Anda di halaman 1dari 18

HASIL TATA LAKSANA

GLAUKOMA PRIMER SUDUT


TERTUTUP PADA RAS
MELAYU INDONESIA
LALU ARDYAN NUGRAHA SAPUTRA

PENDAHULAN
Glaukoma adalah kelainan mata yang ditandai
dengan adanya neuropati optik glaukomatosa dan
hilangnya lapang pandang yang khas, dengan
peningkatan TIO sebagai salah satu faktor risiko
utama
Glaukoma
katarak.

kebutaan

kedua

terbanyak

setelah

Pada 2010 diperkirakan terdapat 60,7 juta penderita


glaukoma, 44,7 juta di antaranya adalah glaukoma
primer sudut terbuka dan 15,7 juta GPSTp.

Faktor risiko GPSTp :


usia di atas 40 tahun,
jenis kelamin wanita,
adanya riwayat keluarga menderita glaukoma sudut tertutup,
dan ras Asia.
Faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap berkembangnya
GPSTp adalah sudut GPSTp merupakan bentuk glaukoma
yang banyak terdapat di Asia Timur

Diagnosis GPSTp ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan oftalmologis, dan lapang pandang.
Prinsip tatalaksana GPSTp adalah membuka sudut bilik mata
depan, menurunkan TIO, mempertahankan struktur serta
fungsi diskus optikus dan sel ganglion retina.

METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang.
Penelitian ini dilakukan di Divisi Glaukoma Poliklinik Ilmu
Kesehatan Mata FKUI-RSCM.
Sampel yang digunakan adalah semua pasien baru GPSTp yang
tercatat pada buku registrasi sejak bulan Januari 2006 hingga
Agustus 2009.

KRITERIA
INKLUSI

Semua penderita baru


GPSTp asimptomatik
Usia lebih dari 40 tahun
Belum pernah menjalani
tindakan laser maupun
operasi glaukoma

EKSKLUSI

Pasien dengan GPSTp


simptomatik,
glaukoma sekunder,
glaukoma absolut

HASIL
Terdapat 117 mata pasien GPSTp yang masuk kedalam kriteria
inklusi dengan 80 mata sudah mengalami glaukoma stadium
lanjut sedangkan 37 mata masih pada stadium awal dan
sedang. Sebanyak 62 mata menderita katarak dengan rata-rata
tajam penglihatan 0,74 0,6. Karakteristik subjek penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.

DISKUSI
Tata laksana glaukoma primer sudut tertutup
sampai saat ini masih dalam perdebatan.
Disepakati bahwa blokade pupil masih
merupakan faktor penyebab utama (50%) dan
disusul oleh faktor lensa serta plateau iris.
Tindakan LIP adalah tindakan definitif
pertama untuk semua kasus GPSTp kronik,
khususnya pada pasien GPSTp stadium awal
dengan TIO berkisar di bawah 30 mmHg.

Rosman et al membandingkan hasil LIP pada mata


ras Kaukasia dan Asia,didapatkan pada ras Kaukasia
terdapat 41,3% mata yang membutuhkan pemberian
obat anti glaukoma dan 31% mata lainnya
membutuhkan tindakan bedah trabekulektomi,
sementara 27,5% mata cukup dilakukan laser
trabekuloplasti.
Pada penelitian ini, dari 23 mata yang dilakukan LIP
terdapat 19 mata yang tetap membutuhkan
pemberian obat antiglaukoma dan 3 mata yang
memerlukan tindakan lanjutan.

Trabekulektomi adalah pilihan bedah yang


utama pada pasien dengan stadium sedang
dan lanjut saat TIO yang diinginkan menjadi
berkisar 10 mmHg.
Penelitian
ini
memperlihatkan
bahwa
walaupun telah dilakukan trabekulektomi
pada 32 mata GPSTp, 22 mata tetap
memerlukan obat tetes mata antiglaukoma
dan empat mata lainnya TIO tidak terkontrol
dengan obat.

Hal tersebut ditunjukkan pada penelitian ini.


Sebanyak 24 mata pasien GPSTp stadium awal
dengan TIO di bawah 30 mmHg dilakukan
fakoemulsifikasi dan penurunan TIO yang terjadi
cukup
memuaskan.
Tindakan
bedah
fakoemulsifikasi lebih mudah, cepat dan jarang
disertai komplikasi. Akan tetapi, pada pasien
yang mempunyai TIO di atas 30 mmHg
prosedur ini sering menimbulkan komplikasi
seperti glaukoma maligna, prolap vitreous

Tham et al melakukan penelitian uji klinis dengan


randomisasi pada pasien GPSTp yang TIO nya
terkontrol. Penelitian tersebut memperlihatkan
bahwa bedah kombinasi lebih memperlihatkan
keberhasilan
bila
dibandingkan
dengan
fakoemulsifikasi saja. Penelitian serupa juga
dilakukan pada pasien GPSTp yang tidak terkontrol
dengan obat antiglaukoma dan memperlihatkan
hasil yang tidak berbeda. Secara keseluruhan,
penanganan pasien dengan GPSTp adalah poses
yang sulit dan sangat individual.

KELEMAHAN PENELITIAN
Sifatnya
yang
retrospektif
sehingga
banyak data penting seperti luas SAP,
defek lapang penglihatan, banyaknya
obat yang diberikan tidak dapat diperoleh.
Padahal, faktor-faktor tersebut sangat
menentukan prognosis hasil tatalaksana.
Penelitian prospektif disertai uji klinik
dengan waktu pengamatan yang lebih
panjang sangat diperlukan untuk melihat
pola penyakit GPSTp.

KESIMPULAN
Pemilihan tindakan bedah pada GPSTp bermacam- macam dan
tergantung dengan kondisi saat pasien datang, seperti tingkat
keparahan glaukoma, TIO awal, respons terhadap banyaknya
obat anti glaukoma yang diberikan, ada tidaknya katarak, serta
kondisi finansial dan tempat tinggal.

TERIMAKASIH....

Anda mungkin juga menyukai