Anda di halaman 1dari 23

HUKUM PAJAK, LECTURE

UTANG PAJAK

TUJUAN
PEMBAHASA
N

1. Menyebutkan dan menjelaskan sebab-sebab timbulnya


kewajiban pajak.
2. Menyebutkan dan menjelaskan sebab-sebab hapusnya
utang pajak.
3. Menyebutkan pihak-pihak yang wajib membayar pajak.

T I M B U L N YA U TA N G PA J A K
Apabila melihat timbulnya utang pajak bahwa
utang pajak timbul karena surat ketetapan pajak
( ajaran formal), ajaran ini diterapkan pada official
assesment system. Perbedaan dengan ajaran materiil
bahwa utang pajak timbul karena udang-undang.
Ajaran ini diterapkan pada self assesment system.
Saat terutangnya pajak.
a. Pajak penghasilan (PPh)
Saat terutangnya PPh pasal 22 UU PPh no 7 tahun
1983,
1. PPh pasal 22 atas impor barang terutang pada
saat pemabyaran bea masuk. Dalam hal impor barang
tersebut mendapatkan fasilitas penundaan atau
dibebaskan dari bea masuk, maka PPh pasal 22
terutang pada saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan impor barang (PIB).

2. PPh pasal 22 atas pembelian barang yang


dananya berasal dari APBN/APBD terutang
pada saat pembayaran.
3. PPh pasal 22 atas pembelian barang yang
berasal dari badan-badan tertentu yang
ditunjuk sebagai pemungut PPh pasal 22
terutang pada saat pemabayaran.
4. PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi
semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif
terutang pada saat pembayaran.

5. PPh pasal 22 atas penjualan hasil produksi bahan bakar


minyak jenis premix, super TT, dan gas terutang pada
saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang
(delivery order).
6. PPh pasal 22 atas pembelian hasil perhutanan,
perkebunan, pertanian dan perikanan, oleh industri dan
eksportir terutang pada saat pembelian.
7.

Saat terutangnya PPN dan PPnBM

ditetapkan Dalam pasal 11 undang-undang no 8 tahun


1983 tentang pajal pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah sebagai mana telah diubah terakhir
dengan undang-undang no. 18 tahun 2000, bahwa PPN
terutang:

Pada saat penyerahan BKP


(Barang Kena Pajak)/JKP (Jasa
Kena Pajak)

BKP berupa barang


berwujud yang
menurut sifat atau
hukumnya berupa
barang bergerak
saat penyerahan
BKP

BKP berupa
barang berwujud
yang menurut sifat
atau hukumnya
berupa barang
tidak bergerak,
saat penyerahan
ditentukan oleh
mana yang terjadi
lebih dahulu

BKP tidak berwujud,


saat penyerahan
ditentukan oleh mana
yang terjadi lebih
dahulu: saat harga
penyerahannya diakui
sebagai piutang, saat
dilakukan penagihan,
saat diterima
pembayaran baik
sebagian ataupun
seluruhnya

BKP berupa barang


berwujud yang
menurut sifat atau
hukumnya berupa
barang tidak
bergerak, saat
penyerahan
ditentukan oleh mana
yang terjadi lebih
dahulu: saat
penyerahan hak
untuk menggunakan
atau menguasai BKP
secara yuridis,

BKP berupa jasa


pemborong
bangunan atau
barang tidak
bergerak lainnya
saat terutangnya
pajak adalah saat
penyerahan jasa
kena pajak, tahaptahap/termijeen
pembayaran
diperlakukan
sebagai
pembayaran
mendahului
penyerahan.

JKP selain
pemborong
bangunan atau
barang tak
bergerak lainnya,
saat penyerahan
adalah: saat
tersedianya
barang atau
fasilitas yang
untuk dipakai
sebagian ataupun
seluruhnya

PPN terutang saat BKP dimasukkan ke


dalam daerah Pabean.
Saat penyerahan jasa kena pajak

Impor
Barang
kena
Pajak

Pada saat dimulainya pemanfaatan


BKP tidak berwujud atau JKP dari luar
daerah Pabean di dalam daerah
Pabean.
Pada saat pembayaran
.

Pada saat ekspor barang kena pajak


.Saat lain yang ditetapkan menteri
keuangan dalam hal saat terutangnya
pajak sukar ditetapkan atau terjadi
perubahan ketentuan yang dapat
menimbulkan ketidakadilan

Bea Materai
Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen
yang bersifat perdata dan dokumen untuk digunakan di
pengadilan Nilai bea meterai yang berlaku saat ini Rp.
3.000,00 dan Rp. 6.000,00 yang disesuaikan dengan nilai
dokumen dan penggunaan dokumen.

Bea Materai terutang pada saat kapan dokumen itu selesai dibuat ?

Untuk dokumen yang dibuat oleh satu pihak, terutang Bea


Materai pada saat dokumen diserahkan.

. Untuk dokumen dibuat lebih dari satu pihak, terutang Bea


Materai pada saat dokumen itu selesai dibuat.

Dokumen yang dibuat di luar negeri, terutang Bea Materai


saat digunakan di Indonesia.

BPHTB
(Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan)

Saat terutang BPHTB (Bea Perolehan Hak atas


Tanah dan Bangunan) sesuai dengan pasal 9
Undang-Undang No. 20 tahun 2000 tentang
perubahan atas perubahan Undang-Undang No. 21
tahun 1997:
1. Jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
2. Tukar menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
3. Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya
akta.tanggal yang bersangkutan
4. Waris adalah sejak
mendaftarkan peralihan haknya
ke kantor pertanahan.
5. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.

6. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak


tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta.
7. Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang.
8. Putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
9. Hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan
mendaftarkan peralihan haknya ke kantor pertanahan.
10. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak adalah sejak tanggal ditandatangani dan
diterbitkannya surat keputusan pemberi hak.
11. Pemberian hak baru diluar pelepasan adalah sejak tanggal
ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberi hak.
12. Pengabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta.
13. Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuatnya dan
ditandatanganinya akta.
14. Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuatnya dan
ditandatanganinya akta.
15. Hadiah adalah sejak tanggal dibuatnya dan ditandatanganinya
akta.

Kewajiban pajak subjektif akan timbul serta berakhir


karena keadaan- keadaan dibawah ini

Subjek pajak dalam negeri


Subjek pajak luar negeri

1. Orang pribadi
Dimulai pada saat orang pribadi
tersebut dilahirkan, berada atau berniat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
A. Subjek
pajak luar
negeri
2. Warisan
Dimulai saat warisan yang belum terbagi
tersebut timbul. Berakhir pada saat
warisan tersebut selesai dibagikan
kepada ahli waris.

B. Subjek
pajak luar
negeri

1. Subjek pajak luar negeri yang


memperoleh penghasilan dengan
bekerja pada perusahaan atau
berinvestasi di Indonesia.

2. Subjek pajak luar negeri yang


memeperoleh penghasilan di
Indonesia dengan membuka usaha
( menjalankan DUT )
Kewjiban pajak subjektifnya dimulai
pada orang pribadi tersebut
menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melauo DUT di Indonesia;
berkhir pada saat orang pribadi
tersebut tidak lagi menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Subjek Pajak Dalam


Negeri
Orang pribadi
Contohnya :
Mr. Hamzah menandatangani kontrak bekerja di
Indonesia selama satu tahun. Maka pada saat
penandatanganan kontrak tersebut mr. Hamzah
dianggap berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia
dan sudah merupakan subjek pajak dalam negeri.
2. Warisan
Contohnya :
Tuan Seto meninggal dan mewariskan UD Maju
kepada ahli warisnya. Pada saat meninggal itulah
UD Maju menjadi subjek pajak, setelah UD
Maju habis dibagi kepada ahli waris tuan Seto,
saat itulah kewjiban pajak subjektif UD MAJU
berakhir.

1.

Subjek pajak luar negeri


1. Subjek pajak luar negeri yang memperoleh
penghasilan dengan bekerja pada perusahaan di
Indonesia.:
Contohnya
Mr. Muntashir menjual saham PT.ASTRA INTERNASIONAL
kepada pihak lain. Saat sahamnya terjual ia bukan lagi wajib
pajak luar negeri. Mr. Djoe tidak lagi bekerja di Indonesia
maka saat itu ia bukan lagi wajib pajak luar negeri.
2. Subjek pajak luar negeri yang memeperoleh
penghasilan di Indonesia dengan membuka usaha
Contohnya :
Mr. Zuela mulai bekerja di Indonesia pada awal april
2005 ( tahun pajak 2005 ). Walaupun bekerja tidak
satu tahun penuh tetapi bagian tahun pajak 2005
( April sampai Desember 2005 ) tersebut dianggap
tahun pajak 2005.

Hapusnya Utang Pajak


Piutang pajak yang dihapuskan adalah piutang pajak
yang jumlahnya masih harus ditagih, sebagaiman
tercantum dalam Surat Tagihan Pajak ( STP ), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ) , Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT )
( termasuk SKP BPHTB, SK keberatan, SK putusan
banding ) , yang meliputi pokok pajak kenaikan bunga
dan atau rendah

Hapusnya utang pajak disebabkan oleh:

1.

Pembayaran2.

4.

5.

Kompensasi3.

Pembebasan

Penghapusan

Daluwarsa

Syarat- syarat piutang pajak yang dihapuskan adalah

1. Piutang pajak waijb pajak orang pribadi yang


menurut data administrasi kantor pelayanan pajak atau
pelayan pajak bumi dan bangunan yang tidak dapat
atau tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib pajak dan atau penangguhan pajak tidak dapat
ditemukan atau meninggal
b.
Wajib pajak dan atau penanggung pajak tidak
mempunyai harta kekayaan lagi
c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa

2. Piutang Pajak Wajib Pajak Badan yang menurut data


administrasi Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan tidak dapat atau
tidak mungkin ditagih lagi, disebabkan karena:
a. Wajib pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan pengurus,
direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal, atau
pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan
atau likuidator , atau kurator tidak dapat ditemukan.
b. Wajib pajak dan atau penanggung pajak tidak memiliki
harta kekayaan lagi.
c. Penagihan pajak secara aktif telah dilaksanakan
dengan penyampaian salinan surat paksa kepada
pengurus, direksi, likuidator, kurator, pengadilan negeri,
pengadilan niaga, atau pemerintah daerah setempat, baik
secara langsung maupun dengan menempelkan pada
papan pengunguman atau media masa.
d. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah
daluwarsa.
e. Sebab lain sesuai hasil penelitian.

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Menurut faham formal utang pajak timbul karena
perbuatan fiskus, yakni fiskus menerbitkan SKP (Surat
Ketetapan Pajak).
2. Menurut faham materiil utang pajak timbul karena
terpenuhinya ketentuan-ketentuan yang disyaratkan
dalam undang-undang.
3. Saat terutangnya PPh Diatur dalam pasal 22 UU PPh
no 7 tahun 1983.
4. Saat terutangnya PPN dan PPnBM Dalam pasal 11
undang-undang no 8 tahun 1983 tentang pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah sebagai mana telah diubah terakhir dengan
undang-undang no. 18 tahun 2000.
5. Bea Materai terutang pada saat kapan dokumen itu
selesai dibuat atau pada saat dokumen itu digunakan.
6. Saat terutangnya BPHTB (Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan) sesuai dengan pasal 9 UndangUndang No. 20 tahun 2000 tentang perubahan atas
perubahan Undang-Undang No. 21 tahun 1997.
7. Hapusnya utang pajak disebabkan oleh pembayaran,
kompensasi, daluwarsa, pembebasan, penghapusan.

Anda mungkin juga menyukai