Anda di halaman 1dari 37

Kelompok 1

1)
2)
3)
4)

Ibrohim Habiburrohma (M0515018)


Mauluah Susmawati
(M0515024)
Muhsin Ahadi
(M0515026)
Sekar Sanjung Y (M0515037)

Pancasila dalam
Sejarah
Ketatanegaraan

Suatu bangsa dalam mewujudkan cita-cita kehidupannya


dalam

suatu

negara

modern,

secara

objektif

memiliki

karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui suatu proses serta


perkembangan sesuai dengan latar belakang sejarah, realitas
sosial, budaya, etnis, kehidupan keagamaan, dan konstelasi
geografis yang dimiliki oleh bangsa tersebut.

Nilai-nilai Pancasila dalam


Kebudayaan Indonesia Asli
a. Sila Pertama
Orang Indonesia telah mengenal pengakuan
dan pemujaan antara lain kepercayaan animisme,
dinamisme, berupa kekuatan-kekuatan gaib.
b. Sila Kedua
Orang Indonesia telah memiliki rasa
kemanusiaan ditunjukkan dengan kesediaan
bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa
dari negeri jauh.

c. Sila Ketiga
Sejak awal peradaban Indonesia hidup dalam
kesatuan-kesatuan kecil yang disebut suku.
d. Sila Keempat

Orang Indonesia yang hidup dalam ikatan suku itu


dijiwai semangat kekeluargaan yang besar (komunal).
Mereka sudah mulai menerapkan cara berunding,
berembug, bermusyawarah ataupun bergundem dan
gotong royong dalam menghadapi persoalan.

e. Sila Kelima
Orang Indonesia telah mengenal organisasi masyarakat,
meskipun kecil bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
warganya.

Nilai-nilai Pancasila dalam Nilai


Keagamaan
Berikut ini nilai-nilai Pancasila pada tahap perkembangan
pengaruh budaya Hindu/Budha:
a. Sila Pertama
Memperkaya kepercayaan Indonesia dengan adanya
agama Hindu dan Budha sebagai agama baru.
b. Sila Kedua
Memperkuat rasa kemanusiaan yang semakin
berkembang dengan menerima orang-orang asing untuk
berkarya dan menerima perkawinan antar bangsa.

c.

Sila Ketiga
Memperkuat adanya ikatan masyarakat, sehingga
ikatan warga diperluas dan diperkuat bahkan memperkuat
pula sikap cinta tanah air.
d. Sila Keempat
Memperkuat berlakunya prinsip musyawarah seperti
Raja punya dewan penasehat di kalangan masyarakat yang
jauh dari istana.
e. Sila Kelima
Memperkuat usaha untuk mencapai kesejahteraan
umum seperti pembangunan bendungan, pembebasan
pajak dan memberikan jasa penyebrangan di sungai.
Semua dilakukan untuk mencapai kesejahteraan umum.

Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah


Bangsa Indonesia
Zaman Kutai
Ditemukan prasasti 7 yupa (tiang batu) pada tahun 400M.
Dari prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman
mengadakan kenduri dan sedekah kepada para Brahmana dan
para Brahmana membangun yupa sebagai tanda terima kasih.
Masyarakat Kutai yang membangun zaman sejara Indonesia
pertama kalinya menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan
ketuhanan.

Zaman Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang
cukup disegani di kawasan Asia selatan pada zaman kejayannya.
Perdagangan yang dilakukan dengan mempersatukan pedagang
pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah
sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga
rakyat mudah untuk memasarkan barang dagangannya.
Sriwijaya juga sudah mengembangkan tata negara dan tata
pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan-peraturan
yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.

Zaman Kerajaan Majapahit

Pada zaman Majapahit agama Hindu dan Budha hidup berdampingan


dengan damai. Dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu
Prapanca, terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang
buku Sutasoma, di dalam buku itu dapat dijumpai seloka persatuan
nasional yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang melambangkan bangsa
dan negara indonesia yang tersusun dari berbagai unsur rakyat
(bangsa) yang terdiri atas berbagai macam suku, adat-istiadat,
golongan, kebudayaan dan agama, wilayah yang terdiri atas beriburibu pulau menyatu menjadi bangsa dan negara Indonesia.

Zaman Penjajahan
Setelah majapahit runtuh pada permulaan abad 16, maka
berkembanglah agama Islam dengan pesat di Indonesia.
Bersamaan dengan itu berkembang pula kerajaan-kerajaan
Islam dan mulai lah berdatangan orang-orang Eropa di
nusantara untuk mencari pusat tanaman rempah-rempah.
Portugis masuk ke Indonesia, awalnya berdagang, kemudian
mulai menunjukkan perannya dalam bidang perdagangan yang
meningkat menjadi praktik penjajahan.

Pada akhir adab ke 16, bangsa Belanda datang ke Indonesia


dan mendirikan perkumpulan dagang yang bernama VOC.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan
sehingga rakyat mulai melakukan perlawanan.
Perlawanan-perlawanan tersebut antara lain :
Perlawanan Sultan Agung (1613-1645)
Perlawanan Sultan Hasanudin (1667)
Perlawanan Sultan Ageng Tirtoyoso (1684)
Perlawanan Kapitan Pattimura (1817)
Perlawanan Imam Bonjol (1821-1837)

Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat


untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali
lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan diantara
mereka

dalam

perlawanan

perlawanan

tersebut

melawan

senantiasa

menimbulkan banyak korban.

penjajah,

kandas

dan

maka
bahkan

Kebangkitan Nasional
Pada abad XX di panggung Politik Internasional terjadi
pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan sutau kesadaran
akan kekuatannya sendiri. Di antaranya:
Republik Philipina (1898), dipimpin Joze Rizal
Kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905)
Gerakan Sun Yat Sen dengan Republik Cina-nya (1911)
Partai Konggres di India dengan tokoh Tilak dan Gandhi

Di Indonesia bergolak kebangkitan akan kesadaran berbangsa


yaitu kebangkita nasional (1908) dipelopri oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi Utomo-nya. Gerakan ini merupakan
awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
merdeka, yang memiliki kehormatan dan martabat dengan
kekuatannya sendiri.
Berdirinya Budi Utomo inilah yang memunculkan organisasiorganisasi pergerakan lainnya.

Organisasi-organisasi pergerakan lainnya antara lain:


Sarekat Dagang Islam (SDI) (1909) yang kemudian
menjadi Sarekat Islam (SI) (1911) di bawah H.O.S.
Cokroaminoto
Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh Douwes
Dekker, Ciptomangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.
PNI (Partai Nasional Indonesia) tahun 1927, yang
dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono,
dan tokoh lainnya.

Sejak berdirinya organisasi-organisasi tersebut, mulailah kini


perjuangan nasional Indonesia dititikberatkan pada kesatuan
nasionaldengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Perjuangan rintisan kesatuan nasional kemudian diikuti dengan
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya satu
Bahasa, satu Bangsa, dan satu tanah air Indonesia. Lagu
Indonesia Raya pada saat itu pertama kali dikumandangkan dan
sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa
dan bernegara.

Zaman Pendudukan Jepang


Setelah Belanda diserbu tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940
dan jatuh pada tanggal 1940, Ratu Wihelmina dengan segenap aparat
pemerintahannya mengungsi ke Inggris. Janji Belanda tentang Indinesia
merdeka kelak di kemudian hari dalam kenyataannya hanya suatu
kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi kenyataan.
Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda Jepang
Pemimpin Asia, Jepang Saudara Tua Bangsa Indonesia. Karena dalam
Perang Dunia II Jepang semakin terdesak, maka pemerintah Jepang
menjanjikan Indonesia merdeka kelak di kemudian hari agar mendapat
dukungan bangsa Indonesia.

Sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan


yang

bertugas

untuk

menyelidiki

usaha-usaha

persiapan

kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai Dr.
K.R.T. Radjiman Wediodinongrat, Ketua Muda R.P. Soeroso dan
60 orang anggota.

SIDANG BPUPKI

Sidang BPUPKI Pertama


(29 Mei 1 Juni 1945)
Pembahasan Dasar Negara
Pertama

kali

diajukan

oleh

ketua

KRT

Radjiman

Widiodiningrat. Tetapi, dalam hal itu menyebabkan banyak pihak


yang keberatan, karena menyangkut kehidupan filosofi negara,
sehingga memperlambat usaha memperoleh kemerdekaan.

Walaupun demikian, akhirnya

pembicaraan dasar negara

mendapat perhatian, sehingga muncullah tiga tokoh yang


membahas tentang dasar negara. Tiga tokoh tersebut adalah Muh.
Yamin, Soepomo, Ir. Soekarno. Dalam sidang BPUPKI ini,
lahirlah pidato secara berurutan.

Dalam pidato Ir. Soekarno, lahirlah istilah Pancasila yang


artinya lima asas dasar berdirinya negara Indonesia.

Pancasila
Trisila
Ekasila

Terdapat perbedaan isi sila dalam Piagam Jakarta dengan sila Pancasila
yang sah, yaitu pada sila pertama.
Hasil Sidang BPUPKI Pertama:
1.

Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang


kemudian berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.

2.

Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari


Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami
berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam
Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.

3.

Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.

4.

Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai


badan musyawarah darurat.

Sidang BPUPKI Kedua


(10 Juli 16 Juli 1945)
Pada sidang BPUPKI kedua dibentuklah Panitia Sembilan
sebagai reaksi terhadap diterimanya secara aklamasi atau
pemilihan umum Pancasila sebagai calon dasar negara
Indonesia merdeka.
Hasil perundingan Panitia Sembilan menghasilkan Piagam
Jakarta (Jakarta Center).

Sidang Pertama PPKI


(18 Agustus 1945)
Hasil keputusan sidang:
1. Mengesahkan Undang Undang Dasar 1945
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden pertama
3. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP)

Sidang Kedua PPKI


(19 Agustus 1945)
Hasil keputusan sidang:
1. Penetapan 8 daerah Propinsi
2. Pembentukan 12 Kementrian (Departemen)

Sidang Ketiga PPKI


(20 Agustus 1945)
Hasil keputusan:
1. Pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat)
2. Membahas agenda Badan Penolong Keluarga Korban Perang

Sidang Keempat PPKI


(22 Agustus 1945)
Hasil keputusan sidang:
1. Membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional
Indonesia yang berpusat di Jakarta.

Masa Setelah Proklamasi


Kemerdekaan
Setelah merdeka, ternyata bangsa Indonesia masih menghadapi
kekuatan Sekutu yang berupaya untuk menanamkan kembali
kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk
mengakui pemerintah NICA untuk melawan propaganda
Belanda pada dunia Internasional, maka pemerintah RI
mengeluarkan 3 buah Maklumat.

Maklumat:
1.
Maklumat Wakil Presiden nomor 10 (16 Oktober 1945),
yang menghentikan kekuasaan luar biasa dari presiden
sebelum binasa waktunya.
2.
Maklumat Pemerintah (3 November 1945) tentang
pembentukan partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh
rakyat.
3.
Maklumat Pemerintah (14 November 1945), yang intinya
maklumat ini mengubah sistem kabinet Presidensial
menjadi kabinet Parlementer berdasarkan asas Demokrasi
Liberal.

Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidakstabilan di


bidang Politik.

Pembentukan Negara Indonesia RIS


Sebelum persetujuan KMB (Konferensi Meja Bundar), bangsa
Indonesia telah memiliki kedaulatan. Persetujuan KMB
bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau
pengakuan kedaulatan.
Sebagai hasil dari KMB, maka ditandatangani suatu perseujuan
oleh Ratu Belanda, Iliana dan wakil pemerintah RI di kota Den
Haag pada tanggal 27 Desember 1949.

Hasil Konstitusi RIS antara lain:


1. Menentukan bentuk negara Serikat (Federalis) yaitu 16
negara bagian.
2. Menentukan sifat pemerintahan berdasarkan asas
Demokrasi Liberal, dimana mentri-mentri bertanggung
jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada
parlemen.
3. Mukadimah konstitusi RIS telah menghapuskan sama
sekali jiwa dan semangat maupun isi Pembukaan UUD
1945, Proklamasi Kemerdekaan sebagai naskah
Proklamasi yang terinci.

Terbentuknya NKRI tahun 1950


Pada suatu ketika, negara bagian dalam RIS tinggal 3 buah
negara bagian saja, yaitu:
1.

Negara Bagian RI Proklamasi

2.

Negara Indonesia Timur

3.

Negara Sumatra Timur

. Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan RI tanggal 19


Mei 1950, maka seluruh negara bersatu dalam negara Kesatuan
dengan konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17 Agustus
1950.

Dekrit Presiden (5 Juli 1959)

Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat


memenuhi harapan dan keinginan masyarakat, bahkan
mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang politik,
ekonomi, sosial, maupun Hankam.

Atas dasar inilah, maka Presiden akhirnya mengeluarkan


Dekrit atau Pernyataan pada tanggal 5 Juli 1959, yang isinya:
1.
Membubarkan Konstituante
2.
Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya kembali UUDS 1950
3.
Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.

Anda mungkin juga menyukai