;
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KUSUMANEGARA
dan
KEPALA DESA KUSUMANEGARA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN
FUNGSI ORGANISASI PEMERINTAH DESA CIMANGGIS.
a.

b. Peraturan bersama kepala desa ditulis seperti huruf a tapi


dengan kesepakatan bersama dihilangkan.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ... (Nama Desa) DAN
KEPALA DESA ..., (Nama Desa)

Menimbang : a. bahwa.................................................................;
b. bahwa.................................................................;
c. dan seterusnya....................................................;
Mengingat
: 1. ...........................................................................;

2. ...........................................................................;
3. dan
seterusnya...................................................;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama
Desa) DAN
KEPALA DESA... (Nama Desa) TENTANG ... (Judul
Peraturan Bersama).

Peraturan Kepala Desa Ditulis seperti huruf a tapi


dengan kesepakatan bersama dihilangkan.
c.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG TATA CARA PUNGUTAN UANG SAMPAH.

c. Keputusan Kepala desa


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CIMANGGIS,

Menimbang : a. ..;
b ;
c .dst;
Mengingat : 1. ..;
2. ;
3. ..dst;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG PENETAPAN PETUGAS SISKAMLING.
KESATU
: ........
KEDUA
: ....
KETIGA
: ...............
KEEMPAT
: Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BATANG TUBUH
Batang tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam
pasal-pasal atau diktum-diktum.
Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah jenis
Peraturan di Desa yang bersifat mengatur ( Regelling ),
sedangkan jenis Keputusan Kepala Desa yang bersifat
menetapkan ( Beschikking ), batang tubuhnya dirumuskan
dalam diktum-diktum.
1. Batang Tubuh Peraturan Desa
- Ketentuan Umum
- Materi yang diatur
- Ketentuan Peralihan ( kalau ada )
- Ketentuan Penutup
2. Pengelompokkan materi dalam bab, bagian dan paragraf
tidak
merupakan keharusan.

JIKA PERATURAN DESA MEMPUNYAI


MATERI YG RUANG LINGKUPNYA SANGAT
LUAS DAN MEMPUNYAI BANYAK PASAL,
MAKA PASAL - PASAL TERSEBUT DAPAT
DIKELOMPOKKAN MENJADI BAB, BAGIAN
DAN PARAGRAF.
PENGGOLONGAN ITU DILAKUKAN ATAS
DASAR KESAMAAN KATEGORI ATAU
KESATUAN LINGKUP ISI MATERI

URUTAN PENGGUNAAN
KELOMPOK
1.

2.

3.

Bab dengan pasal-pasal tanpa


bagian dan paragraf
Bab dengan bagian dan pasal-pasal
tanpa paragraf
Bab dengan bagian dan paragraf
yang terdiri dari pasal-pasal

Tata cara penulisan Bab,


Bagian,Paragraf , Pasal dan
ayat.
1. Bab diberi nomor urut dengan
angka romawi dan judul bab
semua ditulis dengan huruf
kapital.

Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM

2. Bagian diberi nomor urut dengan bilangan


bilangan yang ditulis dengan huruf kapital
dan diberi judul. Huruf awal kata Bagian,
urutan bilangan, dan judul Bagian ditulis
dengan huruf kapital.
Contoh :
BAB II
( JUDUL BAB.)
Bagian Kedua
.

3. Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan


diberi judul.
Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal
judul paragraf ditulis dengan huruf kapital,
sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama
ditulis dengan huruf kecil
Contoh :
Bagian Kedua
(.. Judul Bagian ..)
Paragraf Kesatu
( Judul Paragraf )

Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan


dirumuskan dalam satu kalimat.
Contoh :
Pasal 5
Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak
pasal yang singkat dan jelas dari pada dalam beberapa pasal
yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali materi yg
menjadi
pasal itu merupakan satu rangkaian yg tidak dapat dipisahkan.
Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi
nomor
urut dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa
diakhiri
tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan
dalam
satu kalimat
Contoh :
Pasal 22
(1) .
(2) .
(3) .

2. BATANG TUBUH PERATURAN KEPALA DESA


a.

Peraturan Kepala Desa bersifat mengatur ( Regeling )


1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa memuat semua
materi
yang akan dirumuskan dalam pasal - pasal
2) Pengelompokkan dalm batang tubuh terdiri atas :
a) Ketentuan Umum
b) Materi yang diatur
c) Ketentuan peralihan ( kalau ada )
d) Ketentuan penutup
3) Materi Peraturan Kepala Desa adalah merupakan
pelaksanaan
dari Peraturan Desa
4) Tata cara perumusan dan penulisan materi muatan
batang tubuh
sama dengan tata cara perumusan dan penulisan materi
muatan
Peraturan Desa

b. Keputusan Kepala Desa adalah bersifat penetapan

( Beschiking )
1) Batang Tubuh Keputusan Kepala Desa memuat
semua materi muatan keputusan yang dirumuskan
dalam diktum-diktum
2) Pengelompokkan dalam batang tubuh terdiri atas
materi yang akan diatur
Contoh :
KESATU : .
KEDUA : .

CATATAN
DALAM KEPUTUSAN KEPALA DESA
TIDAK PERLU ADA KETENTUAN UMUM
DAN KETENTUAN PERALIHAN
KARENA KEPUTUSAN KEPALA DESA
YANG BERSIFAT PENETAPAN ADALAH
KONKRIT, INDIVIDUAL DAN FINAL

d.PENUTUP
1.

2.

3.

4.

Rumusan tempat dan tanggal penetapan,


diletakkan di sebelah kanan
Nama jabatan ditulis dgn huruf kapital, dan
pada akhir kata diberi tanda baca koma
Nama lengkap pejabat yg menandatangani
ditulis dgn huruf kapital tanpa gelar dan
pangkat
Penetapan Peraturan di Desa dan
Keputusan Kepala Desa hanya
ditandatangani oleh Kepala Desa

PERUBAHAN PERATURAN DESA


HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DLM PERUBAHAN
PERATURAN DI DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA :

1. Dilakukan oleh Pejabat yg berwenang


membentuknya
2. Peraturan Desa diubah dengan Peraturan
Desa, Peraturan bersama kepala desa diubah
dg peraturan bersama kepala desa ,Peraturan
Kepala Desa diubah dengan Peraturan Kepala
Desa sedangkan Keputusan Kepala Desa
diubah dengan
Keputusan Kepala Desa.

3. Perubahan terhadap Peraturan itu tanpa


mengubah sistematika
4. Dalam penamaan disebut Peraturan
Desa, Peraturan bersama kepala desa,
Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
Kepala Desa mana yang diubah dan
perubahan yg diadakan itu
adalah perubahan yang keberapa kali.

Contoh : Perubahan yg
pertama
PERATURAN DESA KUSUMANEGARA
NOMOR 33 TAHUN 2007
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA
KUSUMANEGARA NOMOR 22 TAHUN
2007 TENTANG ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Contoh : Perubahan
selanjutnya

PERATURAN DESA KUSUMANEGARA NOMOR 44


TAHUN 2007
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DESA
KUSUMANEGARA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

5. Dalam konsideran Menimbang


Peraturan di
Desa, danKeputusan Kepala Desa yang
diubah,
harus dikemukakan alasan-alasan atau
pertimbangan-pertimbangan mengapa
peraturan yang lama perlu diadakan
perubahan

6. Apabila Peraturan di Desa, dan


Keputusan Kepala Desa sudah
mengalami perubahan
berulang kali sebaiknya dicabut dan
diganti dengan peraturan yang baru
7. Apabila perubahan sifatnya besarbesaran sebaiknya dibentuk
peraturan
yang baru

8. Cara merumuskan perubahan dalam pasal-pasal :


a. Apabila suatu bab, bagian, pasal atau ayat
akan dihapuskan, angka atu nomor pasal itu
hendaknya tetap dituliskan tetapi tanpa isi,
hanya dituliskan dihapus
Contoh :
Bab V Pasal .. Dihapus
b. Apabila diantara psl 14 dan 15 akan disipkan
pasal baru maka pada pasal baru itu dituliskan
dengan Pasal 14A

PENCABUTAN PERATURAN DESA, PERATURAN


KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA
1.

PENCABUTAN DENGAN PERGANTIAN :


a. Ketentuan pencabutan dapat
diletakkan di depan ( dalam pembukaan
)
Contoh :
Menimbang : a. .
b.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA.

b. Ketentuan pencabutan dapat diletakkan di belakang


( dalam ktentuan Penutup )
Contoh :
KETENTUAN PENUTUP
Psl 88
Dengan berlakunya Peraturan Desa ini maka
Peraturan Desa Kusumanegara Nomor 22 tahun 2007
tentang APBDesa dinyatakan tidak berlaku
Dalam bentuk seperti ini berarti walaupun
peraturannya dicabut tetapi tdk sampai pada akarakarnya ( peraturan pelaksananya masih tetap
berlaku )

e. PENJELASAN

1.

2.

3.
4.

HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DLM PENJELASAN :


PEMBUAT PERDES, PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPDES
AGAR TDK MENYANDARKAN ARGUMENTASI PD PENJELASAN.
TETAPI HRS BERUSAHA MEMBUAT PERDES/KEPDES YG DPT
MENIADAKAN KERAGU-RAGUAN.
NASKAH PENJELASAN DISUSUN BERSAMA-SAMA DENGAN
RANCANGAN PERATURAN DESA ATAU KEPUTUSAN KEPALA
DESA YG BERSANGKUTAN
PENJELASAN BERFUNGSI SEBAGAI TAFSIRAN ATAU MATERI
TERTENTU
PENJELASAN TDK DAPT DIPAKAI SBG DASAR HUKUM UTK
MEMBUAT PERATURAN

5. Judul penjelasan sama dengan judul Peraturan Desa


6. Penjelasan terdiri dari penjelasan umum dan
penjelasan pasal yg pembagiannya dirinci dgn angka
romawi
7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis
mengenai latar belakang pemikiran, maksud dan
tujuan penyusunan
8. Tidak boleh bertentangan dgn materi Peraturan
Desa/Keputusan Kepal Desa
9. Tidak boleh pengulangan semata dari Peraturan
Desa
10. Beberapa psl yang tdk memerlukan penjelasan
disatukan
dan diberi keterangan cukup jelas

Mohan maaf atas


segala Kesalahan

57

Anda mungkin juga menyukai