Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KASUS

SUSPEK TONSILITIS
DIFTERI
Oleh : cecep kurnia s
pembimbing : dr.Tundjungsari, Sp. A

Identitas Pasien

Nama Pasien
Usia
Jenis Kelamin
NO RM
Nama Orang tua
Agama
Alamat
Masuk Rumah Sakit

: An. n
: 05 tahun
: perempuan
: 114155-2016
: Ny. I P
: kiristen katolik
: Temenggungan, ambarawa
: 15 Nov 2016

ALLOANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan Tambahan : Nyeri menelan dan
batuk berdahak.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 5 hari SMRS, OS mengalami demam
tinggi. Demam dirasakan sepanjang hari
tetapi tinggi saat malam hingga esok paginya.
Esok harinya, ibu pasien memberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol sirup.

Demam dirasakan sudah turun dalam


waktu satu. Demam kembali muncul pada
esok harinya dan dirasakan sepanjang
hari walaupun sudah diberi obat penurun
panas. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada saat menelan sejak 5 hari yang lalu.
Nyeri pada tenggorokan pasien juga
diikuti dengan batuk yang berdahak.

Nafsu makan berkurang, nyeri tenggorkan


dan sulit menelan sehingga pasien
tampak lemas.
Selain itu ibu pasien juga mengatakan
bahwa saat tertidur, tampak ada suara
ngorok yang tidak biasanya didengar oleh
ibu pasien saat pasien tersebut tertidur.

Sakit tenggorokan dan batuk pada psien


tidak diiringi dengan keluhan di bagian
telinga ataupun pendengaran.
Pasien juga tidak mengeluhkan adanya
gangguan di penghidu dan pasien juga
tidak mengeluhkan adanya gangguan
pada bagian hidungnya, namun 1 hari
SMRS keluar cairan bening pd hidung
pasien

Satu hari SMRS OS masih demam walaupun


sudah diberi obat penurun panas. Pada leher
pasien tampak benjolan pada leher kanan
dan kiri,os kesulitan untuk menelan karena
merasa sakit, saat pasien tertidur pasien
terdengar suara seperti orang ngorok dan
nafas pasien berbau busuk.
Menurut nenek pasien ada dua orang temen
pasien yg mengalami hal yg sma yaitu batuk2
dan leher kanan-kirinta tampak bengkak

Hari masuk rumah sakit pasien nampak


lemas, badannya panas dan mengeluhkan
nyeri tenggorokan dan lehernya makin
membengkak di sebalah kanan dan kiri,
nenek pasien akhirnya membawa pasien
ke IGD RSUD Ambarawa.

Riwayat
RiwayatPenyakit
PenyakitDahulu
Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan demam yang lebih dari tiga hari.
Pasien belum pernah mengalami keluhan demam yang lebih dari tiga hari.
Riwayat demam tinggi lalu kejang disangkal.
Riwayat demam tinggi lalu kejang disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
Riwayat alergi disangkal.
Riwayat dirawat di rumah sakit karena penyakit infeksi telinga, tonsil/amandel
Riwayat dirawat di rumah sakit karena penyakit infeksi telinga, tonsil/amandel
dan saluran nafas atas disangkal
dan saluran nafas atas disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan demam pada anggota keluarga lain disangkal.
Keluhan yg sama pd keluarga disangkal
Riwayat alergi disangkal
Keluarga pasien dan ibu pasien menderita Tuna Rungu dan Tuna
wicara kongenital kecuali nenek pasi

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Riwayat Makan
ASI sampai umur 1 tahun
MPASI usia 5 bulan, bubur susu
Sekarang diberi makan nasi, sayur dan lauk pauk

Riwayat alergi : alergi obat dan makanan


tidak ada
Riwayat pengobatan: ke klinik tidak
membaik

imunisasi

Riwayat Tumbuh Kembang

Kesan : tumbuh kembang sesuai usia

Kuning: tuna rungu dan tuna


wicara

Novita 5
tahun

Riwayat psikososial
Pasien tinggal bersama lima orang yaitu, nenek,
ibu, pasien dan kedua kakak ibu pasien. Ibu
pasien dalah seorang single parents dan
menderita tuna rungu dan tuna wicara sejak
lahir. Ibu pasien bekerja senbagai penjahit, dan
Nenek pasien seorang pensiunan guru TK.
Pasien
berobat
menggunakan
fasilitas
JAMKESDA

Antropometri
BB : 15 kg TB : 102 cm
BB/U
: 0>Z >(-2)
TB/U
: 0>Z>-2
BB/TB : 0>z>-1
Kesan gizi menurut z score who ; gizi
cukup

Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum
: Tampak lemas,
tampak sesak, pasien tampak sakit
sedang.
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Suhu : 38,5 oC
Nadi
: 98 x/menit, kuat angkat,
reguler, isi cukup
RR
: 30 x/ menit

Status Generalis
:
Kepala : Normocephal.
Rambut
: Hitam, distribusi rambut
merata, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik
-/-, refleks pupil +/+, isokor 2mm/2mm.
Telinga : Bentuk normal,simetris, sekret (-)
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum
deviasi dekstra atau sinistra, sekret(+)
serosa, konka eutrofi,pernapasan cuping
hidung (+)

Status lokalis
Tenggorokan : Arkus faring edema, uvula
ditengah, Faring hiperemis, Tonsil T3- T3
tampak adanya selaput putih kental yang
melapisi tonsil.
Mulut : Mukosa bibir basah (+), coated
tongue (-),
Leher : teraba pembesaran KGB cervical
submandibular bilateral ukuran 4cm,
mobile, tidak nyeri tekan, tidak eritema,
kesan bull neck.

Thorax
Paru : I : simetris, retraksi (-/-)
P : bagian dada tertinggal (-)
P : tidak dilakukan
A : vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (+/+)
Jantung : I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordia teraba pada linea
midcalvicularis
P : batas jantung normal
A : bunyi jantung I dan II reguler,

murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I : datar, asites (-)


P : nyeri tekan (-), turgor kulit kembali
agak lambat
P : timpani keempat kuadran
A : Bising usus normal
Eks. : Atas : akral hangat, CRT < 2 detik,
edema (-/-), sianosis (-)
Bawah : akral hangat, CRT < 2
detik, edema (-/-), sianosis (-)
Kelenjar inguinal : Dalam batas normal

Lab tgl 08 nov 2016

Resume
Pasien anak perempuan usia 5 tahun, datang
dengan keluhan demam sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan
penurunan nafsu makan nyeri tenggorokan lebih
berat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam dirasakan sepanjang hari dan tinggi
saat malam hari. Ibu pasien mengatakan bahwa
saat pasien tertidur terdengar suara mengorok
yang tidak biasanya ibu pasien dengar -/+ 2 hari
terakhir ini, dan leher kanan kiri pasien terlihat
membengkak.

pemeriksaan fisik: keadaan tampak sakit


sedang dan kesadaran compos mentis . Tanda
vital : Suhu 38,8 Celcius Nadi 99 x/menit, dan
RR : 30 x/menit. Pada tenggorok didapatkan
adanya pembesaran pada tonsil dengan
ukuran T3-T3 dengan selaput berwarna putih
yang menutupi tonsil, dan arkus faring yang
edem serta dinding faring yang hiperemis.
Dari
pemeriksaan
laboratorium
hasil
peningkatan leukosit

DIAGNOSA KERJA

Suspek Tonsilitis difteri


DIAGNOSA BANDING

Tonsilitis membranosa

Terapi
Medikamentosa
Tatalaksana di bangsal/ruang rawat :
Cairan IVFD RL 19 tpm makro

Kebutuhan cairan rumatan anak dengan


BB 15kg = (10 x 100) + (5 x 50)
= 1250 ml/ kgBB adalah :
= (1250) x 20 / (24 x 60) = 19,33 ~ 19 tpm
makro

Obat :
INJEKSI penisilin prokain 50rb unit/kgbb (im)
selama 7 hari
ADS 40000 unit
Paracetamol injeksi 10-15 mg/kgbb/kali setiap 4
jam, bila demam dibawah 38 ganti oral

Non Medikamentosa
Isolasi
Diet : Makanan cair
Planning
Observasi TV dalam waktu setiap jam
Tetap lakukan terapi pasien dengan diagnosis Difteri
sampai hasil Swab tenggorok keluar
Lakukan cek Swab tenggorok
Cek Lab darah rutin tiap (jika perlu)
Observasi sesak / 4 jam
Lapor dinkes

PROGNOSIS
Qua ad vitam
: dubia ad bonam
Qua ad functionam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam
: dubia ad bonam

Follow UP

Tinjauan Pustaka

Tonsilitis difteri

Pembesaran Tonsil

Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatine
yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar
limfa yang terdapat di dalam rongga mulut, yaitu:
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsi
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), dan
tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/Gerlachs tonsil).

Tonsilitis membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan
tonsillitis membranosa adalah (a) Tonsilitis
difteri, (b) Tonsilitis septik, (c) Angina Plaut
Vincent, (d) Penyakit kelainan darah seperti
leukemia akut, anemia pernisiosa, neutropenia
maligna, serta infeksi mono-nukleosis, (e) Infeksi
jamur moniliasis, aktinomikosis dan
blastomikosis..

12/09/16

12/09/16

TONSILITIS DIFTERI

DEFINISI
difteri adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh Corynebacterium Diphteriae,
Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring,
hidung dan kadang pada kulit, konjungtiva,
genitalia dan telinga. Infeksi ini menyebabkan
gejala-gejala local dan sistemik terutama karena
eksotoksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme
pada tempat infeksi.

12/09/16

Tonsilitis

PENULARAN
dapat ditularkan melalui kontak
dengan karier atau seseorang yang
sedang menderita difteri.
Bakteri dapat disebarkan melalui
DROPLET: batuk, bersin atau berbicara.

12/09/16

Difteri

EPIDEMIOLOGI
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat
keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak.
Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak
berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi
tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun orang
dewasa masih mungkin terkena

12/09/16

ETIOLOGI
Penyebab difteri adaah Corynebacterium
diphteriae merupakan basil gram positif tidak
teratur, tidak bergerak, tidak membentuk spora
dan berbentuk batang pleomorfis. Koloni-koloni
bakteri tsb berwarna putih kelabu pada medium
Loeffler. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh
kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer anti toksin sebesar 0,03
satuan per cc darah dapat dianggap cukup
memberikan dasar imunitas. Hal inilah yang
dipakai pada tes Schick.

12/09/16

Patofisiologi
Kuman melekat serta berbiak pada mukosa
saluran nafas atas
Toxin difteri (fragmen A & B) YG dpt meyebar melalui p.darah dan limfe
Inflamasi sel setempat

Menghambat enzim translokase : rangkaian


polipetida tdk trbntuk

Nekrosis sel di daetrah kolonisasi kuman


Timbulah eksudat, dilapisi oleh fibrin dan
eoitel membentukn suatu membran yg bila
dilepas berdarah

Gambaran klinik
12/09/16

Manifestasi Klinis
Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu
1. gejala umum
2. gejala local dan
3. gejala akibat eksotoksin.

Gejala umum

Gejala umum seperti gejala infeksi yaitu


demam biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak
nafsu makan, badan lemah, serta keluhan nyeri
menelan.

12/09/16

Gejala
local

12/09/16

Gejala local berupa tonsil membengkak ditutupi


bercak putih kotor yang makin lama makin
meluas dan bersatu membentuk membrane semu.
Membran ini dapat meluas ke palatum mole,
uvula, nasofaring, laring, trakea dan bronkus
serta dapat menyumbat saluran napas. Membran
semu ini melekat pada dasarnya, sehingga apabila
diangkat akan mudah berdarah.
Pada perkembangan penyakit ini bila berjalan
terus, kelenjar limfe leher akan membengkak
sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai
leher sapi (bull neck) atau disebut juga
Burgemeesters hals.

12/09/16

Gejala eksotokin
Gejala akibat eksotoksin akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh, yaitu pada jantung
dapat terjadi miokarditis sampai decompensatio
cordis, mengenai saraf cranial menyebabkan
kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernapasan dan pada ginjal menmbulkan
albuminuria

12/09/16

Diagnosis
Diagnosis
tonsillitis
difteri
ditegakkan
berdasarkan gambaran klinik, tes Schick dan
pemeriksaan preparat langsung kuman yang
diambil dari permukaan bawah membrane semu
dan
didapatkan
kuman
Corynebacterium
diphteriae.
Diagnosis pasti dengan isolasi C. diphteriae
dengan pembiakan pada media Loeffler.

12/09/16

Terapi
Isolasi dn Karantina
Penderita diisolasi sampai biakan negative 3 kali
berturut-turut setelah masa akut terlampaui.
Kontak penderita diisolasi sampai tindakantindakan berikut terlaksana:
Biakan hidung atau tenggorok
Sebaiknya dilakukan tes Schick (tes kerentanan
terhadap difteri)
Evaluasi gejala klinis setiap hari sampai masa
tunas terlewati

12/09/16

Tatalaksana Medikamentosa
Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa
menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya
penyakit. Oleh karena pada pemberian ADS
terdapat kemungkinan terjadinya reaksi
anafilaktik, maka harus tersedia larutan
Adrenalin 1:1000 dalam semprit.
Antibiotik penisilin prokain IM 50rb IU /kgbb
selama 14 hari.
Antipiretik untuk simptomatik.

Prognosis
gagal nafas, Laringitis difteri dapat

berlangsung cepat, membrane semu menjalar ke laring


dan menyebabkan gejala sumbatan

Miokaditis,

neuritis diafragma setelah 3mg


Gagal ginjal akut

12/09/16

Ancaman

12/09/16

DIAGNOSIS BANDING

Tonsilitis septik
12/09/16

Etiologi
Penyebab tonsillitis septic adalah Streptococcus
haemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga
dapat timbul epidemic. Oleh karena di Indonesia susu
sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum
diminum, maka penyakit ini jarang ditemukan.
Manifestasi Klinis
Demam tinggi, sakit sendi, malaise, nyeri kepala,
mual dan muntah. Mukosa faring dan tonsil hiperemis,
bercak putih, edema sampai uvula, dan mulut berbau.
Terapi
Antibiotik gram +/broad spectrum dan terapi
simptomatik

ANGINA PLAUT VINCENT


(Stomatitis Ulsero Membranosa)
12/09/16

Etiologi
Bakteri

sphinocaeta atau
triponema yang didapatkan
pada penderita dengan
hygiene mulut yang kurang
dan defisiensi vitamin C.
Gejala

Demam

sampai 39C, nyeri


kepala, badan lemah,
gangguan pencernaan, nyeri
dimulut/stomatitis,
hipersalivasi, gigi dan gusi
mudah berdarah

Mukosa mulut dan faring hiperemis,


tampak membrane putih keabuan
diatas tonsil, uvula, dinding faring,
gusi serta prosesus alveolaris, mulut
berbau (foetor ex ore) dan kelenjar
submandibula membesar

12/09/16

Terapi
Antibiotik spectrum luas selama 1 minggu
Perbaiki hygiene mulut
Vitamin C dan vitamin B kompleks

Anda mungkin juga menyukai