Askep Klien DGN Diphteri
Askep Klien DGN Diphteri
DENGAN DIFTERIA
BY.Ilya Krisnana
Definisi
Penyakit infeksi mendadak yg disebabkan
kuman Corynebacterium diphteriae, mudah
menular dan yg diserang sal. pernapasan atas
dgn tanda khas pseudomembran dan
dilepaskannya eksotoksin menimbulkan ggn.
umum dan lokal (IKA FK-UI)
Etiologi
Corynebacterium diphtheriae:
Bakteri gram positif yg bersifat
polimorf, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora, mati pd
pemanasan 60 derajat C selama
10 menit, tahan smp beberapa
mgg dlm es, air, susu dan lendir
yg telah kering
Khas seperti korek api
Epidemiologi
Penularan umumnya melalui udara: infeksi
droplet, melalui benda atau makanan yg
terkontaminasi
Klasifikasi
Berdasar berat ringannya penyakit diajukan Beach
(1950):
Infeksi ringan
Pseudomembran terbatas pd mukosa hidung dgn gejala
hanya nyeri menelan
Infeksi sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas smp dinding
posterior faringdgn edema ringan laring yg dpt diatasi
dgn pengobatan konservatif
lanjutan
Infeksi berat
Ada sumbatan jalan nafas, hanya dpt diatasi dgn
trakeostomi
Dapat disertai gejala komplikasi miokarditis, paralisis/
nefritis
Difteri dpt terjadi diluar sal. pernafasan seperti:
Difteri kulit: ulkus berbatas jelas dgn dasar membran
putih/ abu-abu
Difteri konjungtiva: mengenai konjungtiva palpebra yg
ditandai edema & ada membran dikonjungtiva palpebra
lanjutan
Difteri telinga: ada cairan mukopurulen yg
persisten
Difteri vulvovagina: ditandai ulkus dengan batas
tegas
Manifestasi klinis
Sakit tenggorokan
Panas yg tdk tinggi berkisar 37,838,9 derajat C
Tenggorokan hiperemis (pd awal)
Pseudomembran (membran putih keabu-abuan)
Bullneck/ malignant difteri (difter berat)
Udema tonsil dan uvula
Pseudomrmbrane
Bullneck
lanjutan
Difteri laring
Perluasan dari difteri faring, gejala ggn jalan nafas dpt
terjadi berupa suara serak, stridor inspirasi dan bila
berat timbul sesak nafas, sianosis, retraksi suprasternal
serta epigastrium, pembesaran regional menyebabkan
bull neck
Pemeriksaan laring: tampak kemerahan, sembab,
banyak sekret dan permukaan ditutupi pseudomembran
Komplikasi
Saluran pernafasan
Obstruksi jalan nafas dgn segala akibatnya,
bronkopneumonia dan atelektasis
Kardiovaskuler
Miokarditis akibat toksin
Urogenital
Dapat terjadi nefritis
Susunan saraf
Penderita difteri (10%) akan mengalami komplikasi yg
mengenai sistem susunan saraf terutama sistem
motorik
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan darah:
Ditemukan penurunan Hb, leukositosis, penurunan
eritrosit, albuminuria
Tes schick:
Menentukan status kekebalan penderita, membantu
diagnosis dini (hasil tes dpt dibc beberapa hr kemudian)
EKG secara berkala:
Mendeteksi toksin basil menyerang sel otot jantung
lanjutan
Tes hapusan spesimen:
Diambil dr hidung, tenggorokan dan terdpt lesi
mukokutan lain, berguna untuk identifikasi
tempat spesies,uji toksigenitas dan kerentanan
anti mikroba sbg medikasi
Prognosa
Nelson berpendapat kematian penderita difteri sebesar 35% dan sangat bergantung pada:
Umur penderita, makin muda umur anak prognosis
makin buruk
Perjalanan penyakit, makin lanjut makin buruk
prognosisnya
Letak lesi difteri
Keadaan umum, prognosa kurang baik pd penderita gizi
kurang
Pengobatan, terlambat pemberian antitoksin, prognosis
makin buruk
Penatalaksanaan medis
1. Isolasi (strict isolation)
2. Difteri tanpa komplikasi:
Pemberian antitoksin: ADS
Antimikroba: penisillin prokain (50.000-100.000 KI/BB/24
jam), IM, 1-2 kali sehari selama 10 hari, jika alergi terhadap
Penisilin diberikan Eritromisin: 50 mg/ Kg BB/24 jam (maks
1 gram) secara oral, 3-4 kali sehari selama 10 hari
Kortikosteroid: diberikan bila ada gejala obstruksi sal. nafas
atas. Prednison 2 mg/ Kg BB/hr selama 3 mgg
lanjutan
3. Difteri dengan komplikasi:
- Terjadi miokarditis
Bedrest total, tidak ada aktivitas
Diet lunak dan mudah dicerna
Obat digitalis (masih kontroversi) bila terdapat tandatanda dekompensasi jantung
- Terjadi neuritis
Lakukan pemasangan sonde untuk mencegah aspirasi
Bila terjadi paralisis otot pernafasan: respirator IPPV
(intermittent positive pressure ventilation)
Fisioterapi jika terjadi paralisis anggota gerak
lanjutan
4. Kontak dan pengidap
Kontak dgn biakan kuman(-), tanpa gejala: imunisasi
Kontak dgn gejala, tanpa menunggu hasil biakan
kuman: rawat dan obati sbg penderita difteri
Pengidap stlh mendapatkan Penisilin prokain 600.000
KI/ hr atau eritromisin 50 mg/Kg/hari selama 5 hari perlu
dilakukan biakan kuman ulangan
Tindakan umum
Tujuan
1. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Memperbaiki keadaan umum
3. Mengatasi gejala
Pengobatan
A. Anti Difteri Serum
1. Difteri ringan (hidung,kulit,konjungtiva)
ADS 20.000 UI im
2. Difteri sedang (pseudomembran terbatas pada
tonsil,difteri laring)
ADS 40.000 UI IV Drip
3. Difteri berat (pseudomembran meluas keluar
tonsil,bullneck,penyulit akibat efek toksin)
Pemberian ADS
ADS diberikan secara drip IV dalam 200 cc larutan Dekstrose 5
% dalam 4-8 jam
Jika skin test (+) diberikan secara BEDRESKA (titrasi tiap 15
menit)
0,05 cc ADS +1 cc PZ Sc
0,1 cc ADS + 1cc PZ Sc
0,1 cc ADS sc/im
0,2 cc ADS Sc/Im
0,5 cc ADS Sc/Im
2 cc ADS Sc/Im
4 cc ADS Sc/Im
Sisanya diberikan semua atau bertahap (4cc/15 menit)
Pencegahan
Isolasi penderita
Penderita hrs diisolasi dan baru dpt dipulangkan
stlh pemeriksaan sediaan langsung: 2kali
berturut-turut negatif
Imunisasi
Jenis Tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Beri oksigen
Trakeostomi disesuaikan dengan tingkat dispneu laringeal
menurut jackson (tingkat II dan III)
I.
Penderita tenang dengan cekungan ringan
suprasternal
II. Retraksi suprasternal lebih dalam+cekungan
epigastrium dan penderita gelisah
III. Retraksi supra dan infrasternal, penderita gelisah
IV. Penderita sangat gelisah, ketakutan, muka pucat
kelabu, dan akan kehabisan tenaga,tampak seolaholah tenang,tertidur dan akhirnya meninggal karena
asfiksia
KOMPLIKASI
1.
MIOKARDITIS
biasanya timbul akhir minggu kedua atau awal minggu ketiga
perjalanan penyakit
Pemerikasaan Fisik :
Irama derap, bunyi jantung melemah atau
meredup, kadang-kadang ditemukan tandatanda payah jantung
Gambaran EKG :
2.KOLAPS PERIFER
Jenis tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
Pemulangan penderita
1.
2.
3.
4.
5.
Pengkajian Keperawatan
Keluhan utama: demam
Riwayat penyakit keluarga: ada anggota
keluarga yg menderita demam dgn keluhan nyeri
di tenggorokan/ terdiagnosis dgn Difteri
Riwayat lingkungan: hygiene rendah, lingkungan
bermain dan sekolah anak dgn riwayat difteri
Riwayat imunisasi
Blm dilakukan imunisasi DPT/ DT pada boster
lanjutan
Pemeriksaan fisik
Suhu tubuh meningkat dan BB menurun
Sistem pernafasan: RR meningkat, stridor, ronki (+),
retraksi suprasternal, subclavikular dan subcosta, sekret
pd hidung dan tenggorokan, batuk, bulll neck
Sistem kardiovaskuler: mengeluh nyeri dada, gambaran
EKG mendukung miokarditis
Sistem pencernaan: kesulitan menelan, pseudomembran
Sistem integumen: kemungkinan turgor kurang elastis
akibat evaporasi panas tubuh dan asupan nutrisi yg
kurang akibat nyeri telan,kulit tampak pucat, akral hangat
lanjutan
Ditemukan kecemasan pd anak dan ortu akibat
dampak hospitalisasi
Kurang pengetahuan keluarga akan pentingnya
imunisasi dan proses penyakit
Masalah keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
pola nafas tidak efektif
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
perubahan perfusi jaringan perifer
Intoleran aktivitas
TERIMA KASIH