Anda di halaman 1dari 71

SISTEM

MUSKULOSKELETAL

KESEHATAN MASYARAKAT
Osteo arthritis
Rheumatoid Arthritis
Gout = Pirai
Sistemic Lupus Erithematosus
Osteoporosis

GEJALA MUSKULO-SKELETAL
Dikenal masyarakat
sebagai :

PENYAKIT REMATIK

PREVALENSI

REMATIK DI INDONESIA
Merupakan gejala yang paling
banyak dikeluhkan masyarakat,
terutama pada usia > 50 tahun
Merupakan gejala yang tersering
membawa seseorang berobat ke
dokter
Masyarakat kota lebih sering
me - urbanisasi akan me -
prevalensi penyakit rematik

pada sopir truk


dan pekerja industri yang
berkaitan dengan mengangkat
barang-barang berat atau
getaran mesin paling sering
menyebabkan ketidak mampuan
pada penderita < 45 tahun
Osteoartritis di tangan pada
pekerja pemintalan benang yang
berkaitan dengan gerakan
menjepit
Nyeri pinggang

Penyakit rematik skleroderma :

Pada pekerja yang terkena pajanan asap


vinil khlorida
pada pabrik yang menghasilkan PVC :
Nyeri ujung jari
(fenomena Raynaud)
Sklerodaktili
Keradangan sendi
Jari-jari memendek
Fibrosis paru
Penebalan kulit (skleroderma)

MASALAH PENYAKIT
REMATIK
MENINGKAT
Bertambahnya jumlah orang
tua
Meningkatnya arus
urbanisasi
Peningkatan industri
Pencemaran lingkungan

MASALAH DALAM
PENATALAKSANAAN REMATIK
Rematik memerlukan penanganan
jangka panjang :

Perlu pengertian dan


kerjasama yang baik antara
dokter, penderita dan keluarga
Karena pengobatan lama dan
tidak sembuh-sembuh, pasien
merasa dokter tidak lagi dapat
menolong pasien minum
obat sendiri dengan dosis
yang tidak tepat dan campurcampur :

AKIBAT MINUM OBAT SENDIRI

Penyakit menjadi khronis


Ketidak-mampuan fisik
dan sosial ketidak
mampuan kerja dan
bersosialisasi kualitas
hidup menurun
Timbul efek samping :
perdarahan lambung pada
pasien lanjut usia
kematian !

BEBAN SOSIAL
EKONOMI

Beban langsung (jumlah uang yang


harus dikeluarkan untuk mengobati
penyakit)
Beban tak langung (hilangnya
produktivitas karena morbiditas dan
mortalitas)

Di Amerika Serikat :

Beban ekonomi tak langsung lebih besar


Daripada beban ekonomi langsung

BEBAN SOSIAL
EKONOMI
Beban ekonomi nasional dan pribadi
penyakit rematik tinggi, karena :

Tingginya prevalensi penyakit


rematik
Lamanya waktu pengobatan
Terjadinya efek samping obat
Ketidak mampuan penderita
Penurunan aktivitas atau jam kerja

KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
Walau nyeri terasa hebat sekali

Walau nyeri terasa hebat sekali


tidak menyebabkan kematian
Perlu pengobatan dalam waktu
lama kebanyakan obat anti
rematik adalah NSAID yang dapat
menimbulkan efek samping serius :

perdarahan lambung (terutama


pada dosis yang tinggi, pemakaian
campuran dan pada usia lanjut)

MENGATASI MASALAH
REMATIK
Merupakan kebutuhan nyata, karena :

Prevalensi penyakit rematik terus


Tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang canggih semakin
Harga obat-obatan dan sarana diagnostik
semakin mahal
Globalisasi di bidang kesehatan

UPAYA PENCEGAHAN
Banyak mitos yang mengatakan bahwa

rematik merupakan akibat proses ketuaan


yang tidak bisa dihindari

Masyarakat menyerah
padahal banyak upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah nyeri dan
ketidak mampuan karena rematik

UPAYA PENCEGAHAN
Nyeri dan ketidak mampuan pada rematik
dapat dicegah dengan :

Diagnosis awal
Penatalaksanaan yang baik
Mengontrol BB/aktivitas fisik
Terapi fisik
Operasi pergantian sendi

MISALNYA
Osteo Arthritis lutut

dikurangi dengan mengurangi kegemukan


dan mencegah pekerjaan berat / cedera
olahraga

Nutrisi dan latihan fisik


perlu untuk menjaga kesehatan sendi

PENGOBATAN
Analgesik biasa

(Parasetamol)

adalah pilihan pertama mengatasi


arthralgia yang tidak disertai tanda
inflamasi
NSAID diberi dalam dosis efektif
terkecil
Gangguan lambung akibat NSAID
dapat timbul pada pasien usia
lanjut, mempunyai riwayat
perdarahan/tukak lambung dan
penyakit kardiovaskuler

MENCEGAH TUKAK
LAMBUNG
Diberi misoprostol, antagonis

reseptor H2 atau penghambat


selektif COX-2, karena antasid kurang
bermanfaat mencegah timbulnya
gangguan lambung akibat NSAID
Pada hamil pemberian NSAID
harus
dihentikan 2 bulan sebelum partus

NSAID
Bersifat nefrotoksik, khususnya bagi
penderita kelainan ginjal
Kombinasi 2 NSAID tidak me - kan efektivitas
NSAID menimbulkan dampak negatif
bila dikombinasikan dengan
metotreksat dosis tinggi,
antikoagulan oral, hipoglikemia
sulfonilurea, antihipertensi dan
kortikosteroid

OSTEOARTHRITI
S

OSTEOARTHRITIS
adalah penyakit sendi yang
paling banyak dijumpai dan prevalensinya
semakin meningkat dengan pertambahan
usia

Di Indonesia > daripada di negara Barat

Prevalensi : 13.5% penduduk usia


> 40 tahun

85% penderita terganggu aktivitasnya


sasaran utama adalah sendi lutut
nyeri pada waktu berjalan, jongkok
dan naik tangga
mengganggu secara ekonomi

MITOS
OA adalah penyakit ketuaan yang tidak
dapat dihindari seperti halnya uban atau
keriput

OA adalah penyakit yang tidak berbahaya


hanya mengakibatkan cacat minimal

Walaupun diagnosis dapat ditegakkan


dengan benar Manfaat pengobatan
penyakit ini hanya sedikit saja
Tidak Benar !
Parahnya OA pada usia lanjut
adalah akibat pajanan yang berkepanjangan
pada usia muda !

OSTEOARTHRITIS
= Penyakit Sendi Degeneratif

Penyakit kerusakan tulang rawan sendi


yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut
Secara Klinis ditandai dengan :
Nyeri
Deformitas
Pembesaran sendi
Hambatan gerak pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar yang

FAKTOR RISIKO
Diabetes Melitus
Kegemukan
Usia lanjut
Pekerjaan yang weight bearing exercise
Trauma
Olahraga
Penggunaan sendi berlebihan
Terapi Sulih Hormon
Kepadatan tulang

MANIFESTASI KLINIK
Penderita usia > 40 tahun mengeluh sakit dan

kaku pada persendian dan jaringan sekitarnya,


disertai keterbatasan gerakan sendi
Fenomena gel = kaku sesudah
istirahat/inaktivitas yang berlangsung singkat < 30
menit berhubungan dgn perubahan cuaca
Rasa sakit timbul secara intermitten dengan
intensitas ringan, bertambah waktu dipakai
dan berkurang bila diistirahatkan pada

stadium lanjut rasa sakit menetap, walau istirahat

SENDI YANG SERING


TERKENA
Weight Bearing Joint

Sendi yang sering menerima beban

Sendi lutut
Vertebra
Tangan

STRATEGI TERAPI

Komunikasi efektif !
Pengobatan diarahkan untuk
mengurangi nyeri agar aktivitas
penderita tidak terganggu
Umumnya dimulai dari analgesik
sederhana hingga golongan NSAID
Memperbaiki kerusakan tulang rawan
sendi
Meminimalisir faktor risiko yang ada
(menurunkan Berat Badan)

RHEUMATOID
ARTHRITIS

RHEUMATOID ARTHRITIS

adalah penyakit autoimun yang


menurut penelitian ditemukan
adanya sitokin pro inflamasi,
seperti interleukin 1 dan TNF
yang ditemukan pada sinovium
penderita

Banyak menyerang usia


produktif kecacatan yang

ditimbulkannya memberi dampak


ekonomi yang besar

PREVALENSI

Amerika Serikat , Kanada, Eropa :


1 % - 5.3%
Di Negara Berkembang
: 0.5
0.8 %
Di Indonesia
: 0.3 0.5 %
Pada 2-3x > daripada
Prevalensi meningkat sesuai
dengan umur, baik pada
maupun

FAKTOR RISIKO
Gender
Hormonal
Genetik
Infeksi

KRITERIA DIGNOSIS
ACR
Ditemukan 4 dari 6 kriteria ini :

Sendi-sendi kecil, bersifat


simetris
Sudah berlangsung > 6 minggu
Kaku pada pagi hari > 30 menit
Faktor rematoid serum (+)
Gambaran radiologis :

Osteoporosis Periartikuler

Laju Endap Darah 20 mm/jam

STRATEGI TERAPI
NSAID untuk mengatasi inflamasi
aktif
Pemberian obat golongan DMARDs

(Disease Modifying Arthritis Rheumatoid Drugs) sedini mungkin untuk

mencegah kerusakan sendi


Sangat toksik Pemantauan efek
samping :
MTX (Methotrexate)
Sulfazalasine

GOUT = PIRAI

GOUT = ARTRITIS PIRAI


adalah artritis yang bersifat akut, dengan
sendi predileksi yang terkena adalah MTP-1
(Meta-tarso-phalangeal) ,
ada riwayat kadar asam urat darah tinggi dan
keluhan nyeri sendi yang sering berulang

Diagnosis pasti dilakukan aspirasi cairan


sendi : Pemeriksaan kristal MSU =
Monosodium Urat

berupa jarum dengan warna kuning dan

PENGGOLONGAN GOUT

Gout Primer

99% idiopatik diduga berkaitan


dengan kombinasi faktor genetik
dan hormonal yang menyebabkan
me produksi asam urat atau me
ekskresi asam urat dari tubuh

Gout Sekunder

Me produksi asam urat karena


nutrisi (mengkonsumsi makanan

MANIFESTASI KLINIS

Kadar asam urat normal (3.5 7


mg/ dl) dan (2.6 6 mg/dl)
25% orang yang hiperurisemia akan
mengalami Gout dengan gejala nyeri
sendi yang biasanya mono-artikuler
predileksi pada MTP-1 (ibu jari kaki)
sehingga penderita tidak bisa jalan,
bahkan tidak bisa pakai sepatu
Nyeri mencapai puncak dalam 24 jam
pada tahap awal, tanpa
pengobatan akan sembuh dalam 3-4
hari remisi sempurna antara

PREVALENSI

Terjadi pada 2.1 juta orang di


Amerika 18% punya riwayat
keluarga
Terutama pada 40-50 th
Pada insiden meningkat pada waktu
menopause hormon estrogen
membantu pengeluaran asam urat
via urine
Jarang pada anak-anak/dewasa
muda

FAKTOR PENCETUS

Trauma sendi
Alkohol dan makanan mengandung
purin BENJOL (Bayam, Emping,
Nanas, Jeroan, Otak dan
Lemak/durian)
Obat-obatan
Tindakan pembedahan

FAKTOR PENCETUS
Tinggi pada suku bangsa :

Suku Maori di Australia


Penduduk pantai di daerah Manado
Minahasa

Karena kebiasaan makan ikan laut dan


mengkonsumsi alkohol

KOMPLIKASI

Terjadi deposit kristal urat di dalam


dan di sekitar sendi kecil dan besar,
parenkhim ginjal (Gout Nefropati) dan
dapat menimbulkan batu saluran
kemih

Dapat terjadi penyakit jantung koroner


karena kristal urat akan merusak
endotel / pembuluh darah koroner

STRATEGI TERAPI

Secepatnya hilangkan rasa nyeri dengan


NSAID. Bila ada gastritis / ulkus peptikum
beri SAID golongan Cox-2 inhibitor

yang menghambat prostaglandin yang


menyebabkan inflamasi dan nyeri
Beri juga kolkisin dosis tinggi setiap 6 jam
pantau terjadinya efek samping diare
Allopurinol (penurun asam urat) baru
diberikan setelah inflamasi mereda dan

dosis kolkisin diturunkan

PENCEGAHAN NUTRISI

Hindari makanan
yang mengandung
senyawa Purin :

Bayam, kangkung,
Kembang kol
Jamur, Asparagus
Melinjo
Daging, sarden, jeroan
Kepiting, tiram,udang
Kacang tanah

SLE

SISTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS


adalah penyakit autoimun
yang melibatkan berbagai organ
dengan manifestasi klinis bervariasi
dari yang ringan sampai berat,

dapat menyerang semua anggota tubuh, sendi,


kulit, ginjal, jantung, paru, pembuluh darah
dan otak

SISTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS


Sistem imun tubuh
kehilangan kemampuan untuk membedakan
antigen dan sel / jaringan tubuh
tubuh menghasilkan antibodi terus menerus
mencetuskan penyakit inflamasi imun
sistemik dengan kerusakan multi organ

Belum ada pengobatan yang tepat untuk


penyakit ini

FAKTOR RISIKO

8x lebih sering daripada


Lebih sering pada usia 20-40 tahun
20x lebih sering pada keluarga dengan
anggota keluarga menderita SLE
Estrogen me - risiko, androgen me -
risiko
Sinar Ultra Violet mengurangi supresi
imun terapi menjadi kurang efektif

FAKTOR RISIKO

3-5 x lebih banyak pada Afrika daripada US dan


sering terjadi pada Asia
Obat DILE = Drug Induced LE (Klorpromazin,
metildopa, isoniazid, prokainamid, hidralasin)
Pasien SLE mudah mendapat infeksi dan kadang2
penyakit ini kambuh setelah terjadi infeksi
Stres berat mencetuskan SLE pada pasien yang
sudah memiliki kecenderungan penyakit ini

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama dan pertama :


arthralgia di sendi tangan,
pergelangan tangan dan lutut
biasanya simetris dapat berpindah
atau menetap di satu sendi menjadi
menahun

Kelainan kulit spesifik bercak


malar menyerupai kupu-kupu di muka
dan eritema umum yang fotosensitif

MANIFESTASI KLINIS
Bercak discoid yang bersisik
terutama di daerah yang terkena
sinar matahari kebotakan di
kepala
Kelainan darah (anemia hemolitik)
Kelainan ginjal, jantung, Saluran
Pencernaan dan gangguan saraf

PROGNOSIS
Kurang baik

Penderita meninggal karena :

Gagal jantung
Gagal ginjal
Sepsis
Perdarahan serebral

OSTEOPOROSI
S

OSTEOPOROSIS
adalah suatu keadaan di mana nilai
Densitas Massa Tulang (BMD = Bone Mass
Density)
2.5 SD dibandingkan nilai rata-rata BMD
dewasa muda (WHO, 1994)

16% populasi > 50 tahun mengalami osteoporosis

Risiko meningkat secara eksponensial dengan

PREVALENSI
OSTEOPOROSIS
Analisis yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
dan pengembangan Gizi dan Makanan Depkes
pada sampel berusia < 45 tahun

Prevalensi osteoporosis adalah 41.7%

4 dari 10 penduduk Indonesia


memiliki risiko osteoporosis

PENYEBAB OSTEOPOROSIS

Kurang mengkonsumsi makanan berserat


Kurang mengkonsumsi kalsium
Banyak mengkonsumsi makanan berlemak
Kurang melakukan gerakan fisik

FAKTOR RISIKO

yang tidak bisa diubah

Gender :
Usia lanjut
Riwayat osteoporosis dalam keluarga
Ras : Asian dan Caucasian lebih
mudah terkena osteoporosis
dibanding Afrika
Bentuk badan yang kecil dan kurus
Anoreksia, diabetes, diare khronis,
penyakit ginjal, penyakit hati

FAKTOR RISIKO
yang bisa diubah

Merokok
Peminum alkohol
Kurang asupan kalsium
Kurang berolah raga
Berat Badan kurang
Penggunaan obat steorid,
phenobarbital, phenytoin

FRAKTUR TULANG

< 50 tahun fraktur pada >


> 50 tahun fraktur pada >
ada kaitannya dengan
pencapaian BMD puncak yang
rendah dan percepatan
hilangnya densitas massa
tulang akibat kadar estrogen
yang rendah pasca menopause

ASUPAN KALSIUM

Kalsium besar pengaruhnya dalam me-


dan mempertahankan massa tulang
Penyerapan kalsium pada anak-anak
mencapai 60%, orang dewasa lebih rendah
Kehilangan kalsium melalui kulit, usus
dan ginjal per harinya berkisar 100-200
mg
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi :

kebutuhan kalsium untuk usia 46-59 thn

ASUPAN PROTEIN

Asupan kalori, protein dan kalsium


berhubungan dengan pencapaian BMD
yang lebih tinggi
Asupan protein dan risiko fraktur tulang
pangkal paha perempuan pasca
menopause menunjukkan hubungan yang
negatif asupan protein, terutama protein
hewani, menurunkan risiko fraktur tulang
paha

DIET TINGGI SERAT


Meningkatkan ekskresi kalsium melalui feses

Penurunan BB dengan diet tinggi serat pada


menopause secara bermakna me -
hilangnya BMD melalui urine
meningkatkan risiko osteoporosis terutama
pada tulang belakang

Tidak reversibel

DIET VEGETARIAN
yang melakukan diet vegetarian
selama lebih dari 20 tahun mengalami
kehilangan mineral tulang 18%
dibandingkan
perempuan non vegetarian 35%
(Sinaski, 1989)

PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan Osteoporosis

Mengkonsumsi kalsium cukup jenis


makanan yang cukup mengandung kalsium
adalah sayuran hijau, jeruk, susu
Latihan fisik harus yang memberikan
pembebanan pada tubuh/anggota gerak
dan penekanan pada axis tulang (jogging,
aerobik, jalan naik/turun)
bukan berenang atau latihan fisik
yang berat dan berlebihan

PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan Osteoporosis

Hindari faktor yang dapat me - absorbsi


kalsium, meningkatkan resorpsi tulang
atau mengganggu pertumbuhan tulang
merokok, peminum alkohol. Bila perlu
tambahkan suplemen kalsium
Pengamanan usia lanjut dari risiko jatuh
obati hipotensi,
gangguan pengelihatan, hati-hati
penggunaan obat penenang

PENCEGAHAN SEKUNDER
Pada penderita Osteoporosis

Konsumsi kalsium dilanjutkan pd


menopause, 1200 1500 mg/hari untuk
mencegah negative calcium balance
pemberian kalsium bersama dengan
pemberian estrogen dapat menurunkan
kebutuhan dosis estrogen sampai 50%

ERT = Estrogen Replacement Therapy


dapat menurunkan risiko fraktur sampai
50% pada panggul, radius dan vertebra
Latihan Fisik latihan beban dan tarikan
(stretching) pada axis tulang

PENCEGAHAN SEKUNDER
Pada penderita Osteoporosis

Calcitonin bila digunakan selama 2


tahun : bekerja menghambat resorpsi
tulang dan dapat meningkatkan massa
tulang.
Indikasi pemakaian Calcitonin :
Pasien pasca menopause > 15 tahun
Pasien dengan nyeri akibat fraktur osteoporosis
Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid
waktu lama

Vitamin D dan Thiazide vitamin D


membantu tubuh menyerap dan

PENCEGAHAN TERSIER

Pada penderita fraktur Osteoporosis

Pasien jangan dibiarkan imobilisasi


terlalu lama sejak awal perawatan

susun rencana mobilisasi pasif sampai


aktif dan mandiri
Pemberian obat : biphosphonate,
calcitonin, NSAID bila ada nyeri
Rehabilitrasi medik : pemakaian ortose
spinal / korset dan program fisioterapi /
okupasi terapi agar pasien mandiri

POLA HIDUP PASIEN


OSTEOPOROSIS

Gunakan sepatu tanpa hak tinggi,


pakai sepatu sandal dan beralas karet
Hindari obat yang menimbulkan efek
sedasi, gangguan keseimbangan,
dizziness, pusing
Hindarkan barang-barang di rumah
yang dapat mengganggu kebebasan
langkah

(karpet, meja beroda)

POLA HIDUP PASIEN


OSTEOPOROSIS

Pemakaian pegangan pada tangga


Pencahayaan cukup untuk ruang
aktifitas pasien
Gunakan lampu malam di kamar
tidur dan kamar mandi
Kamar mandi dilengkapi dengan
pegangan dinding, karpet anti slip

POLA HIDUP PASIEN


OSTEOPOROSIS

Dapur dilengkapi dan disusun agar


pemakainya terhindar dari jatuh
Segera keringkan ubin basah
Gunakan kacamata, alat bantu dengar
dan tongkat sesuai kebutuhan
Hindari mengangkat barang berat
pada mereka yg berisiko osteoporosis

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai