Anda di halaman 1dari 30

LIMBAH MEDIS

Limbah Medis
Berdasarkan

Depkes RI 1992 : sampah dan limbah rumah


sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang
lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah
klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah

non medis : sampah makanan, kertas, maupun


alat lain yang tidak kontak langsung dengan penderita

Sumber

Unit
Unit
Unit
Unit

limbah medis :

pelayanan
pelayanan
pelayanan
pelayanan

kesehatan dasar
kesehatan rujukan
kesehatan penunjang ( laboratorium)
non kesehatan ( farmasi )

Limbah Medis, klasifikasi


Limbah

medis dapat diklasifikasikan berdasarkan


potensi bahaya yang terkandung didalamnya,
maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)

Klasifikasi

limbah medis utama :

Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah alat yang mengandung logam berat
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan tinggi

Limbah Medis, klasifikasi


Limbah

umum : limbah yang tidak berbahaya dan


tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh :
limbah domestik, limbah kemasan non infectious
Limbah benda tajam : obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah
Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh
manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan
tubuh yang lain termasuk janin
Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan
farmasi
contoh
obat-obatan
yang
sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi

Limbah Medis, klasifikasi


Limbah

genotoksik : limbah yang mengandung bahan


dengan sifat genotoksik contoh limbah yang
mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai
dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik
(benzen,antrasen),
zat sitotoksik, (tamoksifen,
semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).

Limbah

kimia : limbah yang mengandung bahan kimia


contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen,
desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak
diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah
berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif
(pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak,
bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik

Limbah Medis, klasifikasi


Limbah

alat yang mengandung logam berat :


Baterai, pecahan termometer, tensimeter
Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi
dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Wadah bertekanan tinggi
: Tabung gas
anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam
bentuk gas atau cair

Limbah Medis, klasifikasi


Limbah

berpotensi menularkan penyakit (infectious):


mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat
dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar
dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari
autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang
berkontak
dengan
pasien
yang
menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung
tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang yang
sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau
sedang menderita penyakit menular

Limbah Medis, klasifikasi


Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit adalah :
Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal
azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-garam
perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric,
garam-garam picrat, polynitroaromatic.
Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah,
reagen alkyl lithium, larutan- larutan boron
trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca, K,
Li, dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P, S, Sb, Si,
Su dan Ti, phosphorus oxychloride, phosphorus
pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.
Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%, phosphor
(merah dan putih).

Limbah Medis dan Masalah yang


Ditimbulkan
Dari

keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar

10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius


yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg).
Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang
berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan
keluarga pasien maupun dapur gizi.
Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam
bentuk botol bekas infus dan plastik.
Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja
sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun
1999. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan
(Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah
infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang
ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak
ditemukan di beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan
lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).

Limbah Medis dan Masalah yang


Ditimbulkan
Pengolahan

limbah medis bukanlah hal mudah


dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan limbah
medis masih belum tertangani dengan serius, baik di
kota kecil maupun kota besar di Indonesia. Kurangnya
sosialisasi pemerintah dan badan yang terkait
mengenai efek yang ditimbulkan dari pembuangan
limbah medis secara sembarangan dan ketertarikan
investor dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi
masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil survei
pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di Jakarta, hanya
10 rumah sakit yang memiliki insinerator (tungku
pembakar). (Suara Pembaharuan, 20 Oktober 2003)
Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan, apalagi
jumlah dan jenis penyakit semakin bertambah setiap
tahunnya, demikian pula dengan limbah yang
dihasilkan.

Limbah Medis dan Masalah yang


Ditimbulkan
Contoh

kasus lainnya adalah pembuangan limbah medis ke


TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya beberapa pekerja
terpaksa dirawat beberapa minggu karena menginjak
sampah alat suntik. Kejadian ini selain merugikan pekerja
tersebut juga merugikan pihak TPA karena harus bekerja
ekstra untuk memisahkan sampah medis dari sampah
rumah tangga. (Pikiran Rakyat, 7 April 2005)

Di

RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai


contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik. Karena
berhubungan langsung dengan penderita, alat itu
mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila
pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat
menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS
dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat
umum.

Limbah Medis dan Masalah yang


Ditimbulkan
Data

P2M-PL menunjukkan :

limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk imunisasi


diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah
alat suntik imunisasi bayi, 10 juta imunisasi ibu
hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi anak sekolah
(BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per tahun.
Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena
pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi
lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat berbahaya
dan harus dipindahkan atau ditentukan lagi tempat
pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi
yang tak terurai dan materi tetap ada menjadi sangat
berbahaya karena dapat menghasilkan dioksin.

Pengelolaan Limbah Medis

Pengelolaan Limbah Medis


Point

penting dalam pengelolaan limbah medis


adalah sterilisasi, kemudian pengurangan (reduce)
dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan
sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan
(treatment).
Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan
berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain
:
1.
2.
3.
4.
5.

Pemisahan
Penyimpanan
Pengangkutan
Penanganan
Pembuangan

Pemisahan dan Penyimpanan


Limbah Medis

Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan


menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya
diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

Limbah infectious dan patologis


tersendiri.
Kedua jenis limbah
disterilisasi terlebih dahulu.

dipisahkan
ini harus

Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam


kategori limbah umum.

Pengangkutan Limbah
Medis
Limbah

medis diangkut dengan kontainer


tertutup. Untuk keamanan, pengangkutan
limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan
dengan limbah kimia yang bersifat reaktif,
mudah terbakar, korosif.
Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk mencegah
adanya limbah yang tercecer akibat
pengangkutan dan mengurangi resiko
kecelakaan saat pengiriman limbah.

Penanganan Limbah
Medis
Limbah

umum yang dapat didaur ulang dapat


langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur
ulang.
Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih
dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.
Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang
ke dalam saluran pembuangan air, contoh : limbah
asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I,
Cl, F dll)
Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan
distilasi, ekstraksi, elektrolisis
Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar
(insinerasi)
Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill,
maupun didaur ulang.

Sterilisasi limbah dengan


rotoclave

Rotoclave
(http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)

Penanganan Limbah
Suntik
Penggunaan

disposable syringe
Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum
suntik, yaitu alat pemisah jarum,
alat penghancur jarum, tempat
pembuangan jarum khusus
(needle pit), syringe safety box,
dan insinerator SICIM.

Skema Alternatif Reuse & Recycle


Limbah Medis

Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
Pengurangan sampah yang efektif
Lokasi jauh dari area penduduk
Adanya sistem pemisahan sampah
Desain yang bagus
Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.
Perawatan yang teratur/periodik
Ada Pelatihan Staf dan Manajemen

Insinerator
Keputusan

Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut


mengatur
tentang
kualitasincineratordan
emisi
yang
dikeluarkannya.Incineratoryang diperbolehkan untuk digunakan
sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran
danefisiensi
penghancuran
/
penghilangan
(Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.
Baku Mutu DRE untuk Incinerator
No

Parameter

BakuMutu DRE

1.

POHCs

99.99%

2.

Polychlorinated biphenil (PCBs)

99.9999%

3.

Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs)

99.9999%

4.

Polychlorinated dibenzo-p-dioksin

99.9999%

Insinerator
Disamping

itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam


menjalankanincineratoradalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai
dengan baku mutu emisi untukincinerator.
Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No
Parameter
Kadar Maksimum
(mg/Nm2)
1.

Partikel

50

2.

Sulfur dioksida (SO2)

250

3.

Nitrogen dioksida (NO2)

300

4.

Hidrogen Fluorida (HF)

10

Karbon Monoksida (CO)

100

Hidrogen Chlorida (HCl)

70

Total Hidrocarbon (sbg CH4)

35

Arsen (As)

10.

Kadmiun (Cd)

0.2

11.

Kromium (Cr)

12

Timbal (Pb)

13

Merkuri (Hg)

0.2

14

Talium (Tl)

0.2

Opasitas

10%

5.
6.
7.
8.
9.

Insinerator Maxpell
Teknologi

Ramah
Lingkungan
pada
incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell limbah
ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu
disuntikkan bahan bakar yang sudah dicampur
oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi.
Asap hasil pembakaran direaksikan dengan
molekul air sehingga asap yang keluar menjadi
hidrokarbon yang akan terbakar habis pada
secondary chamber. Dengan demikian asap akan
bersih dan ramah lingkungan.

Insinerator Maxpell
Insinerator

Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa


tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam
sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi
maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah
dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini adalah:

Tidak membutuhkan tempat luas;


Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C;
Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa
tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong
hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu;
Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara
konstan;
Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
Perawatan yang mudah dan murah;
Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan
bangunan

Skema Pengolahan Limbah Medis


dengan Insinerator Maxpell

Alternative Medical Waste Treatment Technologies


Approved by the California Department of Public Health

company

Device

Type of Treatment

Approved for

BioMedical
Tech.Solutions

Demolizer System

Heat

Red Bag/sharps

Honua Tech

Pyrolitic Destructor

Heat

red bag /sharps


/path /trace
chemo /pharms

Scientific
Ecology Group,
Inc

Synthetica Detoxifie
Process

Steam heat

UnitedRecycling
Technology, Inc

Gasification System
(Gasf)

Heat-gas burner

red
bag/sharps/path/
trace
chemo/pharms

Stericycle, Inc

Electro- Thermal
Deactivation

Radiowaves-heat

red bag/ sharps

sanitec

HG-A-100, HG-A-250

Microwaves

red
bag/sharps/path

Modifikasi metode
limbah patologis

digunakan

untuk

red bag/ sharps

destruksi/penghancuran

SIMPULAN DAN SARAN


Permasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni
limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan secara
nasional produksi sampah (Limbah Padat) sebesar
376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar
48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat berpotensi
limbah rumah sakit untuk mecemari lingkungan dan
membahayakan manusia bila tidak dikelola dengan
baik, seperti beberapa kasus limbah medis yang sudah
terjadi di Indonesia akibat penanganan yang buruk.
Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah
sakit
peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian
besar tidak dijalankan dengan benar

SIMPULAN DAN SARAN


Sebelum

ditangani limbah medis dan limbah nonmedis


harus dipisahkan terlebih dahulu untuk menghindari
pencampuran antara limbah medis dan nonmedis.
Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara.
Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa
pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan
kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur
ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi
dapat juga dilakukan dengan insenerator. Namun abu
dari insenerator juga dapat membahayakan sehingga
perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.
Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit
diwajibkan melakukan pemilahan limbah dan
menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda
beda berdasarkan karakteristik limbahnya.

Referensi
BAPEDAL.

1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.


Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah
Padat.
Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik.
Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman Teknik
Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.
Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah
Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Diktat Kuliah TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut Teknologi
Bandung.
http://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-medis-ru
mah-sakit/
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembina
an-pencemaran/245-pengelolaan-limbah-medis?start=1
http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&jns=wawasan&kode=11
7
Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis
http://www.cdph.ca.gov/certlic/medicalwaste/Documents/MedicalWaste/Alt_M
ed_Waste.pdf

Anda mungkin juga menyukai