Anda di halaman 1dari 71

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN

GANGGUAN PENGGUNAAN NAPZA


DIREKTORAT P2 MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA

DI RE KTO RAT J E NDE RA L P E N CE G A HA N DA N


P E NG E NDA LI A N P E N YA K I T
K E M E NTE R I A N K E S E H ATA N
1 4 M A RE T 2 0 1 6

POKOK BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Landasan Kebijakan
3. Ruang Lingkup Layanan Kesehatan
4. Prinsip Upaya Penyediaan Layanan
5. Capaian Layanan Rehabilitasi
6. Upaya Peningkatan Cakupan Layanan
7. Upaya Kemenkes dalam Mendukung Gerakan Rehabilitasi
Penyalahguna Napza
8. Rencana Program Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Penyalahgunaan Napza

PENDAHULUAN

A
R
K
O
T
I
K
A

P
S
I
K
O
T
R
O
P
I
K
A

Z
A
T

D
I
K
T
I
F
L
A
I
N
N
Y
A

PENGERTIAN NAPZA
Merupakan zat yang bila masuk
ke dalam tubuh dapat
mempengaruhi :
PIKIRAN
PERASAAN
PERILAKU

NAPZA berdasarkan Undang-Undang


Penggolongan zat berdasarkan UU ada dua:
1. UU Narkotika No. 35/2009
2. UU Psikotropika No. 5/1997
Keterangan:
.UU No. 35/2009 menggantikan UU No.
22/1997, mencakup Narkotika yg selama ini
telah dikenal dan sebagian besar zat-zat
Psikotropika seperti ekstasi dan sabu.
Cakupan ini didasarkan pada tingginya
potensi penyalahgunaan zat tersebut.

NARKOTIKA
Zat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menimbulkan :
Perubahan kesadaran
Hilangnya perasaan
Hilangnya rasa sakit
Menyebabkan ketergantungan
Contoh: heroin, ganja, ekstasi, shabu, LSD (gol I);
morfin, metadon (gol II); kodein, bufrenorfin (gol III)
( Undang-Undang No. 35. thn 2009 )

Penggolongan
Narkotika
Golongan I :
digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan,
tidak ditujukan untuk terapi
potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan,
65 Jenis
Contoh: heroin/putauw, kokain, ganja,
ekstasi, shabu-shabu

Heroin, putauw

Kokain

Ganja, hashis, kanabis

New Comer Narkotika

Penggolongan
Narkotika
Golongan II:
Terapi
potensi tinggi menimbulkan
ketergantungan
86 Jenis
Contoh: Methadone, Petidin

CONTOH NARKOTIKA
Golongan II

Penggolongan Narkotika
Golongan III.
Terapi
potensi menimbulkan
ketergantungan
14 Jenis
Contoh: Kodein, Buphrenorfina

CONTOH NARKOTIKA
Golongan III

PSIKOTROPIKA
Zat atau obat, baik alami maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP
yang menyebabkan:
perubahan khas pada mental dan perilaku
Keterangan: sebagian besar jenis zat psikotropika saat ini sudah
digolongkan sebagai narkotika krn tingginya potensi penyalahgunaan.
Yang tersisa adalah:
Fenobarbital, flunitrazepam diazepam, klordiazepoksid, pil BK, pil Koplo,
Mogadon ,dll

CONTOH PSIKOTROPIKA

ZAT ADIKTIF
Zat atau bahan yang berpengaruh
psikoaktif selain Narkotika dan
Psikotropik yang juga dapat
mengakibatkan ketergantungan dan
merusak sel-sel syaraf di otak
Contoh : alkohol, inhalan, tembakau dll

CONTOH Z.A

Alkohol
Keppres No. 3 tahun 1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian
Minuman Beralkohol.
mengandung etanol (etil alkohol),
menekan susunan syaraf pusat.
Merupakan gaya hidup atau
bagian dari budaya.

3 golongan minuman beralkohol


A : etanol 1-5%, (Bir)
B : etanol 5-20%,
(Jenis-jenis minuman
anggur)
C : etanol 20-45%,
(Wiski, Vodka, TKW,
Manson House,
Johny Walker,
Kamput)

NARKOBA GOLONGAN
BARU?

NARKOBA GOLONGAN
BARU?

Masalah Penyalahgunaan
Napza

Presiden Republik
Indonesia:

Indonesia Darurat
narkotika
Rakornas Gerakan Nasional Penanganan
Ancaman narkotika dalam rangka mewujudkan
Indonesia Emas 2045

Pendahuluan

PENCEGAHAN
Ggn Penggunaan Napza

Pola Penyalahgunaan Napza

Masalah Penyalahgunaan
Narkotika di Indonesia
Prevalensi penyalahgunaan narkotika
2.20% :
Kelompok coba pakai : 1.599.836 (0.86%)
Kelompok teratur pakai : 1.511.035 (0.81%)
Kelompok pecandu narkotika suntik : 68.902
(0.04%)
Kelompok pecandu narkotika non suntik :
918.256 (0.49%)
Tren penggunaan tertinggi ATS (UNODC, 2014)
perubahan alat suntik dengan cara hisap

EFEK TERHADAP SUSUNAN


SARAF PUSAT ( SSP )

Depresan : efek menenangkan, mudah


tertidur / tidak sadarkan diri
Stimulan: efek merangsang, segar,
bersemangat
Halusinogen: efek daya khayal yang
mengubah
perasaan dan pikiran

Downers: Drugs that slow down the


body's functions by inhibiting nervous
transmission)

Narcotics
Morphine
Codeine
Heroin
Alcohol

Uppers:

Drugs that speed up the body's functions


by stimulating nervous transmission

Cocaine
Methylphenidate (Ritalin)
Amphetamines
Ecstasy
(MDMA, methylenedioxymethamphetamine)
Nicotine

APA YANG DIMAKSUD DENGAN


PENYALAHGUNAAN .??
yaitu ..
penggunaan obat atau zat-zat berbahaya lain di
luar tujuan pengobatan dan penelitian (tanpa
pengawasan dokter, digunakan secara berkala
dan terus menerus, digunakan tanpa mengikuti
aturan kesehatan serta dosis yang benar)

36

MENGAPA ORANG MENGGUNAKAN NAPZA ??


Tradisi : sebagai bagian dari simbolik atau upacara
keagamaan.
Mengobati diri sendiri : untuk menghilangkan rasa
ketakutan, kecemasan, depresi.
Menghilangkan rasa sakit : untuk menghilangkan gejala
fisik dan rasa sakit.
Kenikmatan : untuk efek yang menyenangkan, untuk senda
gurau.
Gaya hidup : agar dapat masuk dalam kelompok.
Melupakan : meringankan kesedihan, kemiskinan dan
keadaan yang kurang enak.

Faktor penyebab penyalahgunaan Napza


(Ray & Ksir, 2004)

Tingkat Sosial
Hukum &
sanksi

Komunitas & Kelg

Kelg

Teman
sebaya

Individual

Pernyata
an politik

Kepribadian;
Pengetahuan/sikap/keyakinan;
Pengalaman pribadi dlm
penggunaan Napza;
Motif/kebutuhan; Biologi

sekolah

Iklan alkohol
& rokok

Ketersedia
an &
Harga

Organisasi
& Klub2
Polisi
setempat
Gambaran di
film2

Iklan anti
Napza

Tempat
ibadah
Pernyataan
oleh
selebritis

Geng2

Gambaran dlm
artikel2
Riza Sarasvita, Prevention File,
August 2004

Fakta terkini ttg Individu


Perokok memiliki prevalensi 7 hingga 10
kali lebih besar untuk menyalahgunakan
Napza
Merokok dlm usia yg sangat muda
meningkatkan risiko masalah perilaku
saat di sekolah menengah
Remaja lebih memperhatikan efek segera
dari penggunaan Napzanya daripada efek
jangka panjang
Riza Sarasvita, Prevention File,
August 2004

Fakta terkini ttg Individu (2)


Perilaku mencari sensasi berkaitan erat
dg perilaku yg berisiko
Penggunaan alkohol & marijuana
seringkali dilakukan oleh remaja yg
memiliki gejala depresi
Remaja yg religius & nilai2 yg
konvensional cenderung tidak terlibat
penyalahgunaan Napza
Riza Sarasvita, Prevention File,
August 2004

DETEKSI DINI

Rumah

Lingkung
an
Sekitar

Fasyank
es

Merupakan bagian yang penting dalam


pencegahan penyalahgunaan Napza

Deteksi Dini di Rumah dan Lingkungan


Terjadinya perubahan perilaku

Prestasi disekolah / ditempat kerja turun secara


mendadak, membolos, tidak menyelesaikan tugas
Pola tidurnya berubah : malam suka begadang & pagi
hari sulit dibangunkan.
Selera makan berkurang.
Banyak menghindari pertemuan dengan keluarga
lainnya karena takut ketahuan menggunakan. Banyak
mengurung diri dikamar & menolak diajak makan
bersama sama oleh anggota keluarga lainnya.
Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga
lainnya dibandingkan dengan sebelumnya.

Ditemukannya Napza atau alat untuk


menggunakan Napza

Napza ( dalam bentuk pil, serbuk, lintingan


ganja,kristal) yang mungkin dapat dijumpai di tas,
lipatan baju, kaset,di lembaran buku, di laci meja, dll ).
Alat untuk menggunakan Napza seperti: jarum suntik,
kertas timah, gulungan uang, dll ).

TANDA - TANDA FISIK

Tanda -tanda ini biasanya terlihat saat intoksikasi atau


saat terjadi keadaan putus zat.sesuai dengan jenis
Napza yang digunakannya.

Untuk membantu menentukan adanya penggunaan


Napza, kita dapat memanfaatkan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan ini membantu menentukan
apakah seseorang didalam tubuhnya mengandung
Napza atau tidak. Kadang kala cukup sulit untuk
menentukan apakah seseorang menggunakan Napza
atau tidak karena gejalanya kurang jelas.
Apabila terdapat kecurigaan adanya penggunaan
Napza maka dapat dilakukan pemeriksaan urine di
laboratorium dan diusahakan agar dalam waktu 24
jam urine tersebut sudah diperiksa di laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium ini


kita hanya dapat menentukan
apakah didalam tubuh seseorang
mengandung Napza atau tidak. Kita
tidak dapat menentukan apakah
seseorang ketergantungan atau tidak
hanya berdasarkan pemeriksaan
urine saja.

Fasyankes
Di Rumah Sakit, pasien yang berobat biasanya jarang
atas kemauannya sendiri dan bila datang bersama
keluarganya, ternyata terlihat bahwa keluarga sering tidak
mengetahui bahwa pasien sudah menggunakan zat jauh
lebih lama dibandingkan dengan apa yang diketahui oleh
keluarga.
Sebagai contoh: sering ayah atau ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya ketahuan menggunakan Napza sejak
beberapa minggu atau beberapa bulan yang lalu,tetapi
setelah dilakukan assesment ternyata terbukti bahwa
pasien telah beberapa tahun yang lalu menggunakan
Napza.
Pelatihan menggunakan TOOLS Screening ASSIST
(Alkohol, Smoking and Substance Involvement Screening
Test)

Kerangka Konseptual
Program prevensi harus dilandasi oleh
pemahaman tentang:
Faktor-faktor Risiko (Risk Factors)
Faktor-faktor Pelindung (Protective Factors)

Semakin kuat faktor risiko yg dialami, semakin


rentan ybs untuk terlibat dlm penyalahgunaan
zat
Kehadiran faktor pelindung dpt meminimalisasi
faktor risiko

Faktor Risiko
Meliputi karakteristik biologis, psikologis
/tingkahlaku, dan sosial/lingkungan:
riwayat penggunaan zat dlm kelg
gangguan kepribadian depresif atau antisosial
tinggal dalam lingkungan dimana penggunaan zat dpt
ditoleransi

Riza Sarasvita, Prevention File,


August 2004

Faktor Pelindung
Berfungsi sebagai variabel perantara untuk
tindakan pencegahan, penundaan atau
pengurangan dampak buruk penggunaan zat
Sebagai peredam atas dampak negatif dari risk
factors
Ikatan keluarga yang solid
Kapasitas penguasaan akademik
Kontrol diri baik
Religiusitas
Riza Sarasvita, Prevention File,
August 2004

2. LANDASAN KEBIJAKAN
1. UU No. 5/1997 ttg Psikotropika
2. UU No. 35/2009 ttg Narkotika
3. UU No. 18/2014 ttg Kesehatan Jiwa
4. PP No. 25/2011 ttg Wajib Lapor Pecandu Narkotika
5. SDGs 2015-2030 memperkuat pencegahan dan perawatan
penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan
alkohol yang merugikan
6. RPJMN 2015 2019 salah satu sasarannya adalah
meningkatnya mutu dan akses pelayanan kesehatan jiwa dan
Napza

PERATURAN MENTERI
KESEHATAN TERKAIT
GANGGUNAN PENGGUNAAN
NAPZA
1. Permenkes No.64/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kemenkes
2. Kepmenkes No. 420/Menkes/SK/III/2010
tentang Pedoman layanan terapi dan
rehabilitasi komprehensif pada gangguan
penyalahgunaan napza berbasis rumah sakit
3. Kepmenkes No. 421/Menkes/SK/III/2010
tentang standar pelayanan terapi dan
rehabilitasi gangguan penggunaan Napza
4. Kepmenkes No. 422/Menkes/SK/III/2010
tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik
Gangguan Penggunaan Napza

PERATURAN MENTERI
KESEHATAN TERKAIT
GANGGUNAN PENGGUNAAN
NAPZA
5. Keputusan Menkes No. 350/SK/Menkes/IV/2008 tentang
Penetapan Rumah Sakit Pengampu dan Satelit PTRM
6. Peraturan Menkes No. 57 tahun 2013 tentang Program
Penyelenggaraan Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
7. Kepmenkes No. 501 tahun 2015 tentang penetapan
Institusi Penerima Wajib Lapor
8. Peraturan MENKES No. 50 tahun 2015 tentang
Petunjuk Teknis pelaksanaan wajib lapor dan
rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika

Permenkes No.64/2015 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes

3. RUANG LINGKUP LAYANAN KESEHATAN


TERKAIT PENYALAHGUNAAN NAPZA

Faskes
tingkat
pertama:
Faskes
tingkat
rujukan:

Promotif, Preventif (Deteksi & Intervensi


Dini)
Kuratif: rawat jalan atau rawat jalan
rumatan metadon

RSU: promotif, preventif, kuratif (rawat


jalan atau rawat jalan rumatan), rawat
inap jangka pendek
RSKO/ RSJ: promotif, preventif, kuratif
(semua jenis modalitas terapi)

PENANGANAN
Ggn Penggunaan Napza

Penempatan masalah
ketergantungan Narkotika pada
perspektif kesehatan
Meningkatkan pemenuhan hak dan kebutuhan
pecandu NAPZA atas layanan kesehatan
Meningkatkan
efektivitas
penanganan
masalah
NAPZA,
khususnya
dalam
mengurangi dampak buruk dan menekan
angka kematian
Menurunkan beban pengadilan, lembaga
pemasyarakatan dan rumah tahanan
Menekan angka kriminalitas yang diakibatkan
oleh penyalahgunaan NAPZA

Wajib Lapor
Amanat UU no 35 tahun 2009 pasal 55

Tujuan
a. memenuhi hak Pecandu Narkotika dalam
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan
melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial;
b. mengikutsertakan orang tua, wali, keluarga, dan
masyarakat dalam meningkatkan tanggung jawab
terhadap Pecandu Narkotika yang ada di bawah
pengawasan dan bimbingannya; dan
c. memberikan bahan informasi bagi Pemerintah
dalam menetapkan kebijakan di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika.

WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA


PUSKESMAS

mendapatka
n pelayanan
Terapi yang
komprehensi
f serta
konsisten

Pecandu

Keluarga
Text

Mengikut
sertakan
keluarga dalam
meningkatkan
tanggung
jawab terhadap
pecandu

RSU /RSJ

11/19/16

HERBET S

60

Institusi Penerima Wajib


Lapor
Pecandu dan atau korban penyalahguna secara
sukarela datang ke Puskesmas, RSU dan RSJ yang telah
ditunjuk menjadi IPWL
Tahun 2015 Kemenkes telah menunjuk 434 Fasilitas
Kesehatan menjadi IPWL

Rangkaian kegiatan di IPWL

Melakukan
Asesmen Klinis

Menegakkan
diagnosa

Menyusun
rencana terapi
dan rujukan

Melakukan
rehabilitasi
sesuai rencana
rehabilitasi

Melakukan
evaluasi rehab
medis yg
diberikan

4. PRINSIP UPAYA PENYEDIAAN LAYANAN


TERKAIT PENYALAHGUNAAN NAPZA
Terintegrasi pada layanan kesehatan yang telah ada,
tidak membangun fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes) baru
Masuk pd setiap jenjang layanan:
Fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas,
klinik)
Fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut:
RSU Kabupaten / Kota
RSU Pemerintah, RS Provinsi, RS Khusus
(termasuk RSJ dan RSKO)
Menyediakan layanan kesehatan yang accessible

5. CAPAIAN LAYANAN
REHABILITASI NAPZA DI
KEMENKES (1)
Salah satu indikator dalam RPJMN 20152019 Persentase fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) sebagai institusi
penerima wajib lapor (IPWL) Pecandu
Narkotika yang aktif
Kriteria IPWL Aktif:
Fasyankes yang menerima pasien wajib lapor dan
menjalankan rehabilitasi medis napza
Fasyankes yang menjalankan upaya promotif dan
preventif

5. CAPAIAN LAYANAN REHABILITASI NAPZA DI


KEMENKES (2)

Persentase fasyankes sebagai IPWL Pecandu Narkotika


yang aktif (RPJMN 2015-2019)
2015

2016

2017

2018

2019

Target

25%

30%

35%

40%

50%

Capaian

28%

5. CAPAIAN REHABILITASI 2015

6. UPAYA PENINGKATAN
CAKUPAN LAYANAN TERKAIT
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Menerbitkan Kepmenkes No. 501 tahun 2015 tentang
penetapan Institusi Penerima Wajib Lapor
Ditetapkannya 434 layanan IPWL sesuai usulan dari Dinas
Kesehatan Provinsi, Kementerian dan Lembaga lainnya yang
menaungi fasyankes tersebut

Menerbitkan Permenkes No. 50 tahun 2015 tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Wajib Lapor dan
Rehabilitasi Medis bagi Pecandu, Penyalahguna dan
Korban Penyalahgunaan Narkotika
mencakup pembiayaan dan tata laksana pasien sukarela dan
pasien terkait perkara hukum

Menyusun Pedoman Pengurangan Dampak Buruk


Alkohol bagi Petugas Kesehatan

7. PERAN KEMENKES DALAM


MENDUKUNG UPAYA
REHABILITASI PENYALAHGUNA
NAPZA
Berkoordinasi dengan lintas sektor dan lintas program
dalam penyiapan sarana prasarana dan ketenagaan
Penganggaran biaya rehabilitasi medis untuk pasien
sukarela dan terkait perkara hukum di semua IPWL
Penyelenggaraan peningkatan kompetensi petugas
yang menjalankan layanan rehabilitasi medis melalui
pelatihan yang di akreditasi oleh Badan PPSDM
Kemenkes
Melibatkan lintas sektor dalam penyelenggaraan

8. RENCANA PROGRAM
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN MASALAH NAPZA
(1)
Promotif dan Preventif
Menguatkan dan mengembangkan upaya pencegahan di institusi
dan masyarakat melalui :
Advokasi
KIE
peningkatan keterampilan terkait deteksi dini bagi petugas kesehatan,
pengelola program dan kader masyarakat
Mengembangkan skrining penyalahgunaan Napza di FKTP dan KKP

Kuratif dan Rehabilitatif


Pemetaan layanan rehabilitasi yang potensial dimasing-masing
daerah melalui Dinkes Provinsi
Memfasilitasi penetapan fasyankes sebagai IPWL
Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan di IPWL yang sudah
ada

8. RENCANA PROGRAM
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN MASALAH NAPZA
(2)

Koordinasi lintas sektor dan lintas


program dalam penguatan
pengembangan upaya pencegahan
dan pengendalian masalah Napza
Rencana membangun sistem eklaim untuk mendukung
mekanisme pembiayaan wajib
lapor dan rehabilitasi medis

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai