Anda di halaman 1dari 20

DASAR-DASAR PRAKTEK

PENYUSUNAN APBN DI INDONESIA

IRSAT
20151040036

PENERIMAAN PERPAJAKAN DALAM


APBN

Di Indonesia, sumber pendapatan negara selain berasal dari


penerimaan pajak, juga berasal dari penerimaan cukai, bea
masuk, dan bea keluar. Kesemuanya disebut dengan
penerimaan perpajakan.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di
Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak(DJP)
yang
merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di
bawah
naungan Kementerian
Keuangan
Republik
Indonesia.
Menurut Peraturan Perundang-Undangan tentang APBN,
penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan negara
yang terdiri atas pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan
internasional.
Sedangkan
menurut
Government
Finance
Statistic(GFS) manual 2001,
penerimaan perpajakan adalah semua transfer wajib
kepada sektor Pemerintah tidak termasuk denda, penalti,
dan kontribusi jaminan sosial.
.

JENIS-JENIS PAJAK
Pajak dalam negeri terdiri atas pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN &
PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB).
Ditinjau dari segi pemungutan
Pajak langsung: (yaitu pajak langsung yaitu pajak yang dibayar
langsung oleh subjek pajaknya seperti PPh, PBB, bea meterai, bea
masuk, dan bea keluar.)
Pajak tidak langsung: (adalah pajak yang dibebankan kepada
subjek pajaknya tetapi subjek pajak tersebut membayar pajaknya
tidak langsung kepada negara melainkan melalui pihak ketiga
seperti pengusaha kena pajak (PKP) atau produsen. Pajak yang
termasuk dalam kategori pajak tidak langsung adalah PPN, PPnBM,
dan cukai. )

Pajak Penghasilan (PPh)


Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan, PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap
subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya
dalam
satu tahun pajak. Jenis-jenis pajak
penghasilan (PPh) dalam APBN : (PPh migas, PPh non migas)

Pajak Pertambahan Nilai (PPn)


Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2009
adalah:
Pajak yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena:
1)
2)
3)
4)
5)

Perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau;


Perolehan Jasa Kena Pajak (JKP) dan/atau;
Pemanfaatan BKP Tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau;
Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan atau;
Impor BKP (Disebut juga PPN Masukan)

)Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh


PKP yang melakukan:
1)
2)
3)
4)
5)

Penyerahan BKP
Penyerahan JKP
Ekspor BKP berwujud
Ekspor BKP Tidak Berwujud
Ekspor JKP (Disebut juga PPN Keluaran)

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 5. PPnBM merupakan


pajak yang dikenakan terhadap penyerahan BKP yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang
tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya dan impor BKP yang tergolong mewah.
Tarif PPnBM berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 8 ditetapkan
paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200% (dua ratus
persen). Sedangkan khusus untuk ekspor BKP yang tergolong mewah
dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994.
Pajak Bumi Bangunan (PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan
dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan
objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subyek
(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
PBB

terbagi ke dalam beberapa sektor, yaitu Sektor perkotaan, Sektor Perdesaan,


Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan, dan Sektor Pertambangan Migas dan
Pertambangan Umum.

Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang-barang yang mempunyai sifat atau karakteristik yang
ditetapkan dalam undang-undang cukai (UU Nomor 39 Tahun
2007). Sedangkan sifat atau karakteristik Barang Kena Cukai
(BKC) adalah:
a) Barang yang konsumsinya perlu dikendalikan
b) Peredarannya perlu diawasi
c) Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat atau lingkungan hidup; atau
d) Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi
keadilan dan keseimbangan.

Bea Masuk
Bea Masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang
yang diimpor. (Pasal 1 ayat 15 UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Pada dasarnya bea masuk berfungsi sebagai:
a) Mencegah kerugian industri dalam negeri yang memproduksi barang
sejenis dengan barang impor tersebut;
b) Melindungi pengembangan industri barang sejenis dengan barang
impor tersebut di dalam negeri.
c) Mencegah terjadinya kerugian serius terhadap industri dalam negeri
yang memproduksi barang sejenis dan/atau barang yang secara
langsung bersaing.
d) Melakukan pembalasan terhadap barang impor yang berasal dari
negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara
diskriminatif.

Bea Keluar
Bea keluar berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang
perubahan kedua atas UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap
barang ekspor. Tujuan pengenaan Bea Keluar terhadap barang
ekspor adalah:
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;
b) Melindungi kelestarian sumber daya alam
c) Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dan komoditi
ekspor tertentu dipasaran internasional; dan
d) Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri.
Sedangkan barang Ekspor yang dikenakan bea keluar adalah
rotan, kulit, kayu, kelapa sawit, serta CPO dan produk turunannya.

PAJAK DI DAERAH
Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, pemerintah daerah menerima sejumlah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi,
dana tersebut disebut dengan dana bagi hasil.
Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya
alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri
atas pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan
(PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam negeri dan PPh Pasal 21, serta bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Sebagai implementasi dari Undang-undang Nomor 28 Tahun


2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mulai
tanggal 1 Januari 2011, pengelolaan BPHTB dialihkan dari
Pemerintah Pusat kepada pemerintah kabupaten/kota, sehingga
penerimaan BPHTB tidak lagi dianggarkan dalam APBN 2011.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang
Cukai, Pasal 66A , pendapatan negara dari cukai hasil tembakau
yang dibuat di Indonesia dibagihasilkan kepada provinsi
penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2 persen.

PERKEMBANGAN DAN PENERIMAAN PERPAJAKAN

Penerimaan perpajakan merupakan sumber penerimaan dominan


dalam APBN, terutama setelah reformasi perpajakan tahun 1983
penerimaan perpajakan telah memberikan kontribusi yang sangat
signifikan bahkan melampaui penerimaan migas. Dengan rasio pajak
terhadap PDB diatas 10 persen dan cenderung meningkat.

Anda mungkin juga menyukai