Kebijakan Penanggulangan Napza
Kebijakan Penanggulangan Napza
POKOK BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Landasan Kebijakan
3. Ruang Lingkup Layanan Kesehatan
4. Prinsip Upaya Penyediaan Layanan
5. Capaian Layanan Rehabilitasi
6. Upaya Peningkatan Cakupan Layanan
7. Upaya Kemenkes dalam Mendukung Gerakan Rehabilitasi
Penyalahguna Napza
8. Rencana Program Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Penyalahgunaan Napza
PENDAHULUAN
A
R
K
O
T
I
K
A
P
S
I
K
O
T
R
O
P
I
K
A
Z
A
T
D
I
K
T
I
F
L
A
I
N
N
Y
A
PENGERTIAN NAPZA
Merupakan zat yang bila masuk
ke dalam tubuh dapat
mempengaruhi :
PIKIRAN
PERASAAN
PERILAKU
NARKOTIKA
Zat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menimbulkan :
Perubahan kesadaran
Hilangnya perasaan
Hilangnya rasa sakit
Menyebabkan ketergantungan
Contoh: heroin, ganja, ekstasi, shabu, LSD (gol I);
morfin, metadon (gol II); kodein, bufrenorfin (gol III)
( Undang-Undang No. 35. thn 2009 )
Penggolongan
Narkotika
Golongan I :
digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,
tidak ditujukan untuk terapi
potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan,
65 Jenis
Contoh: heroin/putauw, kokain, ganja,
ekstasi, shabu-shabu
Heroin, putauw
Kokain
Penggolongan
Narkotika
Golongan II:
Terapi
potensi tinggi menimbulkan
ketergantungan
86 Jenis
Contoh: Methadone, Petidin
CONTOH NARKOTIKA
Golongan II
Penggolongan Narkotika
Golongan III.
Terapi
potensi menimbulkan
ketergantungan
14 Jenis
Contoh: Kodein, Buphrenorfina
CONTOH NARKOTIKA
Golongan III
PSIKOTROPIKA
Zat atau obat, baik alami maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP
yang menyebabkan:
perubahan khas pada mental dan perilaku
Keterangan: sebagian besar jenis zat psikotropika saat ini sudah
digolongkan sebagai narkotika krn tingginya potensi penyalahgunaan.
Yang tersisa adalah:
Fenobarbital, flunitrazepam diazepam, klordiazepoksid, pil BK, pil Koplo,
Mogadon ,dll
CONTOH PSIKOTROPIKA
ZAT ADIKTIF
Zat atau bahan yang berpengaruh
psikoaktif selain Narkotika dan
Psikotropik yang juga dapat
mengakibatkan ketergantungan dan
merusak sel-sel syaraf di otak
Contoh : alkohol, inhalan, tembakau dll
CONTOH Z.A
Alkohol
Keppres No. 3 tahun 1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian
Minuman Beralkohol.
mengandung etanol (etil alkohol),
menekan susunan syaraf pusat.
Merupakan gaya hidup atau
bagian dari budaya.
NARKOBA GOLONGAN
BARU?
NARKOBA GOLONGAN
BARU?
Masalah Penyalahgunaan
Napza
Presiden Republik
Indonesia:
Indonesia Darurat
narkotika
Rakornas Gerakan Nasional Penanganan
Ancaman narkotika dalam rangka mewujudkan
Indonesia Emas 2045
Pendahuluan
PENCEGAHAN
Ggn Penggunaan Napza
Masalah Penyalahgunaan
Narkotika di Indonesia
Prevalensi penyalahgunaan narkotika
2.20% :
Kelompok coba pakai : 1.599.836 (0.86%)
Kelompok teratur pakai : 1.511.035 (0.81%)
Kelompok pecandu narkotika suntik : 68.902
(0.04%)
Kelompok pecandu narkotika non suntik :
918.256 (0.49%)
Tren penggunaan tertinggi ATS (UNODC, 2014)
perubahan alat suntik dengan cara hisap
Narcotics
Morphine
Codeine
Heroin
Alcohol
Uppers:
Cocaine
Methylphenidate (Ritalin)
Amphetamines
Ecstasy
(MDMA, methylenedioxymethamphetamine)
Nicotine
36
Tingkat Sosial
Hukum &
sanksi
Kelg
Teman
sebaya
Individual
Pernyata
an politik
Kepribadian;
Pengetahuan/sikap/keyakinan;
Pengalaman pribadi dlm
penggunaan Napza;
Motif/kebutuhan; Biologi
sekolah
Iklan alkohol
& rokok
Ketersedia
an &
Harga
Organisasi
& Klub2
Polisi
setempat
Gambaran di
film2
Iklan anti
Napza
Tempat
ibadah
Pernyataan
oleh
selebritis
Geng2
Gambaran dlm
artikel2
Riza Sarasvita, Prevention File,
August 2004
DETEKSI DINI
Rumah
Lingkung
an
Sekitar
Fasyank
es
Fasyankes
Di Rumah Sakit, pasien yang berobat biasanya jarang
atas kemauannya sendiri dan bila datang bersama
keluarganya, ternyata terlihat bahwa keluarga sering tidak
mengetahui bahwa pasien sudah menggunakan zat jauh
lebih lama dibandingkan dengan apa yang diketahui oleh
keluarga.
Sebagai contoh: sering ayah atau ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya ketahuan menggunakan Napza sejak
beberapa minggu atau beberapa bulan yang lalu,tetapi
setelah dilakukan assesment ternyata terbukti bahwa
pasien telah beberapa tahun yang lalu menggunakan
Napza.
Pelatihan menggunakan TOOLS Screening ASSIST
(Alkohol, Smoking and Substance Involvement Screening
Test)
Kerangka Konseptual
Program prevensi harus dilandasi oleh
pemahaman tentang:
Faktor-faktor Risiko (Risk Factors)
Faktor-faktor Pelindung (Protective Factors)
Faktor Risiko
Meliputi karakteristik biologis, psikologis
/tingkahlaku, dan sosial/lingkungan:
riwayat penggunaan zat dlm kelg
gangguan kepribadian depresif atau antisosial
tinggal dalam lingkungan dimana penggunaan zat dpt
ditoleransi
Faktor Pelindung
Berfungsi sebagai variabel perantara untuk
tindakan pencegahan, penundaan atau
pengurangan dampak buruk penggunaan zat
Sebagai peredam atas dampak negatif dari risk
factors
Ikatan keluarga yang solid
Kapasitas penguasaan akademik
Kontrol diri baik
Religiusitas
Riza Sarasvita, Prevention File,
August 2004
2. LANDASAN KEBIJAKAN
1. UU No. 5/1997 ttg Psikotropika
2. UU No. 35/2009 ttg Narkotika
3. UU No. 18/2014 ttg Kesehatan Jiwa
4. PP No. 25/2011 ttg Wajib Lapor Pecandu Narkotika
5. SDGs 2015-2030 memperkuat pencegahan dan perawatan
penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan
alkohol yang merugikan
6. RPJMN 2015 2019 salah satu sasarannya adalah
meningkatnya mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa dan
Napza
PERATURAN MENTERI
KESEHATAN TERKAIT
GANGGUNAN PENGGUNAAN
NAPZA
1. Permenkes No.64/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kemenkes
2. Kepmenkes No. 420/Menkes/SK/III/2010
tentang Pedoman layanan terapi dan
rehabilitasi komprehensif pada gangguan
penyalahgunaan napza berbasis rumah sakit
3. Kepmenkes No. 421/Menkes/SK/III/2010
tentang standar pelayanan terapi dan
rehabilitasi gangguan penggunaan Napza
4. Kepmenkes No. 422/Menkes/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza
PERATURAN MENTERI
KESEHATAN TERKAIT
GANGGUNAN PENGGUNAAN
NAPZA
5. Keputusan Menkes No. 350/SK/Menkes/IV/2008 tentang
Penetapan Rumah Sakit Pengampu dan Satelit PTRM
6. Peraturan Menkes No. 57 tahun 2013 tentang Program
Penyelenggaraan Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
7. Kepmenkes No. 501 tahun 2015 tentang penetapan
Institusi Penerima Wajib Lapor
8. Peraturan MENKES No. 50 tahun 2015 tentang
Petunjuk Teknis pelaksanaan wajib lapor dan
rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika
Faskes
tingkat
pertama:
Faskes
tingkat
rujukan:
PENANGANAN
Ggn Penggunaan Napza
Penempatan masalah
ketergantungan Narkotika pada
perspektif kesehatan
Meningkatkan pemenuhan hak dan kebutuhan
pecandu NAPZA atas layanan kesehatan
Meningkatkan
efektivitas
penanganan
masalah
NAPZA,
khususnya
dalam
mengurangi dampak buruk dan menekan
angka kematian
Menurunkan beban pengadilan, lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan
Menekan angka kriminalitas yang diakibatkan
oleh penyalahgunaan NAPZA
Wajib Lapor
Amanat UU no 35 tahun 2009 pasal 55
Tujuan
a. memenuhi hak Pecandu Narkotika dalam
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan
melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial;
b. mengikutsertakan orang tua, wali, keluarga, dan
masyarakat dalam meningkatkan tanggung jawab
terhadap Pecandu Narkotika yang ada di bawah
pengawasan dan bimbingannya; dan
c. memberikan bahan informasi bagi Pemerintah
dalam menetapkan kebijakan di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika.
mendapatka
n pelayanan
Terapi yang
komprehensi
f serta
konsisten
Pecandu
Keluarga
Text
Mengikut
sertakan
keluarga dalam
meningkatkan
tanggung
jawab terhadap
pecandu
RSU /RSJ
11/19/16
HERBET S
60
Melakukan
Asesmen Klinis
Menegakkan
diagnosa
Menyusun
rencana terapi
dan rujukan
Melakukan
rehabilitasi
sesuai rencana
rehabilitasi
Melakukan
evaluasi rehab
medis yg
diberikan
5. CAPAIAN LAYANAN
REHABILITASI NAPZA DI
KEMENKES (1)
Salah satu indikator dalam RPJMN 20152019 Persentase fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) sebagai institusi
penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu
Narkotika yang aktif
Kriteria IPWL Aktif:
Fasyankes yang menerima pasien wajib lapor dan
menjalankan rehabilitasi medis napza
Fasyankes yang menjalankan upaya promotif dan
preventif
2016
2017
2018
2019
Target
25%
30%
35%
40%
50%
Capaian
28%
6. UPAYA PENINGKATAN
CAKUPAN LAYANAN TERKAIT
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Menerbitkan Kepmenkes No. 501 tahun 2015 tentang
penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor
Ditetapkannya 434 layanan IPWL sesuai usulan dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kementerian dan Lembaga lainnya yang
menaungi fasyankes tersebut
8. RENCANA PROGRAM
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN MASALAH NAPZA
(1)
Promotif dan Preventif
Menguatkan dan mengembangkan upaya pencegahan di institusi
dan masyarakat melalui :
Advokasi
KIE
peningkatan keterampilan terkait deteksi dini bagi petugas kesehatan,
pengelola program dan kader masyarakat
Mengembangkan skrining penyalahgunaan Napza di FKTP dan KKP
8. RENCANA PROGRAM
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN MASALAH NAPZA
(2)
Terima Kasih