Anda di halaman 1dari 11

BELLS PALSY

Pembimbing:

dr. Rosalyne

Vivi Silfia
11.2014.066

Definisi
Bells palsy didefinisikan sebagai suatu keadaan paresis atau kelumpuhan wajah

yang akut dan idiopatik akibat disfungsi nervus facialis perifer yang tidak
diketahui penyebabnya.

Etiologi
Diperkirakan,

penyebab Bells palsy adalah edema dan iskemia akibat


penekanan (kompresi) pada nervus fasialis. (penyebab edema & iskemia masih
diperdebatkan, Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau
mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu
penyebab terjadinya. Akan tetapi, sekarang mulai diyakini HSV sebagai
penyebab Bells palsy, karena telah diidentifikasi HSV pada ganglion geniculata
pada beberapa penelitian otopsi.

Serabut somato motorik->m.

platisma, stilohioid, digastrikus bagian


posterior dan stapedius telinga tengah
Serabut visero-motorik, (parasimpatis)
-> glandula dan mukosa faring,
palatum, rongga hidung, sinus
paranasal, dan glandula submaksilaris
serta sublingual dan lakrimalis.
Serabut visero-sensorik, menghantar
impuls 2/3 depan pengecap.
Serabut somato-sensorik, rasa nyeri
dan mungkin juga rasa suhu dan rasa
raba dari sebagian daerah kulit dan
mukosa yang dipersarafi oleh nervus
trigeminus.

Kelumpuhan perifer N.VII


memberikan ciri yang
khas hingga dapat
didiagnosa dengan
inspeksi. Otot muka
pada sisi yang sakit tak
dapat bergerak. Lipatanlipatan di dahi akan
menghilang dan Nampak
seluruh muka sisi yang
sakit akan mencong
tertarik ke arah sisi yang
sehat

A. Kerusakan setinggi foramen stilomastoideus.


kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah lesi.
Sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat
Makanan berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi
Tidak dapat menutup mata dan mengerutkan kening pada sisi
lesi
B. Lesi setinggi diantara khorda tympani dengan n.stapedeus
(didalam kanalis fasialis).
Gejala: seperti (a) ditambah dengan gangguan pengecapan
2/3 depan lidah dan gangguan salivasi.
C. Lesi setinggi diantara n.stapedeus dengan ganglion
genikulatum.
Gejala: seperti (b) ditambah dengan gangguan pendengaran
yaitu hiperakusis.
D. Lesi setinggi ganglion genikulatum.
Gejala: seperti (c) ditambah dengan gangguan sekresi kelenjar
hidung dan gangguan kelenjar air mata (lakrimasi).
E. Lesi di porus akustikus internus.
Gangguan: seperti (d) ditambah dengan gangguan pada N.VIII.

Gejala Klinis

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan gerakan dan ekspresi wajah
Mengangkat alis dan mengerutkan dahi
Memejamkan mata
Menyeringai (menunjukkan gigi geligi), mencucurkan bibir,

menggembungkan pipi.

Fungsi pengecapan 2/3 anterior lidah

Pemeriksaan Penunjang
CT-scan atau radiografi polos : untuk menyingkirkan fraktur,

metastasis tulang, dan keterlibatan sistem saraf pusat (SSP).


MRI: bila dicurigai neoplasma di tulang temporal, otak, glandula
parotis, atau untuk mengevaluasi sklerosis multipel. Selain itu, MRI
dapat memvisualisasi perjalanan dan penyengatan kontras saraf
fasialis.

Tatalaksana
Antiviral
Acyclovir 400 mg selama 10 hari

Kortikosteroid
Prednison 1 mg/ kgBB/ hari selama 3 hari, diturunkan perlahan 7 hari

kemudian (Deltasone, Orasone, Sterapred)


Perawatan Mata
air mata pengganti, lubrikan, dan pelindung mata (kaca mata).

Konsultasi (ahli neurologi, mata, otolaryngologi, bedah)

Komplikasi
Regenerasi motorik
Paresis semua atau beberapa otot-otot wajah (inkompetensi oral,

epifora (produksi air mata berlebihan), dan obstruksi nasal)


Regenerasi sensorik yang tidak sempurna
Dysgeusia (gangguan rasa).
Ageusia (hilang rasa).
Dysesthesia (gangguan sensasi atau sensasi yang tidak sesuai

dengan stimulus normal).


Reinervasi aberan dari nervus facialis.

Faktor resiko yang memperburuk prognosis


Bells palsy
Usia di atas 60 tahun.
Paralisis komplit.
Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi

yang lumpuh.
Nyeri pada bagian belakang telinga.
Berkurangnya air mata

Anda mungkin juga menyukai