Anda di halaman 1dari 16

Implikasi Undang Undang No 23 Tahun 2014

terhadap
Pengelolaa Kawasan Konservasi Perairan di Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara

Ir. ANDERIAS RENTANUBUN


BUPATI MALUKU TENGGARA

Kota Tual

Langg
ur

Maluku
Tenggara

LATAR BELAKANG PENETAPAN (KP3K)


(TAMAN WISATA PERAIRAN )
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
KKP3K ini diinisiasi bersama antara Pemerintah Daerah, WWF dan
Masyarakat Adat karena pertimbangan :
1. Perlindungan/Pelestarian
Penyu
Belimbing/TABOB
Coriacea) sebagai icon pariwisata Maluku Tenggara

(Dermochelys

2. Tingginya keanekaragaman hayati karena letak geografis yang sangat


strategis, dengan variasi iklim musiman, arus atau massa air laut dari
dua samudera, serta keragaman tipe habitat dan ekosistem yang
terdapat didalamnya. Perlindungan/Pelestarian Keanekaragaman hayati
meliputi kenakearagaman genetik, spesies dan ekosistem, yang nilai
manfaat baik secara ekonomis, sosial, budaya, dan estetika.
3. Melalui Kawasan konservasi diupayakan untuk terus mengembangkan
kapasitas kelembagaan adat masyarakat dan kearifan lokal yang dimiliki
4. Bentuk kontribusi Kami bagi upaya pencapaian Kawasan Konservasi Laut
dan 20 juta hektar pada tahun 2020
5. Mengembangkan suatu Kawasan Pariwisata Bahari yang berkelnjutan

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAN PULAU PULAU


KECIL (KP3K)
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Pengelolaannya sebagai
TAMAN WISATA PERAIRAN

POTENSI (KP3K)
(TAMAN WISATA PERAIRAN )
KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Kawasan
Seluas
150.000 Ha terdiri dari
1. Terdiri dari 31 pulau
kecil
2. Penuh
dengan
keanekaragaman
hayati, juga sangat
eksotis
3. Jalur migrasi/wilayah
makan
Tabob/Penyu
Belimbing
(Dermochelys
Coriacea).
4. Terdapat 10 (sepuluh)
spot diving/snorkling
5. Terdapat 1 kawasan
mangrove yang masih
terpelihara

BEBERAPA POTENSI PARIWISATA KP3K


(TAMAN WISATA PERAIRAN )
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Penyu Belimbing (Dermochelys Coriacea) atau
Leatherback merupakan penyu terbesar sekaligus juga
penjelajah
handal
lautan.
Dari
perkiraan
menunjukkan, selama dua puluh tahun terakhir
jumlah spesies ini menurun dengan cepat, khususnya
di kawasan pasifik hanya sekitar 2.300 betina dewasa
yang tersisa. Hal ini menempatkan penyu belimbing
pasifik menjadi yang paling terancam populasinya di
dunia
5 Destinasi Wisata Alam berupa Pantai yang Indah
Salah satunya Pantai Ngurbloat yang oleh seorang
fotografer legendaris
mengabadikan keindahan
kesempurnaan pantai itu dan memberikan catatan No
beach in the world surpass the powderfine sand of
the Kei archipelago pada foto itu. bahkan National
Geographic menyebutnya sebagai pasir pantai
terhalus di Asia.
Selain itu ada beberapa obyek wisata lainnya seperti
Desa Adat Tanimbar Kei, Situs Purba, Obyek Wisata
Religi berupa Taman Ziarah dan lain-lain.

TAHAPAN PENETAPAN KKP3K,


1. Penyusunan
Rencana
PengelolaanKawa
san
2. Pembentukan
Kelembagaan
Pengelola
Kawasan

3. Pendanaan
kawasan
konservasi
perairan.

Pengajuan
Usulan
Untuk
Penetapan
Pemerintah (KKP)

Penyusunan
Rencana Zonasi,
1. Unit organisasi
pengelola
berbasiskan
pemerintah
2. Unit organisasi
berbasis
pemerintah
dan
kolaborasi.

Unit
organisasi
berbasis
pemerintah dan
kolaborasi
dengan
Masyarakat dan
Swasta

UU 23 2014
1. DAU dan DAK untuk
Provinsi yang
Berciri Kepulauan
2. Dana percepatan
pembangunan
Daerah Berciri
Kepulauan
3. Sumber Lain yang

BLUD

RUU Hubungan
Keuangan Pusat
dan Daerah yang
berpihak.

Untuk Penetapan Kawasan Konservasi Perairan di


Maluku Tenggara Masyarakat Adat turut dilibatkan
secara aktif
Pendekatan dilakukan melalui Kelembagaan Adat,
seperti Raja, Badan Saniri Ohoi, Mata Rumah, dan
Pemilik Petuanan
Pencadangan Kawasan Konservasi ini mendapat
dukungan
yang luas dari masyarakat adat,
dan ada komitmen yang kuat
untuk segera
dilaksanakan

KETERLIBATAN MASYARAKAT ADAT KARENA BEBERPA


HAL PENTING YAITU :
Kawasan Konservasi berada pada wilayah petuanan
adat
yang
diatur
berdasarkan
hukum
adat
masyarakat setempat.
TABOB
/Penyu
Belimbing
yang
menjadi
icon
pariwisata Maluku Tenggara mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan peradaban atau adat
budaya masyarakat setempat.
Mendorong Masyarakat dan Kelembagaan Adat yang
ada untuk terus memelihara dan memperkuat
kearifan budaya lokal yang berhubungan dengan
konservasi seperti SASI dan NUHU VULVULIK
Sasi : Larangan pengambilan/eksploitasi sumberdaya alam pada kurun waktu
tertentu.:
Nuhu Vulvulik : Kawasan hutan/pesisir milik Desa yang dilindungi dan dilarang
untuk dimasuki sembarang orang, apalagi untuk dieksploitasi.

Program dan kegiatan


2015

- Pembentukan UPTD
- Pembangunan Kantor UPTD pada Kawasan
Konservasi
- Pembangunan Pos Pegawasan/Pengamanan
Zona Inti
- Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Masyarakat
- Pengadaan saran pengawasan
Program
dan
kegiatan Kedepan
- Pemberdayaan
Masyarakat
Pesisir
- Pegawasan
Perairan Berkelanjutan
- Penyusunan
RIPOW Kawasan
- Pembangunan Fasilitas Pusat Edukasi dan Rekreasi Kawasan
Konservasi
- Pembangunan pelabuhan/jeti Kawasan Konservasi
- Penguatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat
- Pembangunan/Pengembangan Museum Bahari
- Rehabilitasi Trumbu Karang
- Fesibility Study Pulau Pulau Kecil pada Kawasan Konservasi
- Pembangunan Monumen TABOB/Penyu Belimbing
- Pembangunan Sarana Prasarana Penunjang pada Kawasan dst

berdasarkan
UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Peraturan Pemerintah No. 60/2007 tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan
Kewenangan Pemerintah Daerah
Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Kewenangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah
itu meliputi:
Perairan laut 1/3
dari wilayah kewenangan pengelolaan
provinsi atau 4 mil.
Perairan payau dan/atau perairan tawar yang berada dalam
wilayah kewenangannya.
Dalam implementasinya :
1. Bupati/Walikota hingga tahun 2013 telah mencadangkan 66 Kawasan
Konservasi dengan total luasan 6.065.014 hektar.
2. Bupati/Walikota juga membentuk :
. Unit organisasi pengelola dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD)
. Unit Organisasi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk

UU NOMOR 23 TAHUN 2014

1)
2)
a.
b.
c.
d.
e.
3)

4)

5)

Pasal 27
Daerah provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya
alam di laut yang ada di wilayahnya.
Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di
laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut
di luar minyak dan gas bumi;
pengaturan administratif;
pengaturan tata ruang;
ikut serta dalam memelihara keamanan di laut; dan
ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan negara.
Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di
laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling jauh 12 (dua
belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau
ke arah perairan kepulauan.
Apabila wilayah laut antardua Daerah provinsi kurang dari 24 (dua
puluh empat) mil, kewenangan untuk mengelola sumber daya alam
di laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis
tengah dari wilayah antardua Daerah provinsi tersebut.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak
berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil.

IMPLIKASI
PERUBAHAN DALAM UU NO 23 TAHUN 2014 PADA PENETAPAN KKPD
1. KKPD yang telah Kami rintis bersama WWF dan masyarakat Adat untuk
dicadangkan bisa terabaikan dan tidak terurus. Dengan resentralisasi ini
jangan-jangan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota selaku SKPD yang
bertanggungjawab atas fungsi konservasi perairan akan dihapus, karna Struktur
Organisasi Pemerintah harus mengikuti fungsi urusan dan kewenangan.
2. Kewenangan Konservasi hanya di Provinsi atau pusat, sehingga KKP Kabupaten
yang sudah dirintis pemerintah daerah Kab dan Masyarakat bisa saja dianggap
tidak penting dan hilang. Pada hal KKPD tersebut benar-benar bisa
dikembangkan untuk kepentingan, dan atas dasar aspirasi atau dukungan
masyarakat lokal kabupaten
3. Efektivitas Pengelolaan KKP juga akan
KKPD ini berada di tangan pemerintah
dimulai dari awal lagi, dan tidak banyak
pengetahuan dan komitmen yang kuat
KKP.

semakin berat, jika Pengelolaan KKPDprovinsi. Penataan pengelolaan harus


orang di level provinsi yang mempunyai
tentang pencadangan dan pengelolaan

4. Dari aspek efisiensi, jarak pusat, atau pemerintahan provinsi dengan KKPDKKPD tersebut cukup jauh sehingga membuat upaya pengelolaan menjadi lebih
mahal
5. Diperkirakan 66 KKP dengan total luasan 6.065.014 hektar yang telah
dicadangkan oleh para Bupati/Walikota akan menyusut setelah kewenangan
Kabupaten/kota dicabut

BEBERAPA TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN


KONSERVASI PERAIRAN KABUPATEN/KOTA KEDEPAN ADALAH

1) Pemerintah harus bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten/kota


dalam mengelola KKPD dalam bentuk tugas perbantuan (TP) atau
mekanisme lainnya. Seperti mendelegasikan pengelolaannya kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota.
2) Harus ada penegasan pencadangan KKP Kab/Kota oleh Gubernur,
sehingga keberadaannya tetap terjamin. Perlu pembicaraan intensif
Kabupaten/Kota dengan Provinsi, guna menjelaskan urgensi dari
kawasan konservasi yang telah dicadangkan dari aspek ekologi,
ekonomi, dan sosio kultural sehingga KKP tersebut tetap eksis.
3) Kebijakan DAU dan DAK harus memperhatikan Daerah Kabupaten
yang berciri Kepulauan dilakukan dengan cara menghitung luas
lautan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota yang
Berciri Kepulauan dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah
laut.
4) Pemerintah Pusat harus memprioritaskan program/kegiatan perikanan
berkelanjutan pada Kabupaten/Kota Pengelola Kawasan Konservasi.
5) Diperlukan Kerangka Regulasi yang jelas tentang kerwenangan
pengelolaan Kawasan Konservasi Kabupaten/Kota secara khusus.
5) Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan Pemerintah
Pusat perlu mengalokasikan dana percepatan di luar DAU dan DAK

Terima Kasih...

Anda mungkin juga menyukai