Stela Teori Spesiasi Arsen Dalam Lingkungan1
Stela Teori Spesiasi Arsen Dalam Lingkungan1
DALAM LINGKUNGAN
Disbatraksikan oleh
Smno.jursntnhfpub.2014
Vance, D.B. 2001. Arsenic - Chemical Behavior and Treatment. October, 2001.
http://2the4.net/arsenicart.htm..
. National Research Council. 1999. Arsenic in Drinking Water. Washington, D.C. National
Academy Press. 1999. http://www.nap.edu/catalog/6444.html.
. Kallio, M.P. dan P.K.G. Manninen. 1997. Speciation of mobile arsenic in soil samples as a function of
pH. Science of The Total Environment, 204(2): 193-200.
Arsenik (As2O5) dalam sampel tanah terkontaminasi yang dikumpulkan dari lokasi
industri pengawetan kayu, diekstraksi pada pH 1-13 dan dianalisis dengan Metode
Kromatografi Spektrometri (Kallio dan Manninen, 1997). Kondisi ekstraksi dipilih untuk
mensimulasikan perubahan pH yang terjadi di lingkungan perairan atau perubahan pH
akibat kebocoran asam atau basa, dalam rangka untuk memberikan informasi
mengenai spesies arsenik yang ada di dalam lingkungan. Fraksi mobile logam beracun
dalam tanah dapat menyebabkan risiko kontaminasi dan gangguan kesehatan. Jumlah
tertinggi arsenik diekstraksi pada pH tertinggi, yaitu pH 13. Pada pH 3 - 9, dalam
kebanyakan sampel tanah, kurang dari 2% total arsenik dapat diekstraksi, hal ini
menunjukkan bahwa perubahan pH lingkungan sangat berpengaruh dalam melepaskan
sejumlah besar arsenik yang terikat pada tanah. Spesies anorganik, As (III) dan As (V),
ditemukan dalam ekstraksi tanah, dan konsentrasi As (V) lebih tinggi daripada As (III)
dalam semua sampel tanah. Namun demikian, telah terjadi beberapa konversi spesies,
karena As (III) juga ditemukan pada ekstraksi , dan dalam larutan asli pengawet kayu
arsenik berbentuk As2O5.
. . Manyes, S.G., G.Jimnez, A.Padr, R.Rubio dan G.Rauret. 2002. Arsenic speciation in
contaminated soils. Talanta, 58(1): 97-109.
. . Dobran, S. dan G.J. Zagury. 2006. Arsenic speciation and mobilization in CCA-
Ruokolainen et al. (2000) mengkaji pencucian dan limpasan arsen (As) dari tanah yang
terkontaminasi limbah industri pengolahan kayu, dan perilaku polutan dalam ekosistem air
tawar, dalam sistem mesocosms tanah-air-sedimen di laboratorium (0,9 m3, total volume air 200
liter). Selama percobaan empat bulan jumlah pencucian dan limpasan As dari tanah irigasi
adalah sekitar 40 mg, yaitu sekitar 0,6% dari total kadar As dalam tanah. Dari total beban As,
7,5% tetap berada dalam air; 44% diendapkan dalam sedimen dangkal (kedalaman air 5-30 cm);
dan 48,5% diendapkan ke sedimen yang lebih dalam (kedalaman air 80 cm). Berbqagai spesies
arsenik; arsenit [As(III)], arsenat [As(V)], asam monomethylarsonic (MMAA) dan asam
dimethylarsinic (DMAA), dianalisis dari air irigasi dan air limpasan; air dalam mesocosm; dan
air dalam pori sedimen, dianalisis dengan menggunakan Metode Kromatografi-induktif
spektrometri massa plasma (IC-ICP-MS). Total jumlah arsenik dalam tanah, air dan sedimen
ditentukan dengan metode ICP-MS. Arsenik tercuci keluar dari tanah sebagai As(V). Dalam air
mesocosm As(V) merupakan spesies terlarut yang dominan, tetapi juga terdeteksi adanya
DMAA dan spesies As yang terikat partikel. Dalam sedimen dangkal, As (V) merupakan spesies
yang paling berlimpah bersama-sama dengan DMAA, sedangkan pada sedimen air dalam As(III)
adalah spesies dominan.
. Zhang, W., Y. Cai, C. Tu dan L.Q. Ma. 2002. . Arsenic speciation and distribution in an arsenic
hyperaccumulating plant. Science of The Total Environment, 300(13): 167-177.
Tanah yang terkontaminasi arsenik merupakan salah satu sumber utama polutan arsenik dalam air
minum. Fitoremediasi berbasis tanaman dikembangkan untuk menghilangkan kontaminan beracun
dari tanah dan air, teknologi ini telah menerima banyak perhatian dari para ilmuwan. Meskipun
sejumlah tanaman telah diidentifikasi sebagai hyperaccumulators untuk phytoextraction berbagai
logam, dan beberapa jenis tanaman telah digunakan dalam aplikasi lapangan, namun belum ada
hiperakumulator untuk arsenik yang telah dilaporkan sebelumnya hingga ditemukannya jenis PakisBrake (Pteris vittata), yang dapat hyperaccumulate arsenik dari tanah.
Zhang et al. (2002) mengkaji teknologi fitoremediasi untuk mengolah tanah yang terkontaminasi
arsenik. Spesiasi dan distribusi arsenik dalam tanaman dapat memberikan informasi penting untuk
memahami mekanisme akumulasi arsenik, translokasi, dan transformasinya. Dalam penelitian ini,
sampel tanaman setelah 20 minggu pertumbuhan dalam tanah yang terkontaminasi arsenik digunakan
untuk menganalisis spesiasi dan distribusi arsenik. Campuran metanol / air (1:1) digunakan untuk
mengekstrak arsenik dari jaringan tanaman. Recovery 85 -100% diperoleh untuk sebagian besar
bagian tubuh tanaman (rimpang, kepala biola, daun muda dan daun tua) kecuali akar, yang
menunjukkan efisiensi ekstraksi As sekitar 60%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan kemampuan
pakis-Brake sebagai hiperakumulator arsenik. Tanaman ini mampu metransfer arsenik secara cepat
dari tanah ke dalam biomasa bagian tanaman atas tanah , meskipun konsentrasi arsen dalam akarnya
relatif rendah. Arsenik yang dominan adalah spesies arsen anorganik; dan dihipotesiskan bahwa
tanaman menyerap arsenik dalam bentuk arsenat [As (V)] dan arsenat ini dikonversi menjadi arsenit
[As (III)] di dalam tubuh tanaman. Mekanisme penyerapan arsenik, translokasi, dan transformasinya di
dalam tubuh tanaman masih hareus dikaji secara mendalam dan terus-menerus.
. . Smedley, P.L. dan D.G Kinniburgh. 2002. A review of the source, behaviour and distribution of
arsenic in natural waters. Applied Geochemistry, 17(5): 517-568.
. Rodas, D.S., J.L.G.Ariza, I.Girldez, A.Velasco dan E.Morales. 2005. Arsenic speciation in river and
estuarine waters from southwest Spain. Science of The Total Environment, 345(13): 207-217.
.
Rodas et al. (2005) melakukan survei spesiasi arsen pada sampel air dari Tinto dan
Odiel Rivers (barat daya Spanyol), hingga zone muara sungainya. Kedua sungai ini
dipengaruhi oleh drainase asam tambang (AMD) dan memberikan masukan logam
berat ke dalam muara, yang juga mengalami pembuangan air limbah industri. Spesies
arsenik yang dianalisis adalah arsenit (As (III)), arsenat (As (V)), monomethylarsonic
(MMA) dan dimethylarsinic (DMA) , dengan menggunakan metode kromatografi cairan
(HPLC-HG-ICP-MS). Peubah lainnya yang diukur adalah pH, salinitas, potensial redoks
dan O2 terlarut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa air drainase asam-tambang
selama musim dingin di sepanjang bagian atas Sungai Tinto menyebabkan konsentrasi
arsenik anorganik terlarut yang tinggi, hingga 600 mg /liter As(III) dan 200 mg /liter
As(V). Selama musim panas, As (III) menurun karena berkurangnya masukan dari air
asam tambang dan juga karena oksidasi menjadi As (V). Selain itu, kondisi asam yang
ekstrim (pH 2.3-2-6) tidak memungkinkan aktivitas biologis yang cukup untuk
menghasilkan konsentrasi spesies-spesies arsenik-metilasi.
Konsentrasi arsenik dalam Sungai Odiel selalu 5-10 kali lebih rendah daripada
konsentrasi As di Sungai Tinto, kadar arsenik biasanya di bawah 100 mg /liter,
didominasi oleh As (V); hal ini menunjukkan bahwa aliran sungai kurang dipengaruhi
oleh air asam tambang. Konsentrasi spesies arsenik anorganik tertinggi ditemukan pada
aliran sungai yang melintasi lokasi tambang, sesuai dengan nilai tertinggi As(III).
Aktivitas biologis yang signifikan di sungai ini menghasilkan spesies As-metilasi yang
terdeteksi di sepanjang jalur air, dengan konsentrasi tertinggi di bagian hilir sungai,
. . Bhattacharya, P., A.H. Welch, K.G. Stollenwerk, M.J. McLaughlin, J. Bundschuh dan G. Panaullah.
2007. Arsenic in the environment: Biology and Chemistry. Science of The Total Environment, 379(23):
109-120.
Distribusi Arsen (As) dan toksikologi nya dalam lingkungan merupakan masalah yang
serius, jutaan orang di seluruh dunia terpengaruh oleh toksikosis As ini. Sumber
kontaminasi As bersifat alamiah dan antropogenik , dan skala kontaminasi As ini
berkisar dari lokal hingga regional. Ada banyak bidang penelitian yang sedang aktif
dilakukan untuk mengatasi masalah kontaminasi As. Hal ini termasuk metode baru
skrining As di lapangan, menentukan epidemiologi As pada manusia, dan
mengidentifikasi risiko paparan As di bidang pertanian. Remediasi pasokan air yang
tercemar As sangat penting dan penelitian penilaian potensi perbaikan alamiah serta
fitoremediasi. Bidang lain penelitian mikrobiologis diarahkan untuk proses mediasi
interaksi biogeokimia As dalam lingkungan. Pada tahun 2005, sebuah konferensi
diadakan untuk mempertemukan ilmuwan yang terlibat dalam banyak bidang yang
berbeda beda dalam penelitian As. Bhattacharya et al. (2007) mengkaji masalah
masalah As yang telah lama diteliti oleh para peneliti, dan temuan-temuan baru yang
disajikan dalam konferensi ini. Tulisan ini memberikan latar belakang ilmiah bagi isuisu yang dibahas dalam konferensi , bersama-sama dengan kajian isu-isu kontemporer
dan sejarah pencemaran As serta dampaknya terhadap kesehatan manusia.
. Huang, J.W. dan E. Matzner. 2007. Mobile arsenic species in unpolluted and polluted soils. Science
of The Total Environment, 377(23): 308-318.
Huang dan Matzner (2007) mempelajari perilaku total arsen (As) dan spesies-spesies
As dalam tanah dalam kaitannya dengan kualitas air minum. Untuk memperkirakan
relevansi spesies As-organik dan mobilitasnya berbagai spesies As, peneliti ini
mengevaluasi distribusi vertikal spesies As organik dan As anorganik dalam dua dua
lahan kering yang terkontaminasi As. Asam Dimethylarsinic (6 ng As /g), trimethylarsine
oksida (1,5 ng As / g), Spesies As organik yang tidak dikenal (3 ng As /g) dan
arsenobetain (15 ng As /g), terdeteksi dalam tanah-tanah hutan. Arsenobetain
merupakan spesies As-organik yang dominan di tanah hutan yang tidak tercemar dan
tanah yang tercemar. Tidak ada spesies As-organik yang terdeteksi di dalam tanah
padang rumput yang terkontaminasi. Spesies As-organik dapat berkontribusi hingga
30% dari fraksi mobile di tanah hutan yang tercemar, tetapi tidak pernah melebihi 9%
pada tanah mineral yang tercemar. Konsentrasi tertinggi spesies As-organik ditemukan
di tanah hutan. Konsentrasi arsenit yang tertinggi di temukan pada topsoil dan dapat
mewakili sampai 36% dari total As yang dapat diekstrak. Konsentrasi arsenat juga
tertinggi pada lapisan Oa di tanah-tanah hutan dan menurun tajam di tanah mineral.
Tanah-tanah hutan diselidiki mengandung sejumlah spesies As-organik. Spesies AsOrganik dalam tanah-tanah hutan tampaknya merupakan hasil dari guguran serasah
dan dipertahankan di lantai hutan. Konsentrasi relatif tinggi arsenit yang dapat diekstrak,
salah satu spesies As yang paling beracun, dan keberadaan arsenat di lantai hutan.,
menimbulkan risiko transfernya memasuki perairan permukaan melalui limpasan air
hujan di permukaan tanah.
Dalam air hujan biasanya kondisi oksidasi arsenik bervariasi sesuai dengan sumber arsenik. Bentuk
arsenik yang dominan adalah As (III)2O3 kalau polutan arsenik dalam air hujan ini berasal dari
smelter, pembakaran batu bara dan sumber vulkanik; sedangkan spesies organik dapat diperoleh
melalui penguapan dari tanah; arsine (As(III-)H3) dapat berasal dari tempat pembuangan sampah dan
tanah-tanah reduksi (tanah gambut) dan arsenat mungkin juga berasal dari aerosol laut. Bentuk-bentuk
arsenik reduksi dapat mengalami oksidasi oleh O2 di atmosfer dan reaksi-reaksi dengan SO2 atmosfer
atau O3.
. Penelitian
Masscheleyn, P.H., R.D. Delaune dan W.H. Patrick, Jr..1991. Effect of Redox Potential and pH on
Arsenic Speciation and Solubility in a Contaminated Soil. Environ. Sci. Technol., 25(8): 14141419.
Sharma, V.K. dan M. Sohn. 2009. Aquatic arsenic: Toxicity, speciation, transformations,
and remediation. Environment International , 35 (2009): 743759.